IX

1.6K 153 3
                                    

Aku meletakan semua belanjaanku di atas tempat tidur, lalu aku segera berjalan kearah lemari untuk mengambil tas gendong hitam milikku, beberapa pakaian, jaket, sarung tangan dan kupluk pun sudah aku siapkan. Aku tinggal packing semuanya ke dalam ransel.

“Ekhem..” suara deheman seseorang berhasil membuatku berhenti dari kegiatan yang sedang aku lakukan.

“Sana..” ucapku begitu melihat Sana yang sudah berdiri di belakangku sejak tadi.

“Kamu udah siap-siap Nay?” tanyanya sambil melirik ranselku.
Aku segera mengangguk dan tersenyum.

“Rajin banget.” Ucapnya lagi.

“Oh ya, besok aku mau duduk sama Taehyung di bis, jadi kamu jangan duduk sama dia ya.” Ucap Sana lagi.

Aku hanya terdiam sesaat dan mengingat kejadian tadi di sekolah saat Sana bergelayut manja di lengan Taehyung.

“Kenapa diam?” Tanya Sana lagi.

“Eh nggak apa-apa kok, kamu tenang aja lagian besok aku mau duduk sama Jihyo kok.” Jawabku sambil tersenyum.

“Bagus deh kalo gitu.” Ucap Sana dan langsung meninggalkan kamarku.

Aku langsung terduduk begitu saja, entah kenapa rasanya ada satu perasaan aneh yang menghinggapi hatiku, mungkinkah aku tidak suka jika Taehyung dekat dengan perempuan lain?

Tapi apa hak ku, Taehyung bukan siapa-siapa aku, lagi pula dia hanya sekedar teman bagiku, tapi kok rasanya aneh gini ya, apa mungkin aku jatuh cinta pada Taehyung? Aduh Nayeon, kamu ngomong apa sih, gak jelas banget deh.

“Ekhem..” lagi lagi suara deheman seseorang berhasil membuatku mengalihkan pandangan.

“Nenek.” Gumamku saat melihat nenek yang sudah berdiri dihadapanku sambil tersenyum.

“Lagi apa Nay?” Tanya nenek.

“Nayeon lagi packing buat besok acara camping nek.” Jawabku sambil melanjutkan kegiatan packingku yang sempat tertunda.

“Camping berapa lama?” Tanya nenek.

“Cuma dua hari.” Jawabku lagi.

“Jaga diri baik-baik ya disana, jangan sampai sakit lagi.” Pesan nenek.

“Iya nek.” Ucapku sambil tersenyum dan memeluk nenek.
          




      Malam harinya aku berjalan santai keluar dari kamar, niatnya aku Cuma mau ambil minum di dapur, tapi saat melewati kamar Sana rasanya sesak ini mulai menyerang dada ku lagi, aku melihatnya, melihat mama yang tengah sibuk memasukan semua keperluan camping Sana ke dalam ranselnya.

“Semuanya udah mama masukin sayang.” Ucap mama begitu lembut pada Sana.

“Makasih ya ma, mama baik banget deh sama aku.” Ucap Sana sambil bergelayut manja pada mama.

Mama tersenyum dan memeluk Sana, mama juga mengelus kepala Sana dan mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. Perih sekali mata ini, lagi lagi rasa iri itu menghinggapi hatiku, kenapa mama hanya membantu Sana?

Kenapa mama sama sekali tidak bertanya apapun padaku tentang persiapan untuk besok? Apa mama tak akan perduli jika nanti aku kelaparan, kedinginan, atau mungkin tersesat disana?

Selalu saja banyak pertanyaan menyakitkan yang hinggap di otakku saat aku melihat mama yang sangat dekat dengan Sana, apakah salah jika aku iri? Apakah salah jika aku ingin merasakan apa yang Sana dapatkan dari mama? Apakah salah jika aku berharap mama melakukan hal yang sama padaku?

Air mataku tak pernah berhenti mengalir saat melihat pemandangan itu, dan seribu rasa iri dalam hatiku selalu membuat aku bertanya-tanya tentang arti diriku untuk keluargaku sendiri, tapi sepertinya pertanyaan itu tak akan pernah bisa terjawab sampai kapanpun.


Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang