Karena kata 'kita' akan di dampingi dengan kata 'Mereka'.
~•~•~
Lalisa dan Nina kembali ke kelas setelah upacara selesai. Ia kali ini tidak ketahuan membolos karena tak ada penjaga yang mengelilingi koridor seperti biasanya.
Nina dan Lalisa kali ini bisa duduk dengan tenang di bangkunya dengan wajah yang ceria tidak seperti murid lainnya yang habis dijemur setengah jam.
"Gila ya Lis gak lagi lagi deh gue bolos," ucap Nina.
Nina orangnya memang penakut, jadi wajar saja selama membolos tadi ia keringat dingin.
Lalisa memercikkan senyuman jahil, "Hilih gitu doang padahal. Tau gak? Itu masih mending gak ada yang keliling, biasanya kan ada tapi gue biasa aja. Kali-kali tuh hidup harus dibawa tantangan biar gak datar mulu,"
Sedangkan Nina hanya memutar bola matanya dengan malas, "Gue sih ogah, gak mau cari gara-gara."
Saat kelas mulai ricuh karena muridnya sudah memasuki kelas semua tiba-tiba guru yang suka membuat deg-degan itu masuk. Siapa lagi kalo bukan guru BP. Dan saat itu juga semua murid langsung terduduk di tempat masing-masing.
"Harap tenang semua! Kali ini ibu mau yang ibu sebut namanya ikut ibu. Paham?" guru BP itu bersuara tegas.
"Iya bu," semua murid membalas.
"Yang bernama Lalisa Rafellya dan Nina Heldaynan harap maju ke depan dan ikut saya!" ibu itu menyebutkan sambil membaca kertas yang diyakini tertulis nama mereka berdua.
Seketika Nina dan Lalisa membulatkan bola matanya sambil memandang bingung satu sama lain.
Guru BP itupun tidak lagi memandang ke kertas tersebut melainkan kepada mereka berdua—Nina dan Lalisa—.
"Ayo buruan!" suara guru itu terdengar meninggi dikarenakan geram melihat Nina dan Lalisa tidak berdiri juga.
Akhirnya dengan sangat terpaksa mereka berdua berdiri dan berjalan ke depan. Setelah itu mengikuti guru itu keluar kelas.
Guru itu berhenti tepat di depan tiang bendera merah putih, begitupun dengan Lalisa dan Nina yang ikut terhenti. Kemudian guru BP itu berbalik menghadap mereka berdua.
"Apa benar kalian bolos upacara?" tanya BP itu dengan tatapan menusuk.
Lalisa terlihat terkejut sementara Nina ketakutan. Lalisa kaget mengapa ia ketahuan, padahal tidak ada pengawas saat itu.
"Ayo jawab!" titah guru itu.
Nina yang gugup berusaha menjawab, "I...iya... Bu," jawabnya.
"Kalo begitu kalian ibu hukum. Kalian harus hormat di depan tiang bendera sampai istirahat selesai kembali! Paham?"
Nina dan Lalisa mengangguk.
"Bagus! Kalo ketahuan kalian tidak mengikuti hukuman ibu? Kalian tau sendiri kan hukumannya lebih dari ini?" tanya guru BP itu lebih tepatnya seperti ancaman.
"Iya.." Lalisa menjawab dengan lantang.
"Yaudah, mulai dari sekarang hormat jangan ada yang bergerak!" guru itu pun pergi.
Nina dan Lalisa pun langsung hormat ke bendera merah putih. Lalisa merasa bersalah karena ulahnya Nina dihukum. Menurutnya, Lalisa sudah terbiasa tapi Nina untuk pertama kalinya kena hukuman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Teen Fiction[PLAGIATHOR HARAM MAMPIR, TQ] (Sequel The Most Wanted Boy Vs Bad Girl) Cover by: HajidahNasia Hidup Lalisa yang dulunya tentram dan damai kini berubah menjadi kacau saat kehadiran tetangga barunya. Ditambah, ternyata tetangga barunya itu adalah tema...