Bagian 24

7.7K 761 154
                                    

Kringg

Kringg

Kringg

Murid yang berada di luar segera berlarian masuk ke dalam Kelas. Termasuk, tiga gadis yang tadinya jalan santai namun tiba-tiba harus melangkah dua kali lebih cepat karena suara bell menggelegar ke seluruh penjuru Sekolah.

"Ayo...., buruan!" Lalisa mendahului larinya dibanding Chika dan Nina yang mengekor.

Gadis itu menghadap ke belakang, tapi tetap melangkah ke depan. Ia hanya memastikan temannya itu tak ketinggalan jauh.

"Lal-hmmp-Lalis tunggu dong!" pinta Chika tergelagap.

Lalisa tertawa. "Hahaha...," senang melihat temannya menderita, sedangkan gadis itu sudah sangat biasa lari-lari kecil seperti sekarang ini. "Hari ini pelajaran Pak Sumo. Lo telat dikit aja suruh berdiri di Kelas. Buruan! Kalian lelet-BRUKKK

Punggung Lalisa bertemu dengan punggung seseorang, padahal dua temannya itu baru saja ingin menghentikan Lalisa. Tapi, apa boleh buat, gadis itu sekarang sedang dipelototi cowok yang auto berbalik dan berkacak pinggang menatap tajam Lalisa.

"Duh!" Chika menepuk jidat ketika Lalisa juga berbalik dan mata mereka berdua saling bertemu.

"Eh? Hehehe..." Lalisa kikuk, bahkan terlihat dari senyumnya. Berbeda dengan cowok yang ditabraknya, ia malah semakin mempertajam penglihatannya dan maju selangkah mendekati Lalisa.

Nina yang daritadi hanya diam, matanya seketika membulat ketika melihat kearah Kelasnya. "PAK SUMO, PAK SUMO!" Ia panik seraya memukul bahu Chika yang berada di sebelahnya.

Chika ikut mengintip, dan reaksinya sama seperti Nina. Sontak, ia pun siap berlari lagi. "Sori Lis, gua duluan. Bhaiii!" Pamitnya lalu pergi bersama Nina.

"TUNGGU WOI-

"Ett," Lalisa yang baru ingin menyusul kedua temannya, tiba-tiba saja lengannya dicekam oleh cowok itu. "Mau kemana?" tanyanya dengan senyuman devil seraya menaikkan alisnya sebelah.

Lalisa mendongak, kali ini tatapannya menusuk. "Lepas, Sat! Guru gue udah masuk." Pintanya sekaligus memberontak.

Tetapi, sememberontak apapun Lalisa, malah Satria semakin mencengkram lengan gadis itu sampai tak sadar ia meringis kesakitan.

Satria tidak peduli gadis didekatnya itu memberontak, meminta dilepaskan. Ia melangkah, semakin mendekati gadis itu hingga kepala Lalisa dekat di dadanya.

"Lu udah nabrak gua, bukannya minta maaf malah kabur gitu aja." kata Satria.

Lalisa menghembuskan nafasnya gusar. "Hufttt....,"

Gadis itu menarik nafas panjang, sebelum akhirnya kembali mendongak dengan tatapan yang serius. "Oke. Sat..., gue minta maaf ya." Ucapnya lembut namun terlihat senyum yang dipaksakan.

Satria diam sesaat sampai seulas senyuman licik kembali mengembang. Sialan, Lalisa benci Satria.

Bukan Satria namanya yang gampang melepaskan mangsa.

"Terus lu pikir gua seneng mendengar perkataan maaf yang terpaksa itu?"

Lalisa memelotot. Ingin rasanya menonjok muka songong cowok di hadapannya ini.

"Lepas."

Bukan. Itu bukan suara Lalisa. Melainkan suara berat yang dingin dan juga menusuk. Berasal dari belakang Satria.

Satria tidak berbalik atau bahkan menoleh. Ia sudah tau siapa si pemilik suara tersebut. Sedangkan Lalisa, gadis itu segera mengembangkan senyuman.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang