Bagian 14

31.5K 2.7K 338
                                    

Seorang gadis yang kini sudah sangat lepek dibanjiri keringat, sedang mengepel koridor utama sekolahnya dengan sangat malas. Yaps, sudah sekitar satu jam-an Lalisa berkutik dengan kain pel-an, sementara Satria yang juga berkeringat itu, mengelap lemari transparan yang terbuat dari kaca untuk menyimpan semua piala, dan itu di taruh di luar-lebih tepatnya di koridor utama.

Satria melirik gadis yang daritadi tidak bersuara, cowok itu menaikkan alisnya sebelah karena melihat Lalisa yang tidak bersemangat mengepelnya. Hingga seringaian nakal pun tergambar di raut wajah Satria, ia punya rencana. Kemudian laki-laki itu jalan mendekati Lalisa dan lewat begitu saja di depannya, dengan berpura-pura mengelap kaca gudang. Sontak, gadis itu langsung terbelalak dan menoleh pada Satria yang dengan tanpa dosanya melewati lantai yang baru saja kinclong, namun sekarang harus kotor karena sepatu laki-laki itu.

"Woi, Sat!" panggil Lalisa tidak santai, sementara yang dipanggil menoleh dengan wajah sok polosnya.

Satria menaikkan alisnya sebelah. "Apaan?"

"Lo kalo lewat tuh nyari lantai yang belum di pel kek! Kotor lagi, kan. Ish..." Lalisa memutar bola matanya malas, dan diam-diam tanpa sepengetahuan gadis itu, Satria tersenyum kecil karena itulah tujuannya, mendengar bacotan dari Lalisa.

"Yaelah timbang pel lagi susah amat. Gak usah manja! gua bukan Revan lo yang suka manja-manjain lo." kata Satria dan sangat ngeselin di pendengaran Lalisa, sampai gadis itu tidak menyahut lagi, ia kini kembali membersihkan lantai yang kotor karena sepatu Satria dengan sangat lebih malas.

Lalisa pasrah tidak melawan Satria, dan andai yang berbicara itu adalah Niko, ia pasti sudah digetok pakai pel-an. Tapi, ini beda orang, beda ngeselinnya.

Lalisa maju lagi dan menyeret pel-an itu ke lantai yang belum basah. Ia kadang berhenti sebentar, mengelap keringat di dahi dan sesekali menyelipkan anak rambut di balik daun telinganya.

Untungnya mereka dihukum sehabis istirahat, jadi lantai pun masih tetap aman karena tidak ada sepatu-sepatu kotor menapak di sana. Namun, berbeda saat suara berisik dari belakang yang jaraknya cukup jauh itu terdengar. Sontak, Lalisa menoleh ke sumber suara tersebut untuk melihat siapa orang selanjutnya yang akan mengotori hasil kerjanya. Tadinya gadis itu ingin langsung nyerocos, tapi seketika membisu saat Revan dan 4 anggota basket berhenti di hadapannya. Dan, diantaranya ada Niko, dia paling belakang, sedangkan Revan berada di paling depan layaknya pemimpin dari mereka berempat.

Lalisa membalikkan tubuhnya dengan senyuman manis yang selalu ditunjukkan pada Revan, dan begitupun Revan yang selalu membalas senyuman gadis itu.

"Sori, ya Lalis. Gua lewat, soalnya mau latihan basket." kata Revan sambil menunjuk lapangan yang memang posisinya di depan.

Lalisa mengangguk. "Iya, gak apa-apa kok. Walaupun gue marah, lo bakalan tetep lewat, kan?" ia menaikkan alisnya sebelah, melihat wajah Revan sambil mendongak karena tingginya melebihi gadis itu.

"Iya, hehe...," Revan terkekeh. "Yaudah deh, gua latihan dulu ya. Semangat ngepelnya, itung-itung belajar mandiri." cowok itu menyemangati Lalisa seraya mengacak-acak pucuk rambutnya. Sementara Lalisa hanya mengangguk patuh, ia selalu senang disemangati Revan.

Lalu setelah itu, Revan jalan duluan melewati Lalisa. Dan, baru lah diikuti temannya. Niko yang daritadi diam, sempat melirik gadis itu yang juga tengah memperhatikan Niko, namun laki-laki itu diam saja, malah melewati Lalisa tanpa melihat ke arahnya lagi. Sontak, gadis itu mengerucutkan bibirnya, karena Niko sama sekali tidak menepati janji untuk menjaganya dari Satria.

"Gue curiga-" Lalisa pun berbalik melihat laki-laki yang daritadi sibuk mengelap itu sekarang bersuara lagi sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Lu gak pacaran kan sama Niko?" Satria menaikkan alisnya sebelah dengan tatapan mengitimidasi.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang