Bagian 16

25.5K 2.4K 257
                                    

Di pagi harinya, Lalisa tengah duduk di depan meja bar yang berada di dapur, sembari mengoles selai coklat ke roti tawar yang nantinya akan dilipat dua. Yaps, karena tidak ada Mamanya, Lalisa harus sarapan dengan makanan seadanya, apalagi ia tidak paham tentang masak-memasak. Jadi, perutnya yang biasa menampung banyak, kali ini harus mengikhlaskannya untuk seoles roti tawar.

"Mam buruan balik dong!" gadis itu menggerutu sendiri seraya mengerucutkan bibirnya seperti bebek, lalu menaruh pisau kecil itu ke piring dan menyodorkan roti tersebut ke dalam mulutnya, hingga kunyahan itu memenuhi kedua pipinya yang semakin terlihat tembam.

Lucu, tapi terlihat bete.

Apalagi ditambah suara tapakkan sepatu yang baru didengar saja, Lalisa sudah tahu siapa pemiliknya. Dan, di dalam hatinya ia berhitung dengan penuh keyakinan jika orang itu belok ke dapur.

Satu

Dua

Tig...

Benar.

Lalisa mendatarkan ekspresinya dan langsung mengalihkan pandangan saat matanya bertemu dengan sepasang bola manik yang langsung tertuju pada dirinya.

Siapa lagi jika bukan Niko. Si cowok yang semalam tidak sengaja mencium pipinya tanpa sadar. Cih. Lalisa seketika sebal jika mengingat kejadian semalam.

"Lu gak siapin makanan buat gua?" tanya Niko tepat di hadapan Lalisa.

Lalisa melirik sekilas Niko. "Gak. Emang lu siapa gue siapin? Sementara gue aja makan sama ini." nada suara Lalisa terdengar ketus.

Niko terdiam sejenak sambil menatap wajah gadis itu dengan seksama. Ia lebih ke bingung, padahal dirinya bertanya baik-baik namun dijawab seolah-olah dia adalah orang paling menjengkelkan di dalam hidup Lalisa. "Kok lu bete sih? Gua nanya baik-baik, Lalis. Sopan sedikit sama tamu!" Niko memperingati dengan nada masih lembut, namun terdengar penuh penekanan.

Lalisa menoleh, kali ini matanya bertemu dengan sepasang bola manik yang memang menawan jika ditatap, tapi tetap tidak bisa membuat jantungnya berdebar, tidak seperti Revan. Yaps, karena itu adalah Niko, orang yang sangat berbeda dari Revan.

"Tamu macam apa yang ngunciin si pemilik rumah?" tanya gadis itu penuh dendam sampai kedua alisnya ikut naik ke atas.

Lalisa terlihat kesal atas kejadian semalam.

Niko masih diam dengan tatapan datarnya. Ia menunggu gadis itu yang seperti ingin kembali mengoceh.

"Pemilik rumah macam apa yang mau masuk rumahnya aja harus kaya maling?! Sampe insident yang gak pernah terbayangkan sama gue terjadi! Arghh..., pipi gue itu udah gak suc-hmpp." Lalisa segera mengulum bibir bawahnya. Gadis itu selalu saja melewati batas jika sedang nyerocos, sampai rahasia yang niatnya tidak akan pernah diberitahu seumur hidup hampir terucap.

Kemudian Lalisa melirik, untuk melihat ekspresi Niko yang rupanya cukup terkejut mendengar itu, hingga kedua alisnya terangkat. Dan, saat Niko kembali menatap dirinya, Lalisa langsung mengalihkan pandangannya, agar mata mereka tidak bertemu.

Yaps, sekarang Niko sedang menatap wajah gadis itu dari samping. Seketika saja Lalisa menjadi diam seribu bahasa, bahkan untuk menatap tajam dirinya pun tidak mampu lagi.

Niko tidak membuka suara. Ia terus melihat ke wajah gadis itu, tanpa berniat untuk mengalihkannya sedikit pun, apalagi ketika pipi Lalisa sedang memerah seperti sekarang.

Yaps, gadis itu blushing.

"Kenapa pipi lu merah?" tanya Niko seraya menaikkan alisnya sebelah. "Kaya abis dicium aja."

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang