Bagian 7

28.1K 2.5K 51
                                    

Pagi harinya, Lalisa sudah bersiap di depan cermin dengan seragam sekolahnya. Ia berlenggok-lenggok sambil berkacak pinggang dengan pikiran yang melayang-layang. Yaps, seperti biasa Lalisa mulai membiasakan dandan jika ia berpergian dengan Revan, hanya untuk mendapatkan pujiannya walaupun tidak pernah sekalipun Revan sadar tentang perubahan Lalisa sejak masuk SMA, sejak ia mengenal apa itu rasa suka yang sebenarnya.

"Lalis..." suara itu menggema sampai ke kamarnya. Jika ibunya sudah berteriak seperti itu, berarti seseorang telah datang menjemputnya, siapa lagi jika bukan Revan, si supir setianya.

Lalisa pun segera meraih tasnya yang berada di atas kasur sambil berlalu, "Iya, ma..."

Dengan cepat Lalisa menuruni anak tangga tersebut, karena tidak mau membuat Revan terlalu lama menunggu.

Namun saat sudah sampai bawah, kakinya terhenti dan kedua matanya ikut melebar dengan mulut yang sedikit terbuka, "Kok Niko sih?!"

Suara Lalisa menyadarkan Niko dan Mamanya yang sedang asyik berbicara di ruang tamu. Mereka berdua mengalihkan pandangan ke arah Lalisa.

"Revan mana?" tanya Lalisa sambil mengedarkan pandangannya.

"Mulai sekarang Niko yang akan mengantar jemput kamu—"

"Hah!!! Kok?" Lalisa memotong pembicaraan Mamanya dengan ekspresi terkejut.

Sementara Niko hanya tersenyum, senyum yang tidak bisa diartikan.

"Karena kan Revan pasti sibuk gak bisa ngurusin kamu lagi, dia kan sudah kelas dua belas," Fellyana berdiri dan menghampiri Lalisa dan menarik kedua bahunya untuk mendekat ke ruang tamu, "Sementara Niko kan sekelas sama kamu, jadi dia pasti lebih bisa jagain kamu."

Lalisa melipatkan kedua tangannya dengan wajah yang berubah menjadi jutek, "Mama yakin dia bisa jagain aku seperti Revan jagain aku. Mana tau kan sifat asli dia, pencitraan doang dia itu." Lalisa melirik sekilas Niko yang menaikkan alisnya kala mendengar ucapannya.

"Kalo gua pencitraan doang, gue baiknya depan nyokap lu. Mana ada kemaren gue tinggalin lu kan? Gendong lu yang ketiduran di sofa ke kamar..." Niko memalingkan wajahnya dan kembali menggerutu dengan nada pelan, "Mana berat lagi,"

Tapi ternyata gumaman Niko masih bisa terdengar membuat Lalisa menurunkan kedua tangannya dengan ekspresi yang terlihat kesal, "Eh gue gak suruh lu gendong ya! Lagian siapa yang berat? Lunya aja yang lemah!"

Baru Niko ingin membuka suara untuk membela diri, "Udah... Udah!!!" Fellyana menutup kedua telinganya membuat Niko mengurungkan niatnya untuk bersuara.

"Kalian berdua ini selalu aja ribut! Pokoknya Niko tetap mengantar jemput Lalisa. Begitu pun Lalisa gak boleh menolak. Titik." Fellyana pun langsung pergi daripada harus mendengar ocehan kedua anak muda itu.

"Mam..." panggil Lalisa lebih seperti permohonan namun tidak digubris, Fellyana tetap naik ke atas meninggalkan mereka berdua.

Niko pun berdiri sambil mengambil kunci motornya, "Gue mau berangkat... Sekarang terserah lu ya mau ikut apa enggak—" Niko melihat jam yang melingkar dilengannya, "Dua puluh menit lagi masuk sekolah, kalo lu mau ngepel seluruh koridor juga gak apa-apa." Niko langsung pergi keluar sementara Lalisa masih diam, ia terlalu gengsi.

Lalisa pun menghela nafasnya sambil menutup mata kemudian ikut pergi bersama Niko.

~•~•~

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang