Bagian 1

45.5K 3.5K 80
                                    

"Kisah kita akan segera dimulai,
Bersiaplah dengan para perusak" -Yours

17 Tahun Kemudian.....

"Ma!" seorang gadis sekitar berumur 17 tahun itu menuruni tangga dengan masih memakai baju tidur, mata terlihat sayu dan rambut yang masih berantakan.

Saat kakinya menapak di lantai satu, gadis itu mendengar suara Mamanya—Fellyana dari ruang tamu. Dengan segera ia menghampiri Fellyana.

"Serius nanti sore? Wah harus masak-masak dong ini... Haha, iya dong gue udah bisa masak... Ditunggu ya, Rin... Bye," Fellyana menutup telepon rumahnya. Dan saat berbalik, tubuhnya terpelonjak kaget melihat anak gadis itu sedang berada di belakangnya.

Hampir saja Fellyana jantungan, dengan segera ia mengelus dadanya.

"Ya ampun Lalis, ngagetin Mama aja!"

"Mama abis telepon siapa?" tanya Lalisa.

Pertanyaan Lalisa membuat Fellyana mengembangkan senyuman membuat alis Lalisa menyatu dengan tatapan bingung.

"Teman lama Mama mau tinggal di daerah sini juga, sayang. Mama seneng banget ketemu mereka lagi, soalnya terakhir ketemu itu pas kamu masih bayi." jawab Fellyana exitced.

Tanpa bertanya lagi Lalisa hanya menjawab, "Oh,"

"Emangnya ada apa sih, Lalis? Kok kamu belum siap-siap ke sekolah? Ini udah jam setengah tujuh loh!" Fellyana melirik jam dinding.

"Males ah, nanti aja tunggu upacara selesai." ucap Lalisa acuh tak acuh lalu berbalik badan dan pergi ke lantai dua.

Saat ia menaiki tangga sempat berpapasan dengan Papanya—Gerald yang sudah mengenakan kemeja dibalut jas serta dasi berwarna merah. Benar-benar elegant.

"Pagi, Papa." Lalisa tersenyum ramah sambil terus menaiki tangga.

"Pagi sayang," ucap Gerald lalu turun ke bawah menemui Fellyana dan mencium keningnya. Itulah yang dilakukan Gerald setiap pagi sebelum berangkat kerja.

"Pagi sayang," sapa Gerald sambil mengelus pipi Fellyana.

Senyum Gerald memudar saat melihat wajah Fellyana yang terlihat sedih, "Kamu kenapa sedih gitu mukanya?" tanya Gerald menaikkan alisnya sebelah.

"Kayanya aku kena karma deh, Pah. Lalisa males banget sekolah, dia kaya nyepelin gitu. Aku berasa nyesel banget waktu pas SMA bandel kaya gitu, sekarang aku ngerasain banget perasaan Papa ya waktu dulu," lirih Fellyana.

Tapi justru Gerald malah tertawa geli, sontak ia mendapat pukulan kecil dari Fellyana.

"Kok kamu malah ketawa sih?!" cibir Fellyana.

"Tapi kalo kamu gak bandel, kita gak akan sampe punya Lalisa sayang," ucap Gerald gemas sambil mencubit pipi Fellyana.

Sontak pipi Fellyana berubah menjadi merah dan senyum malu-malunya tidak bisa tertahan. Hanya Gerald lah yang mampu membuat moodnya menjadi baik.

"Nah gitu dong, udah ya jangan sedih lagi. Kamu harus sabar ngadepin Lalis. Minta ajarin Papa kamu sono gimana cara ngatasin anak keras kepala kek gitu, dia pasti udah jago masalah gitu, hehe." ledek Gerald yang terdengar menyindirnya.

"Ih, tuhkan nyindir." Fellyana mencebikkan bibirnya.

Gerald kembali tertawa lalu mengacak-acak rambut Fellyana, "Yaudah aku berangkat kerja dulu ya," pamit Gerald kemudian mencium kedua pipi Fellyana secara bergantian lalu pergi keluar rumah.

Baru saja Gerald pergi dari pekarangan rumah, tiba-tiba bell rumahnya sudah berbunyi.

Fellyana pun menghampiri pintu rumah utamanya dan langsung membuka pintu tersebut.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang