Di sebuah sore yang cerah, kafe minimalis yang dikelola Rani dan Cindy dipenuhi oleh suara tawa pelanggan. Rani, dengan rambut hitamnya yang dikuncir rapi, bergegas menghampiri sekelompok anak muda yang sedang asyik mengobrol di sudut ruangan. Di antara mereka, Fikram, duduk santai dengan senyum kecil yang selalu menarik perhatian Rani. Ia berusaha tampak tenang sambil membawa buku catatan untuk mencatat pesanan mereka.
Rani sebenarnya sudah mulai dikenal di kampus, terutama karena karier modelingnya yang mulai merangkak naik. Followers Instagram-nya cukup banyak, dan ia kerap menggunakan platform itu untuk mempromosikan kafe yang ia kelola bersama Cindy. Namun, di balik gemerlap dunia media sosial, ada perasaan yang tak bisa ia kendalikan setiap kali melihat Fikram di kafenya. Tatapannya selalu mencari-cari sosok Fikram ketika pria itu datang bersama teman-temannya.
"Hai, mau pesan apa?" Rani bertanya sambil berusaha menyembunyikan senyum manisnya yang muncul secara alami ketika mata mereka bertemu. Fikram menatapnya sejenak sebelum memesan, sementara Rani, di dalam hatinya, berharap bisa lebih dari sekadar barista yang mencatat pesanan.
Dengan senyum tenang, Rani mulai mencatat pesanan satu per satu dari teman-teman Fikram. Tangannya bergerak luwes di atas buku catatan, namun hatinya berdebar lebih cepat dari biasanya. Saat tiba gilirannya untuk mencatat pesanan Fikram, ia mencoba bersikap biasa saja meski perasaannya bergemuruh di dalam. Rani memberanikan diri menebak pesanan Fikram, sebuah tebakan yang entah kenapa terasa begitu personal baginya.
"Americano kah?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh harap.
Fikram terdiam sejenak, menatap Rani dengan pandangan yang sulit ditebak. Di bawah tatapan Fikram, waktu seolah melambat bagi Rani. Detik-detik terasa begitu panjang, dan ia merasa jantungnya berdetak semakin kencang.
Fikram tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Gak," jawabnya, suaranya rendah tapi menggetarkan. Lalu, dengan nada santai namun mengejutkan, ia bertanya, "Kamu sukanya apa?"
Rani terpaku sejenak. Pertanyaan yang sederhana, tapi baginya itu seperti gemuruh yang membuat seluruh pertahanannya runtuh. Ada jeda singkat sebelum ia menjawab, mencoba menyembunyikan rasa gugup yang mulai menguap ke permukaan. "C-cappuccino, kak," jawabnya, suara Rani sedikit terbata-bata namun tetap terdengar manis.
Fikram tersenyum sedikit lebih lebar, seolah jawaban Rani membuatnya puas. "Yaudah, itu aja," ucapnya ringan, seakan tanpa beban.
Rani mencatat pesanan itu, namun pikirannya sudah melayang-layang. Sesuatu tentang percakapan singkat itu terasa berbeda, seolah ada koneksi yang baru terjalin antara mereka, walau hanya lewat pilihan kopi. Dan sejak saat itu, setiap kali Fikram datang ke kafe, Rani selalu mengingat momen sederhana namun mendebarkan tersebut—sebuah awal yang mungkin akan mengubah segalanya.
Setelah mencatat pesanan Fikram, Rani berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya saat berjalan kembali ke pantry. Namun, begitu ia melihat Cindy di balik meja tempat membuat kopi, semua ketenangan yang tadi ia pertahankan lenyap begitu saja. Sambil melirik ke arah meja Fikram untuk memastikan tidak ada yang memperhatikannya, ia melangkah cepat, hampir berlari kecil, menuju Cindy.
Rani mendekat dengan langkah ringan, lalu, tanpa bisa menahan diri, ia berteriak kecil, "Aaaah!" sambil menggoyangkan tangan di depan wajahnya, seolah-olah menyingkirkan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.
Cindy, yang sedang sibuk mengisi portafilter mesin espresso, menoleh dengan alis terangkat, jelas kebingungan melihat kegugupan sahabatnya. "Ih, kamu kenapa?" tanya Cindy, matanya menyipit, mencoba membaca raut wajah Rani yang tampak bersemangat namun juga sedikit kacau.
Rani menutup wajahnya dengan kedua tangan, menyembunyikan senyuman besar yang tak bisa ia tahan. "Cakep banget, Cindyyy," ucapnya dengan nada tercekik, hampir seperti bisikan rahasia yang terlalu berharga untuk diceritakan lebih keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Waktu
JugendliteraturPeringatan Konten Dewasa 21+ !!! Novel ini mengandung elemen yang mungkin tidak sesuai untuk pembaca di bawah usia 21 tahun. Terdapat konten yang mencakup tema seksual, kekerasan, atau situasi dewasa lainnya. Pembaca diharapkan untuk mempertimbangka...