Batu Karang Kenangan - 1

56 14 6
                                    

"Rei!" suara itu terdengar menyebalkan. Aku mengatur nafasku yang terengah-engah dan menatap si pemilik suara. Laki-laki itu melambaikan tangannya dengan riang. Ia tertawa kecil dan menatapku dengan pandangan mengejek. Cih, aku kalah lagi. Rakhan menghampiriku dan mengulurkan tangan. Sisa tawa geli masih tampak di wajahnya. Aku menyipitkan mata menatap Rakhan tak suka. Tanganku masih bertumpu di lutut tanpa menggubris uluran tangannya.

"Astaga Rei, apa salahnya kalah lagi? Sudah, jangan keras kepala. Ayo minum es kelapa muda! Aku yang traktir," katanya sambil menarikku ke sebuah batu karang. Rakhan menyuruhku menunggunya yang pergi membeli es kelapa muda. Aku memanfaatkan momen ini untuk melepas lelah. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasa tidak kuat lagi menandingi Rakhan dalam berlari. Padahal, pasir pantai sudah menjadi lingkungan biasa bagiku yang tinggal di daerah pesisir. Ah tentu saja, secara fisik badannya lebih besar dan kakinya jauh lebih panjang dariku. Cih, dasar laki-laki.

"Nih," tiba-tiba suara Rakhan memecah lamunanku. Ia mengulurkan sebuah gelas berisi es kelapa muda. Rakhan mengambil posisi disebelahku dan meminum es kelapanya dalam diam. Matanya menatap lurus lautan dihadapan kami. Aku ikut meminum es kelapaku dan menatap mata jernih itu. Perlahan pandangan mataku menelusuri wajahnya yang lumayan tampan, dengan rahang tegas dan hidung mancung. Pandangan mataku turun ke bahunya yang lebar dan tangannya yang kokoh. Astaga, sejak kapan ia sedewasa ini?

"Rei, aku memang tampan dari dulu. Tidak perlu terkesima begitu," tawa Rakhan kembali mengudara. Wajahku seketika memanas, malu ketahuan memperhatikannya. Segera kualihkan pandanganku.

"Kenapa kau diam saja Rei? Ada apa?" tanya Rakhan. Ia mendekatkan wajahnya, sehingga manik cokelat Rakhan bertabrakan dengan milikku. Tatapannya teduh. Dan menenangkan. Aku mengerjapkan mata dan menggeleng. Sekali lagi kualihkan pandanganku. Entah sudah berapa kali wajahku memanas karena Rakhan.

"Aku tidak apa-apa," tandasku cepat. Lama aku tidak mendengar balasan Rakhan. Perlahan aku menoleh dan melihat Rakhan yang masih fokus padaku. Spontan, aku terjungkal kaget hingga hampir terjatuh. Suara tawa menyebalkan terdengar lagi. Aku mendengus.

Rasa kesalku seketika memudar saat kurasakan sebuah telapak hangat yang mengelus kepalaku.

"Rei, terimakasih," ucap Rakhan tiba-tiba. Aku mengangkat sebelah alisku dan melirik Rakhan.

"Terima kasih untuk semuanya," sambungnya lirih. Aku menelengkan kepala tak mengerti dengan ucapannya. Mataku melebar saat Rakhan menarikku ke dalam pelukannya. Dan kurasakan bahu Rakhan berguncang. Walau tak paham, aku tetap mengelus punggungnya. Berusaha menenangkan.

Dan dilatari matahari yang perlahan tenggelam. Suara debur ombak yang kasar. Serta angin laut yang berhembus, kami berpelukan. Saling menguatkan

=========

Pendek :)

Maaf lama, karena saya sibuk ujian QwQ

Part selanjutnya update malam nanti~ jangan lupa vote dan komen yaa~

-Altair

Me and Mine (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang