Luna menghela napas pelan. Ia membuang pandangan ke luar jendela yang menampilkan hiruk pikuk kota. Memasukkan tangannya ke dalam saku, ia melenggang pergi. Dengan sekali kibasan kepala, Luna berusaha menghalau air mata yang hendak jatuh.
"Ada apa?" Ica menatap wajah adiknya yang sendu. Sementara Luna hanya diam memeluk boneka.
"Gagal?" tanya Ica lagi. Luna mencebik mendengar perkataan kakaknya. Gadis berambut panjang itu semakin menenggelamkan wajah di boneka yang ia peluk.
Ica menghela napas melihat hal itu. Ia mengulurkan tangan dan membelai puncak kepala Luna.
"Tidak apa-apa," ucap Ica lembut. Jemarinya perlahan turun dan mengangkat dagu Luna.
"Semuanya baik-baik saja," sambung Ica sambil menatap mata Luna yang mulai berair.
"Kakak, aku sudah lelah mensugesti diriku bahwa semunya baik-baik saja. Jadi tidak usah katakan hal itu lagi." Luna mulai terisak.
Ica mengulum senyum maklum. Ia kenal betul watak Luna. Gadis itu berpendirian kukuh dan sangat bersemangat mengejar mimpinya. Namun sepertinya, ia mulai memasuki fase lelah. Ya, Luna sudah lelah menggantung mimpinya yang tak pernah tercapai. Lelah pada kenyataan bahwa ada hal yang tidak bisa diraih walau sudah berusaha keras.
Pandangan Ica tertumbuk pada tumpukan kertas yang berantakan di atas meja. Gadis berambut sebahu itu kembali menghela napas. Luna adalah seorang remaja yang suka menulis. Ia menyukai hal itu semenjak kecil. Bermodal buku-buku tebal yang jadi santapannya sehari-hari, gadis itu mulai memupuk asa sebagai seorang penulis. Luna berharap, suatu hari nanti tulisannya bisa tersebar luas. Dan menjadi motivasi serta penyemangat bagi orang lain.
Namun takdir berkata bahwa Luna harus diuji terlebih dahulu. Jalan menuju hal yang diimpikan tidaklah mudah. Karena jalan itu bersifat menanjak dan amat melelahkan. Luna pun tertatih-tatih perlahan demi mengejar mimpinya. Penolakan, penghinaan, dan berbagai kesedihan menghiasi jalannya. Dan sampailah Luna pada titik ini. Titik dimana ia ingin berdiam sejenak dan merenung sendirian.
"Kakak, aku tak mengerti apa lagi yang salah?" tanya Luna perlahan. Isakannya mulai reda dengan menyisakan air mata di sudut matanya.
"Maksud Una?" Ica balas bertanya.
"Orang yang berusaha tanpa berdoa itu sombong. Dan orang yang berdoa tanpa berusaha itu malas. Begitu kan seharusnya?"
Ica mengangguk membenarkan ucapan adiknya. Itu adalah kata-kata mutiara kesukaan Ica. Namun ia lupa dimana ia dapat kata-kata itu.
"Aku sudah melakukannya. Aku berusaha sekuat tenagaku, aku berlari tanpa lelah mengejar semuanya. Aku juga rajin berdoa. Kakak pasti tahu bagaimana aku selalu menyelipkan asaku dalam setiap doa. Lalu kenapa kak? Apalagi?" perlahan Luna kembali terisak. Ica merengkuh bahu adiknya dan menepuk punggungnya pelan.
"Shh ... Sudahlah," ucap Ica. Ia terdiam dan membiarkan adiknya kembali menangis. Setelah isakan Luna berkurang, Ica melepas pelukannya.
"Yang seperti itu tergantung rejeki. Kalau bukan rejeki, mau dikejar sebagaimanapun tidak akan didapat. Tapi kalau rejeki, kita tidak inginkan pun pasti akan datang," ucap Ica hati-hati. Ia tak melepaskan pandangan dari Luna. Gadis itu memperhatikan ekspresi adiknya yang mulai datar. Lalu Luna mengerjapkan matanya.
"Ah, kenapa tidak kupikirkan sampai situ," ucap Luna pelan. Ia mengatur napasnya lalu memeluk Ica.
"Aku mengerti kak. Terima kasih," sambung Luna. Tanpa menunggu reaksi Ica, Luna melenggang keluar kamar. Ica menghela napas untuk kesekian kalinya. Benarkah Luna sudah paham? Dan apakah gadis itu sudah ikhlas pada semuanya? Ica menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan pikiran negatif.
***
"Jadi sebenarnya, penulis baru itu bisa diterima karena punya koneksi," jelas Sam sambil menekankan kata 'koneksi'. Luna terdiam menatap sahabat sehobinya itu.
"Jadi semuanya tergantung koneksi ya?" ucap Luna sambil mengaduk es jeruknya. Sam mengangkat sebelah alisnya.
"Hei, aku bertanya-tanya. Bukannya Papamu itu kenal dengan manager penerbit Halo?" tanya Sam.
"Oh itu. Ya, papa memang kenal," jawab Luna tak acuh. Gadis itu menutup mata dengan dagu yang ditopangkan pada tangan.
"Lalu? Kenapa tidak memanfaatkan hal itu? Itu kan koneksi juga!" seru Sam. Pemuda itu menggelengkan kepalanya tak percaya. Luna menghela napas mendengar perkataan Sam.
"Tidakkah kamu bangga jika kamu terkenal karena usahamu sendiri? Pasti menyenangkan naik menuju ke atas karena memang kamu pantas," tukas Luna cepat. Ia memandang Sam tak suka.
"Luna, kamu terlalu lurus! Dunia ini kejam bagi orang lurus seperti kamu." Sam kembali menggelengkan kepalanya.
"Jadilah sedikit fleksibel dan ambil semua peluang. Jangan terlalu lurus seperti ini," sambung Sam lagi. Pemuda itu menyendok baksonya dan berdecak. Luna menyipitkan mata mendengar hal itu. Ia benar-benar tidak suka.
"Aku tak akan menyalahkanmu karena berkata seperti itu. Dunia yang kejam inilah yang membuatmu begini. Yah, mungkin manager penerbit Halo itu salah. Orang-orang berjabatan tinggi juga. Merekalah yang membuat kita berpola pikir seperti ini," balas Luna panjang lebar. Sam terdiam, tak paham arah pembicaraan Luna.
"Aku akan tetap pada pendirianku. Seorang Alluna tidak mau menjadi patah atau yang kau bilang fleksibel itu. Aku ingin berkata pada dunia bahwa inilah aku. Lihatlah aku sebagai diriku sendiri. Bukan aku anak siapa, bukan aku dari mana, apalagi aku kenalan siapa. Dan mari lihat, berapa banyak orang lurus yang bisa orang culas itu patahkan," tandas Luna puas. Ia berdiri dari duduknya dan melenggang meninggalkan Sam yang masih terbengong. Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan ikut berdiri.
"Luna tunggu!" seru Sam sambil mengejar Luna.
"Maafkan aku! Hei, Luna!" Sam berusaha meraih tangan Luna, namun gadis itu berjalan lebih cepat. Tak menyerah, Sam mempercepat langkah kakinya.
"Alluna dengarkan aku!" seru Sam lagi. Luna berbalik dan memicing. Sam menumpu pada lututnya lalu bernafas terengah.
"Lalu, dengan segala penjelasanmu itu, bisakah aku jadi orang yang tetap lurus sepertimu?"
Luna tersenyum, "Kenapa tidak? Mari kita berjalan lurus dan buktikan pada semuanya!"
Sam balas tersenyum dan menepuk telapak Luna.
"Ya, mari berjuang!"
========
Special thanks to kakak onlen Rainglow Makasih untuk inspirasi cerita ini! Semoga kalian yang baca bisa terinspirasi yah!
Jangan lupa beri kritik dan saran, serta tekan tanda bintang! Terima kasih
-Altair

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mine (on hold)
De TodoHanya sebuah kumpulan cerpen sederhana. Dengan membawakan tokoh utama seorang perempuan, seolah mewakilkan beberapa kisah perempuan dari beragam usia. Dimulai dari hangatnya kebersamaan keluarga sampai dinginnya tenda peperangan. Cerita ringan di ru...