Aku mengetuk-ngetukkan jari telunjukku. Teman-temanku tidak mengeluarkan reaksi apapun setelah aku selesai bercerita. Mereka hanya terdiam dengan tatapan kosong. Entah apa yang bermain di dalam pikiran mereka sekarang.
"Hei, ceritaku sudah selesai." Aku mengambil jus alpukat di hadapanku dan meminumnya. Sesaat jus itu terasa agak pahit. Padahal aku yakin aku sudah memesan agar susunya diperbanyak.
"Ceritamu ... terlalu...," ucap Natasya patah-patah. Aku meliriknya lalu mengerjapkan mata tak paham. Gadis berambut sebahu itu bertopang dagu menatap kami satu persatu. Ia meminum es kelapa mudanya lalu mengambil napas.
"Terlalu menyeramkan," lanjut Natasya. Aku berdecak sebal mendengarnya. Sementara teman-temanku yang lain mengangguk setuju.
"Memang apa yang salah?" balasku. Padahal aku sangat menyukai cerita yang baru saja aku sampaikan. Entah seleraku yang aneh atau bagaimana. Bagiku kisah itu mengingatkan kita tentang perputaran roda kehidupan. Agar tidak terlena maupun menyerah. Juga mengingatkan bahwa perempuan bukan makhluk lemah yang bisa ditindas. Yah, itu sebenarnya kembali lagi pada pribadi perempuannya. Seandainya si perempuan itu menghargai dirinya, dia tidak akan diperlakukan semena-mena. Dan sebaliknya juga begitu.
Oke mungkin aku kurang sreg di bagian ending. Tetapi aku tetap suka. Itu adalah kisah kebencian, dan aku paham kata-kata orang tua mengenai hal itu. Kira-kira itu berbunyi 'saat menyukai, jangan terlalu suka. Dan saat membenci, jangan terlalu benci'. Agak aneh memang, tetapi aku mengerti, itu sama seperi jangan senang atau sedih yang berlebihan. Yah, begitulah.
"Ah, teman-teman sudahlah." Suara Maya menghentikan Anita yang hendak berargumen mendukung Natasya. Perhatian kami pun teralih ke arah Maya. "Giliranku untuk bercerita," sambungnya. Gadis itu memegang bundelan kertasnya dan memperlihatkannya pada kami. Aku mengangguk setuju. Lebih baik sesi cerita ini dilanjutkan. Teman-temanku yang lain berpandangan sejenak lalu ikut mengangguk. Maya pun tersenyum cerah.
"Baik, ceritaku ini tidak sedramatis cerita Khanaya." Aku mendelik sebal saat Maya melirikku penuh makna. "Tetapi ceritaku tentu tidak kalah menarik dari ceritanya," sambung Maya sambil menahan tawa. Ia membuka halaman pertama bundelan kertasnya lalu mulai membaca tulisan yang tertulis di sana.
=======
-Altair

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mine (on hold)
AcakHanya sebuah kumpulan cerpen sederhana. Dengan membawakan tokoh utama seorang perempuan, seolah mewakilkan beberapa kisah perempuan dari beragam usia. Dimulai dari hangatnya kebersamaan keluarga sampai dinginnya tenda peperangan. Cerita ringan di ru...