Rasuk

1.6K 128 5
                                    

Matahari menampakkan diri dan menyinari dunia. Kirana berjalan masuk ke kelas. Hingga kini, ia dan Kak Jaka masih belum bertegur sapa. Apa-apaan Kakak itu, seenaknya saja bicara. Ngomong asal. Kirana jadi badmood. Tanpa sengaja, dia menabrak Husen, preman sekolah. Mereka teman satu kelas. Husen ditakuti seluruh siswa dari berbagai kalangan.

"Kalau jalan lihat-lihat! Punya mata kan lu?!" betak Husen.

"Iya maaf," kata Kirana.

"Maaf, maaf, emang semuanya bakal kelar gitu doang?! Aneh!" mendengar keributan itu, semua orang berkumpul dan bisik-bisik. Husen yang berbadan tinggi besar berhadapan dengan Kirana yang bertubuh kurus.

"Kan aku udah minta maaf!" Kirana balas membentak, entah dari mana datangnya keberanian.

"Berani juga lu!"

"Jadi kamu mau apa?!"

Husen ingin meninju Kirana, tapi Kirana berhasil menghindar dan menggenggam kerah baju Husen. Tubuh kecil Kirana mendapat kekuatan besar. Dia mendorong tubuh Husen hingga merapat kedinding. Husen diam tidak berkutik. Kerumunan orang yang menonton pun ikut terdiam. Guru berdatangan.

"Ada apa ini?" Seru Bu Tita, guru BK.

"Husen? Kirana?" mata Bu Tita membelalak ketika melihat Kirana. Anak murid pendiam yang dia kenal, punya keberanian melawan Husen yang bahkan kakak kelas pun takut?

"Ikut ibu ke BK" Bu Tita berjalan di depan Kirana dan Husen. Kirana memberi tatapan tajam bagi seluruh orang.

"Aneh, tidak tahu malu, sok, cari perhatian," itu adalah cibiran-dari mulut seluruh orang yang ada di lorong.

Suasana di ruang BK panas. Bu Tita tidak menyangka, Kirana punya cukup keberanian, apalagi, Ayah Husen adalah seorang tentara berpangkat Jendral. Tapi, Kirana tidak peduli. Siapapun dia, jika sudah salah tetap salah. Tidak peduli status mereka. Tatapan Bu Tita berpendar.  Pintu ruang BK ditutup. Tapi, kerumunan orang masih setia mengintip. Melihat hukuman apa yang akan di berikan.

"Kenapa ini?"

"Dia nabrak saya buk," Husen melirik Kirana dengan sombong.

"KAN SAYA SUDAH MINTA MAAF!" teriak Kirana. Mata Bu Tita. terbelalak.

"Dengar ya, saya tidak suka sama orang yang senang memperpanjang masalah, saya sudah minta maaf, dan  harusnya selesai," kata Kirana dengan nada tinggi. Dia berdiri dan keluar dari ruang BK.

Saat keluar, kerumunan orang menyingkir, mereka memberi Kirana jalan. Agaknya, ucapan Kirana terdengar sampai keluar. Dengan langkah lebar, Kirana berjalan kekelas. Bu Tita membiarkan Husen bebasn dan memerintahkan kepada semuanya untuk masuk kelas.

Jam pertama adalah IPA, Bu Asti membawa seluruh muridnya untuk belajar ke lab IPA. Mereka belajar disana. Tapi sebelum itu, Bu Asti membagi muridnya menjadi beberapa kelompok. Jumlah murid ada 35 orang. Jadi ada 7 kelompok dengan jumlah masing-masing 5 orang perkelompok.

".... kelompok 7 terdiri dari Siti, Andra, Julian, Devi, dan Kirana. Sekarang kira ke lab IPA." perintah Bu Asti.

Kirana, Siti, Andra, Julian, dan Devi berjalan beriringan. Tidak ada obrolan. Mereka hanya menggunakan isyarat mata, karena ada Kirana di kelompok mereka. Kirana tahu, dia menjadi topik pembicaraan, tapi Kirana memilih diam dan tidak ambil pusing. Sesampainya di lab IPA, mereka memilih duduk di dekat jendela. Cahaya matahari merambat masuk. Orang yang pertama terkena cahaya mata hari adalah Kirana. Dia duduk di paling pinggir. Cahaya matahari yang terhalang oleh badan Kirana membuat dirinya menjadi siluet. Angin sepoi-sepoi yang menghantam rambut panjang Kirana membuatnya terbang. Kirana cantik sekali. Dia bak seorang model yang sedang melakukan pengambilan gambar. Beberapa pasang mata terpaku akan dirinya namun bibir mereka terkunci. Biarlah hati yang berbicara, bagaimana cantiknya Kirana saat ini.

Sixth Sense [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang