Alam Bawah

1.2K 94 0
                                    

Author pov

Mawar langsung berlari menuju kamar Kirana, begitupun Andre. Mawar menutup mulutnya ketika melihat keadaan Kirana. Gadis itu persis zombie. Kulitnya putih pucat, rambutnya berantakan, bahkan, dia mimisan. Anehnya, darah Kirana berwarna agak kehitaman.

Bunda dan Sisil nampak memegangi tangan Kirana yang terus berontak. Kak Jaka berdiri diambang pintu. Kakinya lemas. Kirana... begitu menyeramkan.

"Andre, tolong kamu bawa Jaka menjauh," kata Sisil.

"Apapun, jaga putriku," Andre mengajak Kak Jaka keluar.

Tatapan Kak Jaka dan Mawar bertemu. Tapi, Mawar hanya memutar bola mata. Sisil menusuk leher belakang Kirana menggunakan sebuah jarum kecil. Gelap. Jendela dan pintu mendadak tertutup. Bunda dengan cepat menaburkan garam disekitar lokasi mereka. Mawar membantu menyalakan 13 lilin yang dibentuk lingkaran.

"Kali ini aku yang akan menyelesaikan, semuanya..." kata Bunda.

Batin Bunda dan Kirana bertemu...

                             ☗☗☗

Arini pov

Aku membuka mata. Gelap. Ini bukan alamku. Ini alam bawah. Hanya rohku yang disini, sementara tubuhku? Ada bersama Sisil dan Mawar. Kaki ini rasanya ringan sekali, kakiku membawaku menuju arah barat. Aku melihat sebuah pohon hitam tanpa daun. Disitu juga terlihat seutas tali.

Mataku membulat. Aku melihat Kirana yang terbaring dan Riana yang sedang menusukkan sesuatu. Aku ingin berteriak, namun suara ku hilang ditelan bumi. Tapi, kakiku mendadak berlari tanpa kuperintah. Aku memegang bahu Riana. Kutatap matanya. Apapun yang terjadi, aku ingin putriku selamat.

"Riana..."

"..."

Riana menatapku dengan benci. Aku paham. Sangat paham. Dia salah paham. Bagaimana caraku memberitahunya? Riana tampak mengacungkan pisau.

"Ri..."

"Saatnya kamu merasakan apa yang aku rasakan,"

Mataku menatap Riana, dalam-dalam, "Ini tidak seperti yang kamu lihat, aku terpaksa, dokter sudah mengatakan bahwa jika terlalu lama, kamu akan tersiksa,"

Mata hitam Riana menyipit, "Riana, ini bukan keinginanku, sekali lagi, ada persetujuan dokter, Hendar, bahkan... Andre,"

Aku memberanikan diri memeluk Riana, perubahan mulai terjadi. Riana balas memelukku. Aku melihat kearah matanya yang berubah normal. Riana tersenyum rapuh.

"Kamu... harus membawa satu nyawa untuk kembali," Riana menatapku sendu.

"Mengapa begitu? Bukankah, saat Mawar kemari dia tidak perlu memberi satu nyawa?"

"Ini berbeda, sudah kali kedua kalian kesini, dan menyelamatkan nyawa yang sama,"

Aku menatap Riana, kemudian beralih kearah sebuah benda mirip pisau. Tanganku meraihnya. Maafkan aku Kirana, Jaka, ini demi kalian. Aku menutup mata.

Gelap.

Author pov

Arini membuka mata. Dia melihat Kirana yang tiba-tiba terbaring. Pandangannya beralih ke Sisil. Wanita itu terbaring lemah dengan sebuah silet di tangannya. Darah terus mengalir.

"Sisil!" Teriakan Arini membuat Mawar terkejut.

"Sil... apa yang sudah kamu lakukan?" mata Arini memanas.

"Aku... tau..." ucapan Sisil terpotong. Dia menutup mata. Untuk selamanya.

Mawar menelpon ayahnya. Kirana terbangun bertepatan dengn keluarnya sebuah asap putih berkilauan. Mawar berdiri, dia menjulurkan tangan seperti ingin memegang asap itu.

Sixth Sense [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang