Epilog

1.3K 98 2
                                    

Tujuh tahun kemudian...

Senyuman indah terukir sempurna diwajah Kirana. Gadis itu tampil cantik menggunakan kebaya modern, kain songket, flat shoes hitam, dan make up. Kirana melangkah turun. Tampak Bunda yang sudah cantik juga.

Wajah Bunda tampak segar. Kirana sudah tidak sabar bertemu Anita. Jihan melambai kearahnya. Jihan bersama Bi Yora dan Paman Aam juga sudah tampil sangat mengesankan. Mereka akan pergi.

"Ayo cepat, Jaka pasti sudah menunggu," ujar Bunda sembari melangkah masuk ke mobil.

"Iya, ayo, sudah semua kan?" Paman Aam menengok kebelakang untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

Mereka akhirnya sampai disebuah rumah yang cukup mewah. Kirana langsung berlari menuju rumah itu tanpa menghiraukan apa yang sedang dia gunakan. Senyumnya kembali mengembang setelah melihat bayi mungil nan lucu yang sedang digendong ibunya. Hanya dengan tatapan, Kirana langsung menggendong dan menciumi bayi itu.

"Anitaaaaaaaa! Ugh sayang-sayang! Muahh! Ihh geemeezzhh!"

"Itu bukan boneka Kirana," tegur seseorang. Kirana menoleh dengan malas. Orang itu adalah ayah si bayi, yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

"Sini," Mawar mengambil alih bayinya yang mulai menangis.

"Lho, kenapa?" tanya Mawar.

"Takut sama kamu," jawab Kak Jaka.

Kirana beralih ke Kak Jaka. Dengan satu gerakan, dia memeluk Kak Jaka. Ah, rindu berat. Kak Jaka juga balas memeluknya.

"Sendirian?" tanya Kak Jaka.

"Enggak, tuh sama Bunda, Bi Yora, Paman Aam, dan Jihan," jawab Kirana enteng.

"Maksudnya, kamu masih 'sendirian', gak?" Senyum miring menghiasi wajah Kak Jaka.

"Iya!"

"Zieee gak laku zieeee,"

Jihan tiba-tiba menghampiri mereka. Gadis ini tampil beda sendiri. Dia menggunakan baju atasan berwarna abu-abu, dan celana panjang. Jihan tumbuh menjadi remaja tomboy.

Jihan mengamit tangan Kak Jaka. Senyuman miring menghiasi wajahnya.

"Zieee yang udah tua zieee, zieee yang punya anak, zieeee yang ditungguin kalau belum pulang, zieee zieee," goda Jihan.

Kirana tertawa, Kak Jaka juga. Jihan dan Kirana bertos ria. Aksi mereka dilihat oleh Mawar yang langsung bereaksi geleng-geleng kepala dan tersenyum. Di umur yang baru 23 tahun, dia tidak menyangka jika sudah memiliki anak. Kak Jaka dan Mawar masih kuliah, di universitas yang sama namun jurusan yang berbeda.

"Sudah-sudah acaranya mau mulai, jangan bikin rusuh," kata Bunda.

Ini adalah acara selamatan dua bulan Anita. Anak Kak Jaka dan Mawar. Acara dilaksanakan pada pagi hari dan berlangsung khidmad. Seusai acara. Mereka memilih untuk foto keluarga. Ada Kirana, Bunda, Kak Jaka, Mawar, Bi Yora, Paman Aam,Jihan, dan Ayah Mawar. Bersama Anita juga pastinya.

Kirana melihat hasil foto tadi. Matanya mengeluarkan air. Antara bahagia dan sedih. Antara harus tertawa atau menangis. Kirana selalu berharap ada Ayah disetiap momen berkumpul bersama keluarga. Cepat-cepat, dia menghapus air mata. Kirana segera tersenyum, dia melihat dari sudut pandang lain. Tuhan mengambil Ayah, tapi menggantinya dengan Mawar dan ayahnya, juga Anita. Keponakannya tersayang.

Hai Ayah...

Apa kabar? Ayah pasti senang kan disana? Ayah sudah punya cucu lho, cantik sekali. Kita punya anggota keluarga baru yah, kalau ada Ayah pasti lengkap. Kirana rindu ayah. Semuanya udah berubah. Kak Jaka sama Bunda juga udah lama akur. Kirana senang. Ayah, aku sayang ayah. Terus lihat kami dari sana ya!

Sayang, putrimu
Kirana Santika :)

                          **********
Halo guysssss! Ketemu lagi sama saia. Ceritanya tamnah abstrak yah?? Ini chapter terakhir😭😭 *elah, lebay bet dah_- tapi, masih ada extra part. Apa itu? RAHASIA! Tetap baca, vomment+ikuti yah. Udah terakhir nih, beri sedikit kenangan lah sama ni cerita.

Oke lah, see u 💋💋💋

Sixth Sense [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang