Roh

1.4K 111 4
                                    

Mawar memutar otak. Matanya menangkap seutas tali putih yang digunakannya untuk pramuka beberapa hari yang lalu. Dengan cepat, Mawar membuka pintu kaca dan segera mengikat tali tersebut di balkon. Tidak lupa, dia juga membawa handphone dan bebrapa lembar uang. Mawar turun dan mendarat dengan mulus. Dia mengambil sandal dan berlari. Tangan Mawar bergerak-gerak untuk menghentikan sebuah taksi.

"Perumahan Indah, pak, cepat!" Kata Mawar dengan nada agak tinggi.

Sang supir langsung tancap gas dan mengambil kecepatan 80km per jam. Jantung Mawar berdegup kencang. Taksi berhenti tepat didepan pintu gerbang perumahan Indah. Mawar segera memberika selembar uang yang bahkan dia pun tidak tahu berapa ribu-- kah uang tersebut.

"Kembaliannya ambil aja pak!" kata Mawar dan langsung.

"Gimana ada kembalian, uangnya aja pas,"  pak Supir menggelengkan kepalanya melihat tingkah Mawar.

Dada Mawar naik turun dengan cepat. Napasnya tersengal - sengal. Kak Jaka yang berdiri mondar mandir di depan pintu rumah tampak terkejut. Kak Jaka langsung memberi Mawar air minum. Mawar menerimanya dan segera meminumnya. Kak Jaka menutup pintu dan menguncinya. Dia menarik tangan Mawar, ralat, bukan menarik tapi menggenggam. Mawar memperhatikan tangan Kak Jaka yang berada tepat diatas tangannya. Kak Jaka terkekeh sebentar.

"Bunda nyuruh kita kerumah temannya," Kak Jaka menunjukkan sebuah kertas berisi alamat.

Jalan Kantil, no. 13

Mawar mengerutkan keningnya. Kantil? Bukankah nama itu terlalu horor? Siapa kira-kira teman Bunda? Ribuan pertanyaan berseliweran di benak Mawar.

"Kenapa diam? Kaget ya, tangannya aku genggam?" tanya Kak Jaka.

Mawar menggeleng, "Bukan, ini kok nama jalannya horor. Kayak kunti saja pakai kantil," kata Mawar dengan polosnya.

"Iya, tapi alamatnya benar ini kok,"

Mereka segera mencari taksi. Saat mendapatkan sebuah taksi, Kak Jaka langsung memberi tahukan tujuan mereka. Supir tampak sangat terkejut. Jalan Kantil terkenal angker. Tempat favorit untuk bunuh diri, mabuk, balap liar, atau bahkan perbuatan yang tidak senonoh.

"Mau ngapain kalian kesana?" tanya supir.

"Nyari alamat," jawab Kak Jaka.

Supir mengangguk. Taksi mulai pergi menuju Jalan Kantil. Jalan Kantil ternyata cukup jauh. Mawar menyesal hanya memakai baju kaos polos lengan pendek toska dan celana jeans selutut.  Taksi berhenti di sebuah jalan yang sunyi, jalan tersebut gelap karena banyak pohon rimbun. Lebih mirip hutan.

"Kalian nyari alamat siapa?"

"Rumah nomor 13,"

Jari supir menunjuk ke sebuah rumah, rumah satu-satunya di Jalan Kantil. Rumah besar bercat putih yang telah kusam. Ada beberapa burung gagak yang bertengger di atap dan balkon rumah.

"Itu rumahnya,"

"Terima kasih pak, ini,"

Kak Jaka menyerahkan selembar uang seratus ribuan. Si supir menggeleng. Matanya menyelidik kearah Kak Jaka dan Mawar. Tatapan curiga di lemparkan.

"Kalian mau berbuat apa disini?" Supir memajukan kepalanya.

"Tenang pak, saya remaja baik-baik," Kak Jaka memundurkan badannya.

"Ingat, jalan ini angker, banyak setannya," ucap si supir.

"Si bapak negatif terus. Saya masih sekolah pak, kalau macam-macam nanti anak saya mau dikasih makan apa?" Mendengar ucapan Kak Jaka, Mawar membelalakkan matanya.

Sixth Sense [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang