Irene kecil yang berumur 5 tahun, sedang bermain dengan teman-teman Tk-nya. "Alvalo jangan cedih gitu, nanti Irene cedih juga" kata Irene berumur 5 tahun
"Alvalo ngga cedih kok Ilene" sambil mengelap pipinya yang basah terkena air matanya.
"alvalo jangan cedih lagi yaa,nanti Irene lapolin ke tante lita" mamanya Alvaro, tante Rita."Uuu, jangan dong linn" isakkannya semakin deras.
"telus kenapa kamu nangis alvalo?" tanya Irene kecil yang juga menangis"Si meong hilang, tapi mami nggak tau, tadi meong jalan ke sana"nunjuk jalan raya.
"Hooh, kalau gitu Ilene kesana untuk cali meong ya, tapi alvalo janji jangan nangis dulu" sambil mengulurkan kelingkingku.Kemudian Irene kecil mendekati jalan raya, "meongg, kelual, alvalo nyali kamu".
"IRENE!!". Hanya dalam hitungan detik, mataku terasa sangat berat, aku sempat lihat keadaan disekitarku, Mami yang sedang menangis. Lalu dalam sekejap pandanganku menghilang."ARRGGHH",teriakku kencang sambil berlompat dari tempat tidurku.
"RIN!" suara yang berasal dari Kak Yonard dari depan pintu kamarku. Mami dan Papi langsung menghampiriku."Kenapa Rin? Mimpi buruk itu lagi ya?" tanya Mami sambil mengelus lembut puncak kepalaku, "Kamu nggak kenapa-kenapa kan Rin?" tanya kak Yonard terdengar getaran dari suaranya itu, aku hanya bisa mengangguk.
"Rin, mending kamu ganti baju terus istirahat lagi ya" kata papi setelah melihat badanku yang penuh dengan keringat dingin. "Ma,Pa..",kataku sambil mengisyaratkan 'im fine'
"Lo kalau butuh apa-apa, tanya ke gue aja, lagian kamar kita bersebelahan kan" suara kak Yonard yang sudah tidak begitu kaku lagi.
"Ma, aku udah baik-baik aja kok, mami sama papi bisa balik ke kamar, maaf ya tadi aku jerit" kata-kataku tidak sia-sia, karena diikuti dengan anggukan Mami dan Papi yang sekarang menuju kamar mereka.
"Rin, gue balek dulu ya, masih ngantok nih" Sambil menunjuk jam yang ada di dinding berwarna putih ku, jam 2:33.
Keesokan harinya, gue dijemput sama sahabat gue dari kecil, namanya Alvaro Aria Putra. Saat gue tepuk pundaknya Alvaro, dia balas dengan meluk gue erat-erat.
"Var, lu kenapa?" tanyaku terkejut pada saat tangan Pria itu melingkari pinggangku. "G-gue ma--" kata-katanya terhenti. "Gue sayang sama lo rin." katanya dengan serius. "Hah?",jawabku dengan menaikkan alis kiriku
"Tapi boong" diikuti tawanya yang terbahak-bahak karena melihat ekspresiku yang bengong menunjukan huruf O."Var, ayok jalan, nanti telat ke rumahnya Veli lagi" kataku sambil pura-pura melupakan apa yang barusan terjadi.
"hahaha, siap deh monyong jelek" ledeknya.
Siap-siap gue jitak lu nanti kataku dalam hatiAngin bertiup mengibaskan rambut gue yang nggak sempat gue ikat tadi sebelum berangkat.
Singkat cerita. Gue sama Alvaro sudah bersahabat sejak balita, Terlihat dari seberapa akrabnya kami, Ultah kita juga beda 3 bulan doang, gue yang ultahnya 10 Juli dan Alvaro yang lahir pada tanggal 10 April.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm glad it was you
Romance"Nggak lagi, gue mau kita temenan" ujar Pria bermata coklat itu mengulurkan tangannya. Masa lalu Irene yang membuatnya dingin kepada yang lainnya dilelehkan seorang Pria yang bertemu di Minimarket dekat rumahnya. Semua pertemuan akan diawali dengan...