Kenzie
Kenzie Aldric, 19 tahun,Anak panti asuhan yang diasuh oleh asisten Alm. Papaku,Om Billy. Alm. Papaku, Ferandi Xaviar dan Mamaku Luscia Aldric Xaviar, Aku tidak pernah merasa cinta setelah mereka meninggal. Lalu aku mementengi diriku dengan cara membangun tembok susah untuk dirobohkan. Tapi tembok itu berhasil dirobohkan Gadis ini, Aku tidak mengerti tentang perasaanku ini, apakah cinta? Atau hanya-- sudahlah lupakan. Yang terpenting adalah Aku belum bisa ngomong sama Irene, sahabat baruku plus yang kedua, nanti baru aku ceritain siapa yang pertama.
Aku belum berhasil ngomong sama Irene tentang sesuatu, Brutal jika aku ingin menjadi pacarnya saat itu juga. Kalian percaya sama yang namanya 'Cinta Pada Pandangan Pertama' kan? Tapi tidak sebelum aku bertemu gadis ini, dia cantik, tetapi senyumannya sebeku es. Membuatku semakin penasaran dengannya.
Lamunanku semakin dalam, sampai-sampai aku tersenyum sendiri, jika saja aku berada di pinggir jalan sekarang dengan baju robek dan rambut acak-acakan, pasti sudah dikira 'crazy'. Seseorang menepuk pundakku dan aku tersontak kaget, refleks, aku mengangkat tanganku dan hampir saja menamparya. "Yo bro, chill. It's just me, Aldi your first bestie" ujarnya dengan suara menjijikannya sambil melindungi kepalanya. Aldi Rafael, teman kecil pertamaku yang sudah kuanggap abangku sendiri. Karena umur kami berjarak 3 tahun.
"Ooh, sorry Di," ucapku sambil tertawa kecil. "Sorry, sorry. Iya dah gue maafin," sambil mengerucutkan bibirnya, ia menghempaskan tubuhnya di kasurku yang berukuran King.
"Apa gue gila?" tanyaku lalu ditanggapinya dengan cepat, "Hmm?Nggak kok, lo cuma lagi jatuh cinta, plus lo nggak gila, cuma sinting" tawanya menyelimuti kamarku. "Heh, jangan ngasal lo ngomongnya, nggak gue kasih masuk kamar lagi lo, keluar" teriakku sambil mengibas tanganku, mengusirnya keluar. "Gue kan joking, lah Irene Natasha, namanya cantik tuhh" godanya membuatku memutar bola mataku, "Dia punya gue, Di. Punya.Gue." ucapku sengaja menguatkan suara, hanya ditanggapinya dengan tawa.
Aku bakalan ngejelasin perasaanku yang tidak jelas ini,Rin. Bukan sekarang tapi pasti.
***
Irene
"Dan lo terima aja gitu?" Cetus Alvaro sambil menaikkan sebelah alisnya. Veli hanya mengangguk. "Jangan mikirnya setengah-setengah dong, Vel" lanjut Mika mengelus punggung Veli yang sedang menahan isakkan.
"Mba, Pasiennya udah siuman, dia memanggil nama Velira Audrey." Perhatian kami direnggut oleh perawat itu, Veli langsung bergegas menuju kamar Velani dirawat. Selang 15 menit berlalu, wajah yang tadinya pucat sekarang bersemi kembali. Senang rasanya bisa melihat Veli kembali tersenyum. "IRIN! AKU SENENG BANGETT" ujarnya sambil memeluk gue erat. "I.. Iya... Ve...L.. g...U....e nggg...akk.. b....isa... naa.....pas" ucap gue sambil mendorongnya. "Eheheheheh, maaf ya, gue lagi seneng bangettt nihh" ujarnya sambil berlompat-lompat kegirangan.
"VELANI BAKALAN TINGGAL DI INDONESIA SEKARANG!! MAMI N DADI BAKALAN RUJUK!!" teriaknya membuat kami menjadi pusat perhatian. "Ssst." ucap seorang perawat, gue langsung menatap Velira, dia sedang menutup mulutnya agar tidak berkata sepatah pun, lalu menaikkan pundaknya. "Jadi kita nggak usah dikasih tau dong," gumam seseorang dari belakang, Alvaro dan Mika terlihat berdua sambil menatap gue dan Veli tajam. "Hehehe, maaf guys tadi lo pada kemana? Gue liatnya Irin doang makanya langsung ke dia" ucapnya merangkul pundakku. Kami semua terkekeh.
Tokk... tokk..
"Masuk" sahut seseorang dalam kamar tersebut. "Kamu Irene, bukan?" Tanyanya sambil menepuk tempat kosong disampingnya, mengisyaratkan gue untuk duduk. Gue mengangguk dan duduk disampingnya. Lalu setelah gue perhatikan, dia memang kembarannya Velira, cantik, anggun. Hanya saja sekarang dia berada di rumah sakit dengan kaki kiri yang sedang dibalut perban. "Velani kan? Udah baikan belum?" Tanya gue dan langsung ditanggapi dengan anggukan semangatnya. "Irene, Velira sering cerita soal kamu ke aku, sia bilang kamu baik banget sama dia, dia jadi inget sama aku kalau lagi ngobrol sama kamu" katanya sambil tersenyum lebar kepada gue. Gue hanya bisa menyengir mendengar perkataan yang tidak gue sangka akan dikatan olehnya.Berjam-jam kami berbincang tentang keluargaku, keluarganya, mantan pacarnya yang menyelingkuhinya dan sahabat-sahabatnya. Velani memang kembaran Veli, tapi Velani lebih terbuka soal perasaan dan lebih ceria. Veli lebih calm dan cool. Setelah berbincang dengan Velani, Gue pamit untuk pulang karena jam di dinding berwarna putih ini telah menunjuk angka '8:37'.
"Gimana tadi?" Tanya kak Yonard setelah gue menghempaskan tubuh ke kasur berukuran Queen. Gue hanya menangguk dan tersenyum dengan mata terpejam. "Iya gimana? Cerita dong,Rin" ujarnya sambil mengguncangkan tubuh mungil gue.
"Iya kak, iyaa" gumam gue. Gue berdiri dan langsung beranjak keluar kamar,diikuti kak Yonard.Lalu sesampainya kami didepan pintu kamar gue, gue langsung berlari masuk ke kamar dan mengunci kamar gue sambil tertawa terbahak-bahak "Irenee!!! BUKAIN DONG," teriak kak Yonard yang gue tanggapi dengan meredupkan lampu kamar dan beranjak tidur setelah minum obat.
________________
Vote and comment yaa!! Support Author bobrok ini terus, biar dilanjutin. HeheSincerely,
Author🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm glad it was you
عاطفية"Nggak lagi, gue mau kita temenan" ujar Pria bermata coklat itu mengulurkan tangannya. Masa lalu Irene yang membuatnya dingin kepada yang lainnya dilelehkan seorang Pria yang bertemu di Minimarket dekat rumahnya. Semua pertemuan akan diawali dengan...