Who? 011

37 10 1
                                    

Suara klakson benda dengan tumpangan didalamnya memenuhi kota Jakarta pagi ini tidak lupa untuk mengeluarkan asap putih yang mengotori udara nan sejuk pagi ini. Irene yang baru saja bangun karena ocehan kak Yonard harus menghentakkan kedua kaki malasnya menuju kamar mandi.

"Hoamm" Irene mengucek kedua bola matanya lalu mencuci wajahnya dengan air, lalu tersontak kaget karena airnya terlalu dingin. "Kak Yonard tuh ya, nggak ada pengertian deh, udah masih ngantok, sebel deh," oceh Irene kepada dirinya seraya mempersiapkan dirinya dengan air hangat, setelah selesai Irene langsung bergegas turun dan duduk di meja makan panjang milik Keluarganya. "Eh? Irene? Tumben jam segini udah siap," ucap Mama Irene sambil mengecup lembut kening putri satu-satunya. "Iya tuh, diomelin kak Yonard," Irene yang setelah mengeluarkan kalimat itu langsung mengerucutkan bibirnya menjadi 5 centi lebih panjang setelah melihat kakaknya yang turun dari anak tangga dengan rambut yang masih basah, "Yoshua, Irene, makan dulu aja," ucap Mama Irene lalu menyiapkan Sandwich berisi selada, telur dan dada ayam.

"Ngapain lo ngeliatin ampe gitu? Gua tau gua ganteng kok" ucap Kak Yonard penuh percaya diri setelah menyadarkan Irene. "Ihh apaan sih, awas deh, jauh-jauh dari gue," balas Irene sambil mengibas tangannya dan mendorong Kakaknya. Kak Yonard hanya tertawa pulas dan mengacungkan jempolnya ke udara dan mengedipkan sebelah matanya kepada mamanya, Mama Irene lalu mengangkat kedua bahu serta kedua tangannya keatas udara, pertanda tidak mau ikut campur. Ya, beginilah keadaan rumah Irene setiap paginya.

***

Irene
"Halo?"
"......"
"Dimana? Ayok"
"......"
"Sippp, tungguin gue, masih disekolah nih"
"......"
"Bye, gue tutup ya"

***

"Sebel banget deh, Ken masa tadi pagi Kak Yonard ngocehin gue, kan ga lucu malah disiram air lagi ke muka gue," oceh gue saat sudah berada dicafe. "Hahaha, jadi lo apain? Masa Irene diem doang?" Canda Kenzie sambil menyeruput milk-tea miliknya. "Yeeee, nggak dong masa iya hari ini balas dendamnya, besok dong" balas gue seraya mengangkat sebelah alis.

"Licik juga lo ya," kikik Ken sambil menggeleng kepalanya, "oohhhh, belum tau aja lo," canda gue lalu mengangkat tanganku membentuk angka dua di udara. "Oh ya, lo suruh gue kesini buat apa?" Potong gue saat menyadari tujuan gue kesini. "Oh, itu. Dirumah lo aja deh, banyak orang disini, udah malem lagi" jawab Ken sambil memerhatikan sekitar kami, gue mengangguk seraya berjalan menuju parkiran, tempat mobil sport Ken berada.

Entah kenapa ya, gue ngerasa Ken serius banget deh tentang persoalan ini. Satu langkah lagi dan "Sampai!" Jerit Ken membuat gue tersontak kaget. "Ya ampun Ken, kaget gue" ucap gue sambil mengelus dada gue. Lalu gue berjalan menuju halaman rumah, dengan Ken yang mengekori setelah berpamitan kepada Mama dan Papa. Geli banget sih, tadi Mama wink gitu ke gue, dia pikir gue ngapain coba, batin gue.

"Rumah lo bagus ya," kata pertama yang dicetuskan Ken setelah 3 menit berdiaman. "Hahahah, ngomong kayak kaga pernah kesini ae lo," sambil menyodongkan sebotol fruit-tea kepadanya. "Jadi gini, Rin" suara Ken mulai serius. Sebelum gue bisa ngomong, Ken melanjutkan kalimatnya. "Gue itu ---" kalimat Ken lagi-lagi terhentikan setelah melihat Kak Yonard.

Kenzie
"Gue itu ---" kalimatku terhenti karena melihat Kakak Irene melambaikan tangannya kepadaku. Failed for the thousands times,batinku. "Ehh, Kenzie tumben dateng, eh salah ya? Lo kan sering kesini" terdengar nada mengejek didalam kalimat itu, lalu Yoshua mengedipkan matanya kepada Irene dan merangkul pundakku. "Cie yang udah jadi bos muda, Congratulation, bro" ucapnya lalu menjabat tanganku, memang setelah aku kenal Irene, Yoshua menjadi temanku juga. "Thanks, dude. and, how's school?" Ucapku lalu menanyakan bagaimana sekolahnya, i mean,Kampusnya.

"Dude, we gotta talk," tanpa aba-aba Yoshua lalu menarik tanganku dan berbisik kepadaku. Ekspresiku seperti baru saja memenangkan piala oscar. "YOU'RE NOT KIDDING RIGHT?!" teriakku setelah mencerna setiap kata-kata Yoshua. "Eh, Rin, i gotta go home, bye" ucapku seperti seseorang yang tergesa-gesa, pipiku memerah dan melambaikan kecil tanganku kepadanya, Irene mengerutkan dahinya dan melambaikan tangannya lalu mengantarku ke depan rumahnya. "Besok janji ya, harus ngomong" Irene mengulurkan kelingkingnya dihadapanku dan memintaku untuk membalas kelingkingnya. "It's a pinky promise,"ucap Irene seperti anak kecil yang jika dibaca 'gue bisa diabetes karena kemanisan Irene'. Aku setuju lalu membalas kelingkingnya.

Sesampainya dirumah, aku langsung melempar diriku diatas spring-bed berukuran king-ku. Lalu wajah Irene melayang dipikiranku, membuarku tersenyum sendiri lalu tidak sadar aku tertidur.

Irene, tidakkah lo sadar sudah membuatku jatuh dan melupakan masa laluku?

______________
Vote and comment yaaa!! Makasih buat #54 on highschoollovestory yaa❤❤❤ Author sayang Para readers

Sincerely,

Author🍃

I'm glad it was youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang