Kenzie
Sinar matahari yang masuk dari sela-sela gordenku menusuk mataku pagi ini, entah mengapa aku punya firasat buruk dan ini.... Irene?
Aneh? Iya, banget malah. Tapi udah siang dan aku harus siap-siap ke kampus."Nggak mau mandi?" Tanya pria yang berdiri dengan jas hitam yang terlihat sangat classy dan rambut yang tertata rapi sambil menyandarkan tubuhnya pada pintu kamarku yang terbuka lebar sekarang, "Ehh, Aldi? Tumben jam segini udah rapi, mau hunting ya lo?" Tanyaku balik, sambil mengedipkan sebelah mataku. Aldi langsung memutar bola matanya, "Au ah, bawel lo, mandi cepet"
"Iya gue mandi," ujarku sambil berlari menuju kamar mandi, tak lama kemudian lampu kamar mandiku gelap, sepertinya ada yang mengerjaiku, dan gue tau siapa orangnya. "ALDI RAFAEL!!" teriakku disambut dengan kekehan dari luar. Siap-siap lo Aldi Rafael, batinku.
Kapan-kapan baru aku jelasin 'firasat' tentang Irene aja, kali ini urusanku sama Aldi Rafael.
Irene
"Woi!" Gue tersontak kaget, lalu menoleh ke suara itu, terlihat Alvaro sedang menertawai gue, "Paan sih Var, kaget tau" sambil mengusap dada gue, lalu disambut dengan Alvaro yang mendaratkan kepalanya ke pundak gue. Jelas dong gue kaget, "Hmm? Lo kenapa,Var?" Tanya gue sambil memerhatikan gerak-geriknya. "Hmm, iya" jawabnya lemas ditambah dengan serakan dari suaranya itu. Alvaro habis nangis? "Var, kenapa? Cerita deh" kata-kata gue membuatnya lebih menggelamkan kepalanya.
"Gue takut,Rin" gumamnya lembut, sangat lembut hingga terdengar seperti bisikan, "Takut apa? Takut hantu, nggak lo banget Var" canda gue, berusaha menenangkan Alvaro."Seriusan deh, lo kenapa?" Ucap gue lebih lembut lagi, lalu kaget saat tubuhnya tergeletak lemah dipangkuan gue. Pingsan?! "Alvaro, Bangun, Hei!" Ujar gue panik seraya menguncang-guncangkan tubuhnya yang sekarang sudah lemah itu. Lalu gue lihat Adit didepan pintu kantin sekolah, "DIT, BANTUIN GUE BAWA ALVARO KE UKS," teriak gue kepada Aditya yang sedang berlari menuju gue dan Alvaro.
Lo kok bisa baik-baik aja ,Var, gue nggak nyangka lo bisa nyimpen masalah ini dari gue, Sahabat kecil lo sendiri.
Alvaro
"Alvaro, Bangun, Hei!" Suara terakhir yang terdengar sebelum penglihatan gue hitam, Gue buka mata gue yang terasa berat ini perlahan, lalu memerhatikan sekitar, terlihat sosok perempuan berambut coklat tua yang tertidur disamping gue, mungkin dia belum nyadar gue udah bangun. Wajahnya terlihat tiga kali lebih cantik saat tertidur.
Tangan mungilnya masih memegang erat tangan besar ini. "Rin?" Bisik gue. "Ehh, udah bangun? Sini gue bantuin duduk," ucapnya sambil membantu gue duduk. "Udah baikan?" Tanyanya kali ini serius, lebih seperti, khawatir. Gue mengangguk, lalu membuka suara, "Berapa lama gue pingsan,Rin?" Lalu menoleh kearah yang ditunjuknya, jam dinding UKS yang menunjukan angka 3:09.
"WHAT?! 5 jam?" sambil mengucek mata, lalu dibalas dengan anggukannya. "Kita pulangnya pake mobil gue aja ya" ucapnya sambil mengangkat kunci mobil miliknya lalu merapikan rambut gue yang masih berantakan. Irene terlihat lebih cantik jika diperhatikan sedekat ini. Refleks gue genggam pergelangan tangannya lalu menariknya hingga wajah kami hanya berjarak mungkin, 5 cm? "Lo kenapa,Var?" Tanyanya polos, "Lip-tint gue belepotan ya?" Sambil meraba wajahnya. Lalu gue lepas genggaman tadi, Irene masih memegangi wajahnya. Apakah lo cuma pura-pura polos,Rin? tanya batin gue. Irene masih terlihat kebingungan.
Kenzie
"Gue bisa gila." gumamku sambil menyeruput soda-ku. Come on Ken, you're never like this. My feelings, it's really confusing, batinku. Walaupun aku tau apa yang kurasakan ini, tapi ini masih membingungkan. Belum lagi masa laluku yang mendatangiku lagi beberapa hari ini. "Arrgh" sambil mengacak rambutku. "KENAPA LO HARUS BALEK KE HIDUP GUE?!" teriakku kepada selembar foto yang kugenggam erat, lalu merobeknya.
Lalu aku terpikir lagi apa yang dikatakan Aldi tadi pagi setelah aku usai mandi dan sudah berada dimobil.
"Irene pasti hebat," ucap Aldi sambil memerhatikan jalan didepannya.
"Maksud lo?" Tanyaku sambil mengerutkan dahi. Aldi hanya tersenyum lalu menjelaskan "lo nggak sedingin dulu lagi, Var" "Gue tau kok," sambil tersenyum kepadanya. "Pasti itu gara-gara Irene kan?" Aldi memberhentikan mobilnya lalu menurunkanku didepan gerabng kampusku "Hmm, iya, Gue masuk dulu ya," ucapku lalu dia hanya mengangguk dan tersenyum.Sudah hampir 15 menit aku bolak balik menatap layar hp-ku. Berharap nama kontak yang sedari tadi inginku lihat muncul dan melampiaskan apa yang ada dipikiranku selama ini, bukan, bukan pikiran, tapi perasaan. Iya, 3 bulan yang lalu, dialah yang membuatku merasakan apa yang sudah lama hilang, Gadis dingin yang merobohkan tembok yang kubangun selama 12 tahun terakhir, hanya dengan senyumannya. Irene Natasha.
________________
Support Author terus ya, supaya bisa ngelanjutin ini, jangan lupa Vote and Comment ya, by.💞Sincerely,
Author🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm glad it was you
Romance"Nggak lagi, gue mau kita temenan" ujar Pria bermata coklat itu mengulurkan tangannya. Masa lalu Irene yang membuatnya dingin kepada yang lainnya dilelehkan seorang Pria yang bertemu di Minimarket dekat rumahnya. Semua pertemuan akan diawali dengan...