"IRENE!! BANGUN!!" Lagi-lagi suara kak Yonard menggangu tidurku.
"Ihh kak, apaan sihh masih ngantuk tau, lagian kan hari ini hari Sabtu" gerutuku sambil mengibas tanganku, mengisyaratkan agar Kak Yonard segera keluar dari kamarku.
Kak Yonard mendengus keras "Mami minta lo ke minimarket,Rin" suara kak Yonard terdengar serius. Lalu aku duduk sambil menekuk lututku. "Buat apa kak? Lagian kenapa nggak kakak aja?" Suara serakku memenuhi kamarku.
Kak Yonard membuka suara sebelum aku sempat melanjutkan kalimatku, "Gue ada acara dadakan di kampus" Ujar kak Yonard diikuti senyuman tipisnya. "Yaudah deh, mana list-nya?"
****
"
Mami, Irin pergi dulu yaa" sambil mengecup pipi Mami yang sedang membaca majalah. "Iya Rin, hati-hati ya" balas Mami.
Kugayuhkan sepedaku secepat kilat, berhenti di sebuah minimarket yang jaraknya kurang dari 200 meter dari rumahku. Lalu aku bergegas mencari bahan-bahan yang dituliskan Mami diselembar kertas.
"Wortel, check, Labu, check, Deterjen?" Gumamku sambil melihat sekitarku, 'pewangi & deterjen', okei ketemu! Aku berlari kecil menuju tempat itu dan pandanganku hanya terfokus kepada lembaran kertas yang bertulis bahan-bahan yang diberikan Mami
GUBRAK!, wortel-wortel berjatuhan, astaga kok bisa-bisanya gue seceroboh ini, Mami pasti marah."Ouch" suara itu mengalihkan perhatianku, Lalu kuperhatikan sekitarku, terlihat seorang pria yang merintih kesakitan, bermata coklat, rambut berwarna coklat muda, alis yang tebal, hidung yang mancung dan bibir yang tipis. Mungkin 1 atau 2 tahun lebih tua dariku.
"Kamu nggak apa-apa?" Suara pria itu terdengar sedikit khawatir. Kugeleng kepalaku, menunjukan bahwa aku tidak apa-apa.
"Maaf" kata itu terucap bersamaan, mempertemukan mata kami, ya ampun kuatkanlah aku Tuhan, "Okei, lupain kita pernah tabrakan, sekarang kita balik lagi jadi orang asing" Suaraku yang memecahkan keheningan tadi, dibalasnya dengan mengerutkan dahi.
"Kenapa?" Tanya pria bermata coklat itu heran.
Aku menggeleng untuk kedua kalinya, rasanya sangat canggung untuk berbicara kepada Pria ini. Ya ampun Irene Natasha, masa kamu malu-maluin diri sendiri ke pria ini? Malah dianya ganteng lagi.
"Nggak lagi, sekarang kita temenan" Pria bermata coklat itu mengulurkan tangannya. Kukerutkan dahiku lalu membalas uluran tangannya sambil tersenyum tipis.
"Nama gue-" kata-katanya tertahan, "Kenzie Aldric" gumamnya sambil tersenyum. Kurasakan aliran darahku mulai menutupi pipiku, detak jantungku juga kini seperti dikejar polisi. Memang sih Kenzie ganteng banget. You've done a crime Kenzie, wait 'till you pay for this, ucapku dalam hati.
"Gue Irene Natasha, panggil aja Irin atau Rin" Gumamku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Diikuti dengan anggukannya, yang berarti Kenzie setuju? Lalu perlahanku lepaskan genggaman tangannya tadi.
Sejak hari itu, kami jadi sering bertemu tanpa alasan.
Is this a coincidence? Or not? Entahlah, rasanya sangat aneh jika berpapasan dengan Ken Hampir.setiap.hari.Kami juga bertukar nomor telepon pada hari itu, Sudah 3 bulan kami berkenalan, Ken bersekolah di IS, sedangkan Gue di JMS, Sekolah Ken memang salah satu sekolah terbaik di Jakarta, tapi sekolah gue nggak kalah juga dong.
"Senyum dong,Rin" ujar Ken sambil menyubit lembut pipiku. "Iinngg" senyumku lebar. Ken tertawa kecil sambil mengelus puncak kepalaku. Lalu menyedot Chatime miliknya sambil mengalihkan pandangannya kedepan.
Kenzie Aldric, Pria bermata coklat yang kutabrak di minimarket tempo hari, telah menjadi salah satu sahabatku.
"Hari ini kamu cantik banget, Rin"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm glad it was you
Romance"Nggak lagi, gue mau kita temenan" ujar Pria bermata coklat itu mengulurkan tangannya. Masa lalu Irene yang membuatnya dingin kepada yang lainnya dilelehkan seorang Pria yang bertemu di Minimarket dekat rumahnya. Semua pertemuan akan diawali dengan...