Ex 009

28 11 2
                                    

Kenzie

Empat belas tahun yang lalu, kedua orang tuaku meninggal akibat kecelakaan mobil, anehnya aku yang ada didalam mobil bersama mereka selamat. Hari yang papa nanti-nantikan dari dulu akhirnya akan terjadi besok, batinku. Besok adalah hari dimana aku memasuki angka 2 sebagai umurku. 1 Juli, besok juga aku akan menjabat menjadi pemimpin sah Xaviar Company.

"Cieeh yang besok dewasa," ujar seseorang sambil menyodorkan sekaleng coke. "Thanks," ujarku sambil tersenyum tipis kepadanya. "Lo kok sedih gitu mukanya? Hei, besok lo jadi pemimpin sah dari Xaviar Company, senyum dong" ucapnya sambil meneguk coke miliknya.

"Cewek brengsek itu balek lagi, Di" ucapku sambil mengacak acak rambutku. "Ngapain lagi sih dia? Dasar" ujarnya sambil mengelus kaleng miliknya. "Entahlah, tapi gua mau lo cari tau" gumamku sambil menatap Aldi serius.

"My pleasure, Mr. 'Soon to be CEO'" kekehnya lalu kami melajukan mobil sport-ku menuju apartemen milikku, aku sedang tidak ingin pulang ke rumah. Kenapa lo harus balek? Lo belum puas nyakitin gua? batinku.

1 Juli 2018.

"Halo semuanyaa!! Selamat datang di pesta perayaan Ulang tahun Xaviar Company yang ke-27" ucap pria yang berada di atas panggung itu disambut meriah oleh sorakkan dan tepuk tangan semua yang berada di ruangan itu, "Dan sebelum kita mulai acara kita hari ini, saya ingin Mr.Xaviar muda untuk berdiri diatas panggung" aku pun berjalan menuju panggung, tidak sedikit mata yang menatapku, apalagi para gadis dari sekolahku. Hari ini aku memakai kemeja putih yang dilapisi dengan jas maroon yang senada dengan tema pesta hari ini.

"Terima kasih Anthony, it's such an honor for me to be infront here, talking to not less than 500 people in this room, wow. Thank you for participating" ucapku langsung disambut meriah oleh semua orang diruangan ini, "Thank you Mr. Xaviar,  Participants, you can enjoy the dishes" ujar Anthony sambil mengodekan DJ untuk bersiap siap.

Selama acara berlangsung, aku berjalan kesana kemari untuk menyambut para tamu, jika kalian bertanya tanya kenapa kami memakai bahasa Inggris, karena klien  Xaviar Company rata-rata dari luar Indonesia. Dan Alm.Papaku keturunan Kanada, make sense right?

Setelah acara selesai, Aku dan Aldi pulang ke rumah bukan rumah, tepatnya Mansion milik Alm. Papaku, "Capek ya, ken" ucapnya menghempaskan tubunya diatas sofa. "Iya," ujarku singkat, "Gua ketemu dia tadi, katanya nitip salam ke lo" ucapnya seraya mengangkat kedua bahunya. "Udah deh Di, gua capek mau istirahat dulu," ucapku sambil meninggalkannya.

"Pa, akhirnya jagoan kecil papa ini menjabat di Xaviar Company, sayangnya papa nggak bisa ngerayain ini sama Ken. Ken rindu papa sama mama," ucapku menatap foto keluarga kami, Papa terlihat sedang tersenyum lebar dan Mama terlihat sangat anggun. "Papa, gimana kabar mama? Kalian baik-baik aja kan?" gumamku tidak sadar meneteskan air mataku.

"Andai saja Ken ikut Papa sama Mama waktu itu.." isakku semakin keras.
"Jangan ngomong gitu Ken, Mereka nggak bakal seneng kalau lo lemah kayak gini" ujar Aldi menenangkanku. "Ma.. pa.. maafin Ken" isakku terdengar sesekali. "Ken, Irene diluar dia nungguin lo" ujar Aldi sambil menepuk pundakku. Irene disini? Buat apa?

"Ehh, Ken? Kok matanya bengkak gitu?" tanya Irene sedikit terdengar khawatir. "Nggak kok,Rin" ucapku sambil menyambutnya dengan senyuman. "Lo bohong, lo habis nangis" ujarnya dingin. "Mereka nggak bakal bahagia kalau jagoan mereka sedih kayak gini." ucapnya sambil mengelus pipiku. Aduh Irene pengen bunuh gua, dia mau buat gua serangan jantung."Makasih udah ada buat gua selama 3 bulan terakhir ini,Rin" ucapku seraya memegangi tangannya yang berada dipipiku.

"Anyway lo udah jadi CEO kan? Selamat tuan muda" ucapnya kegirangan sambil memelukku, lalu menjabat tanganku. "Udah malem gini, Mama sama Papa lo nggak marah?" Tanyaku penasaran. Lalu Irene menggeleng, "nggak tadi udah pamit kok," gumamnya lalu menyodorkan sebuah kotak kecil yang berbalut kertas berwarna gold "Ini apaan,Rin?" ocehku seraya menerima pemberiannya. "Buka aja" sambil mengedipkan sebelah matanya, membuatku menaikkan sebelah alisku.

Sebuah gelang berwarna hitam yang bertuliskan huruf 'I'. Lalu Irene mengangkat tangannya, kulihat gelang yang persis melingkar di pergelangan tangannya tapi huruf yang berada di pergelangannya adalah 'K'. "Gua kasih ini ke lo, sebagai hadiah" ucapnya seraya memakaikannya dipergelangan tanganku. "Donee, Bagus kan?" Irene memuji pemberiannya itu membuatku terkekeh. "Makasih ya,Rin" bisikku kepadanya lalu kupeluk gadis bertubuh mungil yang berada didepanku. "Siapp, oh iya, lo kemarin mau ngomongin apa?" tanyanya sambil memainkan jari-jarinya. "Besok aja, lo nginep ya" tawarku. "Hookeeii.. huamm" sambil mengucek matanya. You won't realise how special you are to me, Irene Natasha.

_________________

Vote and comment ya!! Biar author lanjutin terus, makasih udah baca sampai terakhir💞 (chapter ini full Kenzie yaa)

Sincerely,

Author🍃

I'm glad it was youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang