14

272 9 1
                                    

Adelle berjalan ke parkiran dengan langkah gontai. Ia sama sekali tidak tahu menahu tentang anggota Pelita. Tapi sekarang? Ia sudah masuk ke dalam lingkaran mereka.

"Argh!!" Seru Adelle.
"Bisa gila gue kalo begini terus." Lanjutnya.

"Adelle.. Adelle.." panggil Kelvin sambil berlari menuju Adelle.

Adelle berhenti dan menoleh ketika namanya dipanggil, "Kenapa?" Tanyanya.

"Kalau ada apa - apa lo bisa cerita ke gue." Ucap Kelvin.

Adelle menaikkan alisnya bingung, "Maksud lo?" Tanyanya.

"Jangan salah paham dulu. Gue cuma takut kalau elo bilang langsung ke Jo, nanti dia bakal cuek tanggepinnya. Elo bisa cerita ke gue, nanti pasti gue sampein ke Jo. Lo tahu sendiri Jonathan kayak gimana kan." Jawab Kelvin.

"Gue pertimbangkan dulu." Ucap Adelle lalu kembali berjalan menuju motor merahnya.

*****

Sebelum kembali ke rumahnya, Adelle berhenti sebentar di cafe coffe. Ia sangat menyukai kopi. Banyak yang bilang kalau secangkir kopi akan lebih nikmat kalau diminum bersama - sama sambil bercerita. Tapi masalahnya, Adelle adalah pribadi yang penyendiri tapi peduli dengan teman - temannya.

"Del, rasain deh, kopinya enak banget."
"Gue gak suka kopi."
"Ini beda, Del."
"Pahit."
"Nggak, percaya sama gue, makanya cobain dulu nih."
"Awas ya kalau bohong."
"Iya.."
Adelle meminum secangkir kopi yang ditawarkan Dirga, kekasihnya.

"Enak kan?"
"Rasa kopi."
"Ya kan emang kopi, juleha.."
Lalu keduanya tertawa bersama sambil bercerita.

"Permisi, ini pesanannya." Kata pelayan sambil menyuguhkan pesanan Adelle.

"Terimakasih." Balas Adelle sambil tersenyum.

Ditemani secangkir kopi dan kursi kosong dihadapannya, itulah kebiasaan Adelle ketika singgah di cafe ini.

"Hai.." sapa seseorang lalu duduk begitu saja di kursi kosong dihadapan Adelle.

"Siapa lo?" Tanya Adelle sinis. Ia tidak suka diganggu begitu saja.

"Masa udah lupa sih." Jawabnya sambil tersenyum.
"Anjar. Yang waktu itu kita ketemu di pojokan sana." Lanjutnya sambil menunjuk kursi yang berada di sudut ruangan ini.

"Gak penting untuk di ingat." Balas Adelle menghiraukan Anjar.

"Pedes banget omongan lo." Kata Anjar sambil tersenyum.

Keduanya berdiam diri saja. Adelle sibuk memperhatikan orang berlalu - lalang sambil meniup kepulan kopi, sedangkan Anjar sibuk memperhatikan Adelle.

"Kenapa lihat - lihat?!" Kata Adelle kesal karena dirinya merasa diperhatikan oleh Anjar.

"Gue perhatiin, elo suka banget duduk sendirian disini. Lo butuh teman?" Tanya Anjar.

"Suka - suka gue mau duduk sendiri atau berdua bahkan bertiga, itu urusan gue. Dan teman? Gue sudah punya." Jawab Adelle sinis.

"Pasti elo tipe orang yang gak bisa ditebak." Balas Anjar.

"Gue bukan bahan untuk dijadikan tebak - tebakkan." Ucap Adelle.

"Tuh kan bener kata gue." Kata Anjar.
"Gue akan siap kalau elo butuh teman curhat. Gue akan pegang semua rahasia elo. Dijamin aman. Sayang banget, gue ada janji sebentar lagi. Gue duluan ya." Lanjutnya sambil menyerahkan identitasnya ke Adelle.

"See you." Ucap Anjar sebelum beranjak dari tempat duduknya. Adelle menatap aneh ke Anjar. 'Utusan dari mana sih dia?' batin Adelle.

Adelle melirik jam tangannya, waktu sudah semakin sore. Ketika ia memasukkan barang - barangnya ke dalam tas, tatapannya berhenti pada indentitas Anjar yang tergeletak di meja.

Adelle mengambilnya, "cafe coffe..." Ejanya ketika melihat kantor tempat Anjar bekerja. Adelle memasukkan kartu itu dengan kasar kedalam tasnya.

JONATHAN!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang