20|Akhir

228 13 2
                                    

16 April 2018

Genap satu tahun aku mengenal Arka. Tentang bagaimana pertemuan yang tak sengaja tahun lalu. Yang berujung pada sebuah kisah dalam hidup ku.

Satu tahun mengenal Arka, bukan waktu yang cukup. Kadang kala aku tak mengenal akan sosoknya.

Satu tahun mengenal Arka, membuatku tahu bahwa cinta bisa datang kepada siapa dan dengan cara apapun. Misal, kepada seseorang seperti Arka yang bahkan belum pernah aku temui sekalipun.

Satu tahun mengenal Arka, aku merasa bahagia. Aku tahu memang, jika dilihat dari status kita—aku dan Arka memang mantan kekasih.
Tapi setelah dari itu, status kita tak pernah jelas. Kadang kala Arka bisa menjadi sahabat yang selalunya berbagi cerita. Atau sebagai partner dalam bermain game. Atau kadang kala dia masih seperti seorang kekasih yang selalu perhatian dan cemburu di satu waktu.

Namun, sekarang ini semua berubah. Arka memperjelas semuanya. Arka melabeli status antara aku dan dirinya sebagai seorang kakak-adik.

Sebenernya aku tak masalah dengan status. Hanya saja, ketika status sudah diperjelas lambat laun semua berubah. Untuk berbagi cerita rasanya hanya sebelah pihak—ya hanya aku yang masih berbagi cerita dengannya.

Dalam bermain game pun, dia sudah tak pernah mengajakku lagi. Apalagi untuk perhatian dan cemburunya lambat laun hilang.

Beberapa minggu sebelum semua diperjelas. Aku sudah merasakan perubahan sikap Arka. Aku tak pernah memikirkan hal lainnya seperti, wanita lain misalnya. Karena toh memang Arka berteman baik dengan beberapa wanita. Maka, aku simpulkan perubahan sikap Arka hanya perasaanku saja.

Tapi kenyataannya tidak. Aku lupa bahwa tak ada pertemanan yang benar-benar antara laki-laki dengan perempuan. Iya, perubahan sikap Arka nyatanya karena seorang wanita.

Dan disaat aku tahu semuanya. Aku tak bisa melakukan apapun. Sudah jelas bahwa aku bukan siapa-siapa untuk Arka.

"Kei, aku sayang kamu. Tapi kita gak bisa balik kaya dulu. Karena hubungan kita pun udah lama selesai."

Itu yang Arka ucapkan ketika aku tahu semuanya. Sebenarnya jauh dari kata balikan, aku hanya sudah nyaman dengan status tak jelas seperti beberapa bulan belakang ini.

"Kei, kamu bisa anggap aku jadi abang kamu."

Dari situ, untuk sekedar berbagi ceritapun bukan aku lagi yang Arka bagi. Aku bukan lagi partner bermain game untuk Arka. Dan bahkan bukan untuk ku lagi perhatian yang Arka tuju. Ada seseorang yang mengganti posisi itu.

Dan aku merasa kehilangan. Kehilangan sosok seorang sahabat, partner game dan juga seseorang yang kadang kalanya perhatian.

Dan sekarang aku tak pernah lagi mendengar suara jahilnya atau bahkan suara yang selalu aku dengar sebelum tidur.

● ● ●

Aku menyeka air mataku yang sedari tadi keluar. Menatap goresan tinta yang baru saja ku tulis. Ah sesaknya. Ku memilih untuk menutup jurnalku dan berjalan ke atas ranjang.

Ku lihat jarum jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Iya, akhir-akhir ini aku memang agak susah untuk terlelap di jam tidur normal. Tanpa sadar terkadang aku terlelap ketika masih di atas meja belajar dengan jurnal yang terbuka.
Atau di atas ranjang karena terlalu lelah mengingat semua yang terjadi belakangan ini.

Seperti yang sebelumnya sudah aku tulis dibagian akhir jurnalku. Aku memang tak pernah bisa lagi mendengar suara Arka sebelum tidur atau setiap hari, tapi aku masih bisa mendengar suaranya meski hanya sebatas rekaman suara yang dulu pernah dia berikan.

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang