???

809 21 1
                                    

Hari demi hari telah kulalui, langkah demi langkah semakin pasti ku pijakkan di atas bumi ini.

Hari yang ku jalani semakin terasa menyenangkan semenjak aku dekat dengan Kak Andrean, aku terkadang merasa seperti dibalikan dalam takdir kehidupanku sendiri, dulu aku yang sama tak ingin kenal atau bahkan dekat dengan Kak Andrean, kini tuhan semakin membuat kami berdua selalu bersama dan terus di dekatkan.

Sifatnya yang begitu dewasa sangat berbanding terbalik dengan sikap yang aku bayangkan saat  pertama kali aku bertemu dengannya, mungkin ini maksud dari kata-kata "Don't Jugde by The Cover",  ia selalu berusaha membantuku kala aku kesulitan, ia berusaha agar selalu ada untukku. Walau saat ini aku masih menggantung status antara kami berdua, tapi itu sama sekali tak berpengaruh terhadap sikapnya kepadaku. 

Aku sudah menceritakan kejadian yang aku alami tempo lalu kepada Kak Dena, kejadian dimana akhir-akhir ini aku merasa sangat dekat dengan Kak Andrean.

"Kak, Andrean beda banget sama yang kita kira sebelumnya ya?" ucapku memulai obrolan  saat malam ini kami berdua berada di ruang tamu.

Kak Dena menyeruput teh hangatnya pelan-pelan, "Hmm" sahutnya sembari mengangguk kecil.

"Lo suka sama dia?" lanjutnya lagi, dan kini pandangannya sudah terfokus pada wajahku, seakan menunggu apa yang akan aku katakan atas pertanyaannya tersebut.

Aku memalingkan wajah, bertatapan dengannya saat ini sangat terasa menyeramkan, Aku mengangkat bahuku "Ngga tau" jawabku ragu.

Kak Dena mengerutkan keningnya, tak puas akan jawaban yang aku berikan "Bilang aja!" kata Kak Dena meminta jawaban lebih pasti.

"Hmm" kataku sembari mengangguk malu, aku tak tau apakah hal ini bisa dibilang jatuh cinta? aku takut untuk mengakui hal ini, tapi pada intinya aku nyaman dengan Kak Andrean, aku selalu ingin bersamanya saat ini.

Melihat apa responku terhadap pertanyaan Kak Dena,  ia menghembuskan nafas kasar, kemudian memalingkan wajahnya dan menyeruput lagi teh hangat yang aku sempat buatkan untuknya.

"Kenapa?" tanyaku kebingungan. 

Bukannya menjawab, Kak Dena malah beranjak dari tempat duduknya dan langsung pergi menuju kamarnya saat ini.

Aku sempat merasa aneh dengan kelakuan Kak Dena, apakah ia tak setuju jika aku menyukai Kak Andrean atau sebaliknya?

Tapi Kak Dena dari dulu tak pernah melarangku melakukan apapun yang aku mau atau apapun yang aku inginkan. Apakah ia masih takut karena kejadian waktu ini yang membuatnya merasa terluka cukup dalam di hatinya? apakah ia masih belum bisa memaafkan Kak Andrean sepenuhnya?

***

"Selamat pagi semua!" teriakku girang saat hendak sarapan bersama seluruh anggota keluargaku.

"Ayo nak sini sarapan dulu!" teriak ayahku bersemangat.

Aku kemudian mempercepat langkahku agar segera sampai di ruang makan, kemudian tak lupa aku memeluk dan mencium ayah, ibu berserta Kak Dena.

"Jijikz gue dicium lo mulu!" Dengus Kak Dena.

*PLAKKK  satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Kak Dena. "Bacot lu bang!" jawabku sembari duduk di sebelahnya.

Kak Dena meringis kesakitan, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan ini.

"Gimana hubungan lo sama Andrean?" Tanya Kak Dena saat kami sekeluarga sedang makan malam bersama.

"Uhuk,,, uhukk,,, uhuk!!" bagaikan valak yang tiba-tiba datang lalu dengan cepat mencekik leherku, pertanyaan Kak Dena sangat berhasil membuatku tersedak saat  ini.

TANGIS atau TAWA (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang