Yes! Direstuin

560 17 0
                                    

Hari demi hari telah kulewati, senyuman selalu setia menghiasi. Semenjak kejadian tempo lalu, entah kenapa selalu ada dorongan dari dalam diri untuk selalu berusaha dan menunjukan yang terbaik kepada semua orang.

Aku sangat percaya, ini berkat semangat dari Kak Andrean yang selalu mengebu-gebu. Semua berawal darinya, sebuah permata yang tak pernah ku dapat sebelumnya kini telah kutemui dan kugenggam dalam sosok seorang laki-laki yang bernama ANDREAN.

***

Hari ini kujalani aktivitas seperti biasa, berangkat sekolah kali ini aku diantar dan dijemput oleh Kak Dena.

Kak Andrean sedang demam dari kemaren pagi, dan sampai saat ini masih lemas tak berdaya di apartementnya. Aku tak ingin membuat kondisinya semakin parah, alhasil aku meminta bantuan agar Kak Dena yang menggantikan posisi Kak Andrean untuk beberapa hari ini.

Kak Dena nampaknya setuju-setuju saja dengan apa yang aku minta, baginya ia tak akan merasa keberatan jika sudah menolongku, bahkan sebelum Kak Andrean datang di kehidupan kami, Kak Denalah yang sering melakukan hal yang dilakukan Kak Andrean sekarang kepadaku.

Hari ini setelah pulang sekolah aku berencana meminta Kak Dena untuk mengantarkanku ke apartement Kak Andrean. Walau awalnya sedikit merasa ragu, tapi apa boleh buat? aku tak ingin berlama-lama Kak Dena tak menyetujui hubunganku dengan Kak Andrean. Aku akan berusaha keras agar Kak Dena segera mengetahui sisi baik dari Kak Andrean sebenarnya sehingga  cepat atau lambat ia akan menyadari bahwa pilihanku memang tepat untukku.

Aku hanya sekedar ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Kak Andrean sekarang.

Saat sudah di dalam mobil aku memberanikan diri untuk bicara "Kak?" Kataku sedikit kikuk saat sudah  diperjalan pulang .

"Hm?" respon Kak Dena tanpa mengalihkan pandangannya saat mengemudi.

"Ki-kita ke apartement Kak An-Andrean sebentar ya kak" kataku semakin gugup. Aku benar-benar takut untuk menyampaikan keinginanku ini pada Kak Dena.

Namun beberapa saat setelah aku mengucapkan hal itu, Kak Dena diam dan sama sekali tak merespon ucapanku. Jangankan merespon, menoleh sedikit ke arahku saja tidak.

Aku menjadi semakin takut dan kikuk, dengan cepat aku tak lagi membahas apa yang aku ucapkan tadi. "Biarlah Kak Dena diam seperti ini, aku tak akan meminta hal itu lagi padanya" lirihku dalam hati.

Aku menyenderkan badanku dan menatap keluar jendela mobil, memberikan selah untuk perasaanku yang campur aduk ini bergemuruh di pikiranku.

Lama sekali aku dan Kak Dena saling berdiam diri, tak ada yang memulai pembicaraan antara kami berdua, Kak Dena yang sibuk mengemudi dan aku yang sibuk dengan pikiran kacauku.

"Kita ke apartement Andrean sekarang" kata Kak Dena tiba-tiba memecah kesunyian dalam mobil.

Aku sedikit tersentak dengan ucapannya tadi "Maksudnya?" tanyaku bingung dan memastikan apa yang aku dengar tidak salah.

"Katanya tadi mau ke apartement Andrean, biar gue anter sekarang, dimana lokasinya?" kata Kak Dena yang sedari tadi tak ada melirikku walau kita sedang berbincang.

Tanpa banyak basa-basi aku segera menjawab "Di jalan Mulawarman, no.2"

Kak Dena hanya mengangguk dan langsung memutar kemudinya menuju ke jalan yang aku maksud.

"Aneh!" gerutuku dalam hati, aku tak ingin memusingkan kepalaku dengan memikirkan sikap Kak Dena saat ini. Ia betul- betul orang yang sangat ababil.

***

Sesampainya di apartement Kak Andrean, aku dan Kak Dena segera menuju lantai empat apartement tersebut.

TANGIS atau TAWA (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang