Singapura

470 15 0
                                    

Dua minggu lagi Ujian Nasional untuk kelas XII akan segera dimulai,  di sekolahku ujian Nasional ini sudah berbasis komputer, lebih dikenal dengan istilah UNBK.

Tentunya aku semakin mantap untuk mengasah diri dan kemampuanku, guna meraih yang terbaik pada ujian kali ini.

Kak Andrean juga selalu setia menyemangatiku, begitu pula Kak Dena dan kedua orang tuaku. Aku merasa semangat yang mereka berikan padaku sangat berpengaruh besar terhadap pikiran dan jiwaku, ini terlihat jelas dari beberapa ujian pemantapan dan try out yang dilaksanakan tempo lalu oleh sekolahku, hasil yang kudapatkan sangat amat memuaskan, rata-rata nilai yang kudapatkan bisa hampir mencapai 9,7. Wooww,, kurasa itu pencapaian yang cukup maksimal.

Beberapa minggu yang lalu, aku sengaja memberitahukan hubungan ku yang sebenarnya kepada kedua orang tuaku, aku memutuskan untuk siap menerima apapun resikonya setelah aku mengatakan hal jujur ini pada mereka.

Tapi ternyata tuhan masih berpihak denganku,  setelah membicarakannya secara detail dan hati-hati  akhirnya kudapatkan respon positif dari orang tuaku, mereka terlihat  sangat setuju dengan hubunganku, bahkan mereka setuju jika setelah lulus ujian nanti, Kak Andrean segera melamarku.

Senang sudah pasti, tak jemu-jemu kupanjatkan syukur kepada tuhan, berkatnya semua keluargaku menyetujui apa yang aku jalankan saat ini. Perjuangan Kak Andrean untuk bisa mencapai semua ini sangat aku acungi jempol, nampaknya ia sangat berusaha keras untuk mewujudkan semuanya  dan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya. 

***

Saat ini sudah jam istirahat, dan ponselku berdering menandakan panggilan masuk.

"Nada, bisa kita ketemu hari ini?" Kata Kak Andrean dari seberang telepon.

"Dimana kak?" Kataku menjawabnya.

"Didepan sekolah aja, sepulang kamu sekolah ya, Aku tunggu!" kata Kak Andrean.

"Okay kak" Kataku bersemangat sembari mematikan panggilan teleponku.

***

Sepulang sekolah, aku langsung menuju kafe di depan sekolah, tempat aku dan Kak Andrean biasa bertemu. Sembari membaca novel pemberian Kak Andrean, aku duduk sendiri disana menunggu kedatangannya. "Sudah lama aku tak membacamu, maaf ya aku sibuk akhir-akhir ini, maklum persiapan ujian. Banyak yang harus aku selesaikan!" Batinku sembari mengelus sampul buku novel itu.

Disela-sela asyiknya membaca novel, tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang menuju ke arahku, aku dengan spontan mengalihkan pandanganku ke arah suara hentakan tadi. 

Seulas senyum kudapati dari seseorang yang mendekatiku 

"Haii sayang, lama ya?" Katanya sembari duduk di depanku. 

Aku membalas senyumnya dan menjawab "Ehh Kakak, enggak kok, aku juga baru sampek" 

"Oh iya, udah pesen makanan? kalo belum, pesen yuk, aku laper!!!" kata Kak Andrean sembari mengacungkan tangan memanggil salah satu waitress disana.

Aku mengangguk tanda setuju dengan apa yang Kak Andrean katakan. "Mumpung gratis eim :v"  

Beberapa menit kemudian, pesanan kami diantar oleh salah satu waitress yang ada disana. Tanpa basa - basi, kami dengan lahap memakan makanan tersebut. "Jangan kaget kurus-kurus gini kita berdua memiliki perut seperti gentong. Menampung banyak makanan hahaha" *KRIKK....

Oke kembali ke topik :v.

Aku bersandar lega pada tempat duduk ku, perut kenyang serasa ingin meledak. 

TANGIS atau TAWA (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang