5. Penghianat

58 11 0
                                    



Jam belajar sekolah sudah berakhir dari 15 menit yang lalu. Angga dengan kebiasaan nya kini tengah berdiri di ambang pintu menatap ketiga sahabatnya yang kelewat gila. Andra,Rifal dan Markus kini tengah duduk berkumpul membentuk sebuah lingkaran.

"Oyy sekarang udah minggu keempat,cepet kocok tuh undian. Kali aja minggu ini gue yang dapet arisan." Andra mengeluarkan suaranya.

"Sabar lah,kau ini kenapa tak sabaran sekali." Jawab Markus.

"Sok atuh buru teu sabar yeuh." Timpal Rifal.

Markus mengeluarkan gelas yang telah tertutup oleh kain yang berisi gulungan kertas dari dalam tasnya.

Angga menatap ketiga sahabatnya aneh. Bagaimana mungkin dia masih bertahan bersahabat dengan ketiga cowok arogan seperti mereka. Disaat laki-laki sepantarannya bermain basket atau bermain futsal sepulang sekolah,lain halnya dengan ketiga sahabatnya yang malah sibuk arisan layaknya ibu-ibu komplek. Ini juga salah satu kebiasaan sahabatnya sepulang sekolah selain mengadakan perfom band gadungannya.

"Loe bertiga kaya ibu-ibu komplek tau gak." Sinis Angga.

Seketika Andra,Rifal dan Markus mengalihkan tatapannya ke arah Angga dengan tatapan bertanya.

"Loe sirik karna gak bisa ikutan?" Tanya Andra.

"Kalo kau mau ikutan bulan depan aja Ngga." Celetuk Markus.

"Lagian gak ada salahnya arisan. Nu aya dapet untung meren Ngga dari pada kita judi." Lanjut Rifal.

Angga menghela nafasnya lelah. Melihat ketiga sahabatnya yang semakin hari semakin gila membuat dia hampir ikut-ikutan gila.

"Kus cepet dong kocok tuh undian gue udah gak sabar nih." Andra berseru tak sabar. Tanpa menunggu lama Markus mengocok gelas berisi gulungan kertas itu dengan seksama,lalu dibalikannya gelas itu sampai satu gulungan kertas jatuh dari penutup gelas yang sebelumnya sudah dilubangi. Markus membuka gulungan kertas itu,sampai sebuah nama tertera di dalam kertas itu.

"Wow aku lah yang menang broo." Ucap Markus senang. Andra dan Rifal membulatkan matanya tak percaya.

"Perasaa dari minggu pertama loe mulu yang menang." Timpal Andra. Matanya menatap Markus curiga.

"Hooh maneh wae nu menang." Lanjut Rifal. Andra dan Rifal kini telah menyalangkan tatapan marahnya terhadap Markus,membuat dia menciut ketakutan.

"Hei ada apa dengan kalian?" Tanyanya.

"Loe curangin kita ya." Sengit Andra.

Markus menggelengkan kepalanya lemah. Melihat gelagat Rifal dan Andra membuat keberaniannya melemah. Markus beranjak dari tempatnya menghampiri Angga yang tengah berdiri diambang pintu menatap ke arah mereka mencari perlindungan dengan berdiri di balik punggung sahabatnya.

"Loe pada kenapa sih?" Angga membuka suara. Menatap ketiga sahabatnya aneh.

"Si Markus nipu kita." Celetuk Andra tak terima.

"Maneh apal Roy Kiyoshi.. Ingatlah bahwa karma akan datang." Rifal menjawab dengan histeris nya.

Andra dan Rifal yang tak terima akhirnya membuka penutup gelas dan mengeluarkan semua gulungan kertas itu dengan tak sabar. Markus yang melihat itu dari balik punggung Angga hanya dapat menelan saliv nya susah payah.

Dengan telaten Andra dan Rifal membuka satu persatu gulungan kertas itu.

"Matilah akuuu." Gumam Markus dari balik punggung Angga.

MONOKROM  [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang