13. Cemburu

53 6 2
                                    

                       

Pagi kembali menjelang. Key kini telah siap dengan seragam putih abu-abunya. Tangannya sibuk memoles wajahnya menggunakan bedak dan sedikit memberikan lipblam di bibirnya. Cantik. Gumamnya.

Key menatap pantulannya sekali lagi di cermin. Pagi nya sekarang telah diwarnai senyuman yang tak pernah pudar. Entahlah, Key rasa hari ini begitu bahagia baginya.

Key terus saja menampilkan senyumnya. Hari ini ia berniat untuk meminta maaf pada Angga. Bahkan dengan niatnya dia sampai membuatkan cake cokelat untuk Angga. Dia rela bangun sepagi mungkin untuk membuatkan cake cokelat itu dengan tangannya sendiri,meskipun dia tak yakin Angga akan benar-benar suka pada cake buatannya.

"Semoga berhasil." Gumamnya sekali lagi.

Key beranjak dari kamarnya. Perlahan dia berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Keluarganya kini telah menunggunya di bawah. Key menatap nya satu persatu dengan senyuman. Bahkan tidak ada yang lebih bahagia dari pagi ini.

"Pagi ma,pa.." Sapanya.

"Pagi juga sayang." Ucap kedua orangtuanya serempak.

"Dek kok loe gak sapa gue sih?" Tanya Ben kesal. Seakan dia tak dianggap di meja makan itu. Key terkekeh geli menimpalinya. Dia sampai lupa dengan abangnya itu.

"Pagi abangku yang ganteng." Sapanya manja. Key mendekati Ben yang tengah menatapnya datar. Bahkan Ben lebih maja dibanding Key jika sudah seperti ini. Key menyubit pipi abangnya gemas. Membuat Ben kesal saat itu juga.

"Bang Ben jangan marah-marah mulu,masih pagi ini." Key menatap abangnya jail.

"Lagian kenapa sih loe pagi-pagi udah senyum ae?" Ben menatap adiknya aneh. Tumben sekali adiknya ini tersenyum dipagi hari seperti ini. Biasanya yang sering Ben alami di pagi hari seperti ini, Key akan selalu ngomel tak jelas. Apalagi jika sudah bangun kesiangan. Padahal salah dia sendiri yang tidur larut malam karena asik dengan film opa-opa gantengnya.

"Iiih abang ni kenapa sih? Senyum salah apalagi ngomel-ngomel. Bikin Key badmood aja." Jawab Key mulai jutek. Ben menghembuskan nafasnya lelah. Adiknya sudah mulai. Astaga. Tuhan sabarkan dia untuk menghadapi adik manisnya ini.

"Uuuuuhhhh cup..cup..cup.. Adik manis jangan jutek mulu babang Ben gak suka." Ben mengusap pucuk kepala Key gemas. Dia harus banyak menyimpan stok sabar jika harus menghadapi adiknya yang setiap hari seperti cewek PMS ini.

Jika ditelaah lagi,sebenarnya usia Ben dengan Key cukup terpaut jauh. Terpaut sepuluh tahun dengan Key. Usia Key yang sekarang baru menginjak 17 tahun sedangkan untuk Ben sendiri umurnya sudah cukup matang untuk menikah. Dua puluh tujuh tahun. Tapi,entahlah bahkan sampai sekarang tak ada sedikitpun desas-desus akan adanya tanda-tanda Ben akan menikah. Bahkan sempat kedua orangtua nya berniat menjodohkannya. Tapi dengan tegas Ben menolak dengan alibi dia masih terlalu muda untuk menikah. Entah lah bagaimana fikirannya itu.

Acara sarapan pagi berjalan dengan hening,hanya dentingan garpu dan sendok yang saling beradu. Key fokus pada sarapan nasi goreng didepannya.

"Sayang ngomong-ngomong cake cokelat itu untuk siapa?" Yuni angkat bicara. Tatapannya menatap Key yang kini telah menghentikan makannya.

"Eeemmmm..." Key bergumam. Nampak berfikir apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan mamanya itu. Key melirik mamanya. Bibirnya terangkat dengan lebar sehingga deretan giginya terlihat dengan jelas.

"Ituuu... Anu ma...itu untuk.." Lanjut Key terbata. Key bingung bagaimana menjelaskannya.

Yuni yang mengerti gerak-gerik anaknya akhirnya tersenyum kearah anaknya.

MONOKROM  [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang