Capek; Changbin

11.5K 1K 23
                                    

Fyi, buat yg ga suka atau bosen baca narasi baku, mulai part Woojin udah enggak kok. Ini iseng aja ingin membuat awal yg baik.

___

















Changbin memetik gitarnya pelan hingga menghasilkan nada samar namun menenangkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Ia melirik gadis disampingnya yang sedang menangkup segelas energen rasa vanilla, menatap kosong kearah luar balkon kamar Changbin.

Lelaki itu tersenyum masam, ia menghela nafas sambil kembali memetik gitarnya dan bersenandung kecil.

Gadis itu adalah y/n, seseorang yang sudah setahun ini menyandang sebagai kekasihnya. Gadis yang selalu Changbin ingin lindungi dan tertawa bersama.

Gadis rapuh yang hatinya begitu lemah. Terlebih setelah perceraian ayah dan ibunya sejak awal tahun lalu.

Keluarga y/n berantakan. Maka dari itu Changbin selalu ingin menjadi tujuan ketika y/n sedang lelah ataupun sedih lalu mengiburnya. Y/n yang tertawa atau sekedar tersenyum saja sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Changbin.

Uap masih mengepul dari gelas yang ditangkup y/n. Baru beberapa menit yang lalu Changbin membuatkan minuman kesukaan y/n itu.

Kalau tidak Milo, susu Dancow rasa cokelat ya Energen vanilla. Semua ada di dapur rumah Changbin, tinggal ia yang membuatkan ketika y/n singgah di rumahnya.

Karena y/n belum makan dari kemarin dan sampai saat ini dia masih belum mau makan, Changbin berinisiatif membuatkan Energen saja supaya perut gadis itu terisi. Baru ketika suasana hati y/n membaik, Changbin akan memaksanya makan.

Changbin bersyukur, setidaknya walaupun sedang depresi, y/n tidak melakukan hal yang aneh-aneh ataupun minum minuman yang aneh-aneh. Y/n malah kadang memilih meminum segelas kopi hitam atau sebotol fanta sambil melamun.

Y/n menghela nafas. "Kak aku capek.." Adunya setelah sekian lama melamun dan diam saja.

"Sini.." Changbin bergerak menaruh gitarnya di lantai dan bergeser untuk merengkuh tubuh kekasihnya, menyandarkan kepala gadis itu ke dadanya.

"Aku capek banget kak.."

Changbin dengan sayangnya mengelus surai y/n pelan dan menciumnya sebelum merespon. "Kamu maunya gimana? Kamu mau apa sih? Kakak turutin."

Y/n menggeleng. "Nggak ada. Aku cuman lagi capek aja."

"Ya udah kamu istirahat sini aja, ntar biar kakak izin ke mama kamu!" Seru Changbin yang langsung mendapat pukulan tipis pada pahanya. Mereka berdua terkekeh.

"Ngawur!"

Changbin tersenyum lebar.

Diam sesaat. Y/n kembali melamun dan Changbin masih setia mengelus rambut kecoklatan y/n.

"Kak aku mau mati aja." Celetuk y/n sambil berkaca-kaca. Sebenarnya ia tidak tahu kenapa harus mengatakan itu, hanya terkadang ia berpikir kalau mati memang keputusan yang baik.

Dan pastinya langsung ditentang oleh Changbin. "Gak boleh! Kakak udah berusaha jagain kamu selama ini dan berharap bisa sama kamu selamanya, malah kamu mau ninggalin kakak. Gak gak!"

Y/n tertawa getir. Ia memeluk erat tubuh lelaki itu, semakin menenggelamkan kepalanya ke dada Changbin yang tertutupi kaos hitam serta kakinya melingkar pada kaki Changbin yang mengenakan jeans, yang belum diganti sejak pulang kuliah tadi.

Damai rasanya. Dan y/n paling menyukai momen-momen seperti ini bersama Changbin.

Ia bersyukur, walaupun tidak ada orang tua yang menjadi tempat bersandar diri, setidaknya dia memiliki Changbin yang menggantikan segalanya.

"Aku sayang kakak.." Ucapnya yang langsung mendapat kecupan lagi pada puncak kepalanya.

"Aku juga sayang y/n.."




















Nggg... Nga tau nulis apaan.

Vote dan komen yak!

Kitkat • SKZ ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang