[10] Pencuri Kecil dan Kacang Panjang

1.7K 114 7
                                    

Ting! Suara notifikasi dari handphone Cakka terdengar. Cakka melirik sekilas pada benda persegi panjang di meja itu lalu mencoba tidak peduli. Dia kembali berkutat dengan buku pelajarannya. Buku ini jauh lebih menarik.

Ting! Sekali lagi berbunyi, membuat dahi Cakka berkerut.

Ting!
Ting!

Sialan! Merusak suasana. Orang yang mengiriminya pesan bertubi ini pasti sedang mencari masalah. Apa dia tidak tahu siapa Iblis yang sedang dia hadapi?

Ting!

Oke! Kesabaran Cakka hampir habis. Kalau sampai satu kali lagi berbunyi.

Ting!

Brak!! Belum sempat Cakka mengumpat, seseorang telah lebih dulu membuat suara gaduh.

Cakka menoleh pada buku yang menghantam meja lalu naik pada pemiliknya dan Alvin sedang menatap garang dengan hidung membesar dan nafas kasar. Seperti banteng siap menyeruduk sang matador.

"Ayolah Kka, lihat dulu apa isi pesan itu atau matikan. Benda itu sangat berisik, aku sulit berkonsenterasi!"

"Cih! Yakin bahwa saat ini kau sedang belajar? Seperti otakmu bisa berpikir yang lain selain para gadis!"

Alvin mencibir. "Belajar bisnis tetap nomor satu, Kka. Gadis-gadis akan mengiringi setelah itu!"

"Kalian bisa tenang? Ini perpustakaan!" Kali ini Gabriel yang baru saja tiba dengan buku-bukunya yang angkat bicara. "Kalian berniat mengundang minat banyak orang?"

"Ya baiklah Tuan Pengacara, aku akan diam! Tapi peringatkan juga Bosmu itu." Alvin memberi gestur mengunci kedua belah bibirnya.

Gabriel hanya menggelengkan kepala menanggapi tingkah sahabat sipitnya itu.

"Dari siapa? Kau terlihat serius, apa sangat penting?" Tanya Gabriel pada Cakka saat dilihatnya Cakka menatap layar ponsel dengan dahi berkerut. Sangat tajam dan fokus.

Gabriel adalah putra dari salah satu Pengacara kenamaan negeri ini, seseorang yang juga sangat di perhitungkan dalam dunia bisnis. Bukan tanpa alasan, hal ini terjadi karena Ayah Gabriel adalah merupakan Penasehat Hukum Diandra Corp sekaligus Assisten Pribadi dan sahabat baik dari Davinza, Ayah Cakka. Apalagi saat ini Ayah Gabriel telah mendirikan sebuah kantor pengacara sendiri dan menaungi beberapa pengacara yang juga tidak kalah hebat.

Dan untuk melanjutkan hubungan baik itu dan berhubung Gabriel juga sangat menyukai bidang yang Ayahnya geluti itu, Gabriel mengambil jurusan Hukum dan juga mempelajari tentang bisnis sekaligus. Gabriel juga sudah ditunjuk untuk melanjutkan tugas Ayahnya dengan menjadi Assisten pribadi dan penasehat hukum Cakka nantinya.

"Dari Perusahaan?" Tebak Gabriel, ekspresi berkerut sangat serius seperti ini biasanya akan berlaku untuk Cakka jika ada sesuatu yang mendesak. Tapi nyatanya Gabriel harus menarik pertanyaan itu karena sedetik kemudian Cakka menarik sudut bibir tanpa menjawab pertanyaan Gabriel.

Giliran dahi Gabriel yang berkerut. Dia yakin jika Cakka tersenyum walau itu jenis senyuman yang sangat tipis dan butuh jam terbang tinggi untuk melihatnya. Karena untuk ukuran orang berwajah datar sedatar papan seperti Cakka, sangat sulit melihat seulas riak saja di wajahnya. Dan jika hal itu terjadi maka momen itu merupakan momen yang sangat luar biasa. Gabriel sempat berpikir untuk mengabadikannya dengan foto jika tidak mengingat betapa garangnya Cakka itu.

Gabriel menyikut Alvin berulang kali.

Alvin hampir saja berteriak marah ketika Gabriel menempelkan jari telunjuk ke bibirnya lalu mengendikkan dagu untuk mengundang Alvin ikut memperhatikan Cakka.

Brother In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang