[BAB 10] stay here!

2.1K 99 8
                                    

нαρργ гεαδιηg

DIHADAPANKU ini bagai wartawan yang lapar akan berita, kami duduk bersilih sejengkal dengan matanya yang jeli menatap tajam mataku, jika bisa, sepertinya mataku akan bolong jika dilihat seperti itu terus-menerus.

"Kak selly, jelasin ke karin gimana kak selly bisa mempunyai hubungan kaya gini disaat kak selly udah punya kak Darrel?" Aku menghela nafas, punya adik lebay jadi ya gini, salahku juga sih tidak bercerita ke dia dulu.

"Gak tau, kak selly dijodohin sama mama papa. Kakak gak bisa bantah, walaupun dibantu dengan bacotan kamu yang paling gede."

"Kalau gitu.. Gimana kalau kita kabur dari rumah?" Ide Karin, nampak sumringah.

"Hahaha, jangan aneh deh. kamu kan gak bisa hidup tanpa abang-abang kamu itu."

"Ihh.. Siapa bilang Karin gak bisa hidup tanpa mereka!!" Karin merajuk.

Selly menarik kedua pipi Karin gemas. "Bercanda."

Karin mendengus. "Huft! Aku maafin karena kak Selly orang yang paling aku sayang."

"Masa sih? Malven apa kabar." Selly menggodanya dengan menyebut nama gebetan Karin.

"Dia baik-baik aja, tapi hati Karin yang gak baik liat dia gak pernah ngelirik Karin, emang apa yang salah dari Karin sampai dia gak mau nerima cinta Karin." Curhat gadis itu dengan pandangan murung, semangatnya yang tadi hilang seketika.

"Makanya jangan terlalu agresif, gak ada sejarahnya cewek yang ngejar cowok tau."

"Tapi dia beda!" Belanya.

"Iyalah beda, kalau sama. Susah dong bedain para cowok di dunia ini."

"Ih bukan itu, aku tau cowok banyak tapi setiap deket sama kak malven, jantung aku mau loncat terus."

"Yaudah jangan deket-deket! Deket sama dia nyari penyakit!"

"Bukan kaya gitu ish! Maksudnya cinta, masa kakak gak tau cinta sih."

Aku tersenyum kecil. "Iya tau."

"Tuh, terus kenapa kakak ka—" Selly menutup mulut Karin yang sedang bicara dengan jarinya.

"Sttt! Ayo makan, udah ditunggu mereka dibawah." Aku merangkul adik yang terpaut jauh hanya satu tahun.

Saat sudah sampai diruang makan, bukannya disambut dengan ceria malah disuguhi tatapan sinis nan menyebalkan oleh Aidan.

"Lama amat sih, gak liat gue kelaperan." Cerocos Aidan memegang perutnya.

"Emang siapa yang nyuruh Aidan nungguin aku sama kak Selly? Gak ada kan?" Hardik balik Karin, yang hanya dibalas dengusan.

"Mas Agni, Papa sama Mama dimana? Kak Syilla juga." Aku menengok kesegala arah tapi tak nampak anggota keluargaku.

"Mereka ada urusan, mungkin pulangnya tengah malem. Kita disuruh duluan makan, karena gak tau tante sama om pulang kapan." Aku mengangguk paham.

Kami berlima makan dengan hening, sudah punya aturan bahwa selama makan tidak boleh berbicara walau hanya satu kata, jika ingin bicara, saat selesai makan.

Aku menggunakan tisu untuk membersihkan noda disisi bibirku, kami semua sudah selesai, hanya tersisa aku dan ketiga lelaki didepanku. Sedangkan karin, ditugaskan untuk mencuci piring.

Married Is ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang