[BAB 7] The Choice

2.9K 127 13
                                    

нαρργ гεαδιηg

SELLY menghela nafas panjang, berbagi nafas disatu tempat dengan cowok itu adalah hal yang terburuk, apalagi berhadapan satu sama lain, namun hal ini sudah dilalui selly yang membuat ia sangat sebal.

Tugasnya hanya menunggu Darrel sekejap dan menyembunyikan wajah Askar ketika Darrel tiba, selepas itu ia sampai ke sekolah dengan tenang. Iya dengan tenang, semoga.

Perbincangan hangat antara ibu dengan Askar tidaklah penting bagi Selly lantaran hanya menyangkut perjodohan hingga telinga selly kepanasan mendengarnya, lebih baik ia menutup rapat-rapat telinganya dengan earphone.

Perasaan jengah, bosan, kesal bersatu dipikirannya, antara ia kesal dengan Askar atau dengan Darrel yang kelewat lama menjemputnya sedangkan ini sudah lewat lima belas menit lamanya. Sudah mah tidak ada yang chat, kupingnya panas, dan ibunya yang sesekali menasihatinya untuk menjadi lebih lembut ke Askar, membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Ponselnya bergetar, menandakan ada notif masuk.

Darrel
| nyet |
| gue udh diluar |

Selly
| tunggu |

Ini yang ia tunggu-tunggu, Darrel datang. Ia lalu berpamitan kepada orang tuanya dulu sebelum keluar rumah.

"Selly berangkat dulu." ia bersiap-siap merapihkan kemejanya.

"Gak berangkat sama askar?" tanya Rhema.

"Selly sama Darrel berangkatnya."

"Kenapa gak sama Askar? Askar capek-capek loh kesini."

"Darrel udah nungguin diluar mama."

Selly menatap tajam Askar diam-diam. "Maaf Askar nanti berangkat sendiri aja ya? Darrel udah nunggu di depan kasihan kalau di tolak." Ijinnya penuh halus, bagaimanapun dirinya harus bersandiwara terus-menerus di hadapan keluarganya.

Askar mengangguk merasa tidak terbebani, didalam hatinya pun sama. Merepotkan jika berdekatan dengan gadis itu.

"Nah ma, askar aja gak masalah. Selly berangkat, udah ditungguin Darrel di teras."

"Hati-hati, nanti kamu pulang sama Askar sekalian fitting wedding dress, gak nerima bantahan sedikitpun sayang." Baru ingin menolak langsung ditegaskan oleh ibunya, susah memang apabila berhadapan dengan ibunya yang amat keras kepala. Daripada mendapatkan ancaman yang membuat dirinya rugi lebih baik ia meng-iyakan saja.

"Iya." Selly mencium tangan ibunya.

Gadis manis itu berlari kearah pintu dengan tergesa-gesa.

Baru mendengar Darrel datang saja Selly sudah senang bukan kepayang, memang cinta membuat Selly menjadi bodoh. Tetapi sekalipun ia bodoh, ia rela jika bodoh didepan Darrel.

"Ayo berangkat!" Selly menarik kerah belakang Darrel, seperti menarik anak kucing.

"Bego, Baju gue longgar." Umpat darrel membenarkan letak kemeja seragamnya.

"Ih, darrel sekarang kasar sama selly." Lirihnya dengan pipi yang digembungkan seraya bibir yang dikerucutkan, darrel tersenyum kecil rasanya ingin memeluk selly kedekapannya, sudah tak tahan dengan keimutan haqiqi yang ditampilkan kekasihnya.

Married Is ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang