[BAB 13] We Married 0.2

3K 127 9
                                    

ꯡ нαρργ гεαδιηg ꯡ

ACARA ijab kabul sudah selesai dilaksanakan, kini aku sudah resmi menjadi istri kontraknya. Saat ini, aku sedang berdiri didepan para tamu undangan, para tamupun bukan berasal dari keluarga macam-macam, mereka semua adalah Miliarder dari berbagai macam negara.

Bagaimana tidak, setiap mataku melirik kesana kemari, terdapat banyak yang memakai Tuxedo dan Gaun yang terlihat sangat mahal harganya.

Jam sebelas lewat dua puluh menit masih ada saja orang yang aku tidak kenal mengucapkan selamat kepadaku, kakiku sudah terasa bengkak dan memerah karena selalu berdiri dengan memakai high heels.

Sampai sekarang pun aku sama sekali tidak berbicara dengan orang yang disampingku ini, dan dia juga enggan menurutku.

"Huftt.... Kak selly capek gak? Karin capek banget loh, apalagi ngeliat kak selly pake gaun yang subhanallah gedenya, kalau kak selly capek bilang aku ya, entar aku suruh tante bolehin kak selly duduk." Karin yang disebelahku mengeluh, bukan kali ini saja ia mengeluh.

"Acaranya dikit lagi bakal selesai, jangan ngeluh mulu Karin."

"Tapi kaki aku kaya ngangkat lima karung beras."

Kalau dia saja berasa ngangkat lima karung beras, rasanya bisa saja aku bilang badanku berasa ngangkat dua puluh karung beras.

"Sabar ya." Aku tertawa kecil, ia mendengus. Karin terlihat iri menatap abang-abangnya duduk dikursi ditemani kolega-kolega ayahnya, bukannya karin tidak mau bersama saudaranya, tapi ia dipaksa untuk berdiri berdampingan oleh Selly sampai acara selesai.

"Mas Askar jangan diem bae dong, lama-lama aku kesel ya sama mas Askar yang gak ngomong mulu. Kasian kak selly yang gak ada temen ngobrolnya!" Karin menatap Askar sinis, boleh juga sepupuku ini.

"Maaf." Ujarnya pelan.

Hah, ternyata dia bisa minta maaf juga.

"Maaf-maaf, emang didunia ini bisa dibayar pake maaf. Bayar itu pakai duit, bukan maaf. Sebagai permintaan maaf, Karin minta duit dua ratus ribu, Karin gak mau denger mas Askar bilang gak punya duit." Aku terbelalak, ternyata Karin bukan membelaku, melainkan berencana untuk memalaki uang Askar.

Askar merogoh dompetnya lalu mengeluarkan lima ratus ribu. "Ini."

Karin melongo. "Tapi, ini kelebihan."

"Gapapa, itu buat kamu."

Karin terperangah lalu tersenyum riang memamerkan duitnya didepan umum tanpa malu. Setelah itu Karin pergi menghampiri kakak dan adiknya tak lain tak bukan untuk memameri uang yang dikasih Askar.

"Gak usah caper sama keluarga gue."

Askar tak melirikku. "Gak ada yang caper."

"Terus apa yang tadi lo lakuin?"

"Sedekah."

"Lo samain adek gue sama pengemis?"

"Siapa yang bilang."

Aku menyilangkan tanganku didada, tak berniat sama sekali membalasnya. Dia sangat bisa membuatku ingin membunuhnya.

***

Duduk dipinggir kasur masih dengan gaun yang besar, itu yang aku lakukan sekarang. Resesi sudah selesai, ibuku meminta aku tinggal diapartemen dahulu untuk beberapa waktu karena rumah kami belum sepenuhnya jadi.

Married Is ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang