[BAB 12] We Married 0.1

2.9K 110 6
                                    

Brian Mcknight―Marry Your Daughter🎵

ꯡ нαρργ гεαδιηg ꯡ

SYILLA bergerak mendekat, memandangku rendah. "Ada rasa ingin menyudahi ini?"

"Kak, bisa sehari aja gak usah gangguin gue, biarin gue yang menyelesaikan ini. Kalau gue udah pisah, lo bisa rebut dia. Tapi please, jangan ganggu gue dulu."

"Seharusnya gue yang menikah dengan dia, kenapa lo?! Padahal gue yang lebih layak daripada lo! yang bisa mencintai dia dengan tulus, dan lo?! Lo bahkan gak ada rasa secuil pun tertarik dengan dia, lo gak layak!!" Bentaknya tak terima, ia seperti orang yang depresi.

Ternyata benar kakaknya itu menyimpan rasa ke Askar. "Lo jangan egois dong ka, pikirin perasaan yang lain. Jangan bikin mereka malu, emang kata lo gue mau kaya gini?! Gak! Jadi gak usah banyak omong, karena gue gak bakal dengerin lo."

Aku menarik nafas terus menerus, bisa-bisanya aku termakan emosi kakakku sendiri.

Pintu kamarku terbuka, aku dan kak Syilla mendongak. "Selly udah selesai? Tadi mama denger ada yang teriak-teriak. Kalian berantem?"

Datang Mama dan Tante Rika masuk kekamarku, aku tersenyum sopan kearah Tante Rika. Aku sangat merasa bersalah ketika sudah berbuat tidak sopan kepadanya, sungguh saat itu aku sangat kekanakan sekali.

"Gak kok ma, gak berantem. Tadi cuman kebawa perasaan aja kak Syilla, soalnya Selly udah duluin dia. Ya kan kak." Lirikku kepadanya.

"Hehe, iya ma. Masa aku yang lebih tua daripada dia, dia yang nikah duluan sih ma. Entar kesepian deh gak ada adik aku yang paling nyebelin." Kata nyebelin sengaja ia tekankan.

"Kalau tante punya anak yang sepantaran Syilla tante bakal nikahin deh, tapi sayangnya anak tante seumuran Selly." Candanya, akupun ikut tertawa, menertawakan kakakku pastinya.

"Ya sudah, kamu keluar sana. Mama dan Tante Tania mau bicara dengan Selly." Usir mamaku, Syilla murung sesaat tetapi tetap keluar.

"Selly tambah cantik aja ya, gak sia-sia tante milih kamu jadi menantu." Aku menjawab dengan tersenyum.

Aku membungkuk. "Tante, maaf atas perbuatan aku yang lalu, aku udah berlaku gak sopan. Maafin ya tante?" Tante Rika tersenyum haru dengan ucapanku.

Aku bukannya mengubah prinsipku namun aku tidak boleh bersikap tak sopan kepada orang yang lebih tua, biarkan saja pernikahan ini berjalan lancar agar semakin cepat.

"Tante maafin kamu kok, tante tau kamu belum bisa menjalani ini, tante tau naluri masa remaja yang gak suka diatur-atur."

"Makasih, tante."

"Karena sebentar lagi kita mau jadi keluarga, sekarang kamu coba panggil bunda jangan panggil tante." Usul Tania.

"Iya, Bunda."

"Nah gitu dong, kalau diliat kan jadi adem. Omong-omong, anak mama tambah cantik pakai gaun ini."

"Emang biasanya gak cantik?" Aku cemberut.

"Hahaha.. Cantik dong, anak siapa dulu nih!" Bangga Rhema terhadap dirinya sendiri, walaupun umur boleh tua namun semangat masih pejuang muda.

"Jaga diri baik-baik ya anak mama, jangan ngebangkang apa yang dibilangin Askar, mama gak bisa jagain kamu dari dekat, tapi kalau kamu dijahatin sama suami kamu, mama siap 45 yang paling maju. Jangan nakal dan bikin susah dia. Sering sarapan juga ya nak, kedepannya mama gak bisa ingetin kamu terus, belajar mandiri sekarang, oke?" Ia menangkup wajah bulatku terlihat matanya yang berair berusaha merelakan anak kesayangannya.

Aku tidak ingin menangis, tetapi mataku tidak mengikuti arahanku. Sekelebat perbuatan salah yang aku lakukan kepadanya datang mengingatkanku akan itu, Aku merasa sangat bersalah tentang bagaimana aku yang selalu tidak bisa memberikan apa yang terbaik untuknya.

"Maafin Selly, pasti mama kesusahan selama ini jagain selly yang kekanakan. Selly sayang mama."

"Ululu, sini mama peluk." Aku memeluknya erat menangis dipelukannya, untung make up ku tahan air.

"Mama udah bilang selly, jangan pernah menangis walau memang itu pantas ditangiskan. Jadilah anak mama yang kuat, jangan cengeng." Ia menyeka air mataku.

"Ayo kebawah, pihak keluarga Askar udah menunggu dibawah. Penghulu juga udah dateng, jangan bikin penampilan kamu tambah berantakan." Aku mengangguk pelan.

Tenang Selly, jangan tegang. Yang hadir hanya keluarga kamu dan dia, anggap saja ini permainan nikah-nikahan, tidak akan ada yang tahu tentang peristiwa ini.

Dengan keberanian, aku menuruni tangga perlahan-lahan, dibantu Mama dan Mami membawa gaunku yang sangat panjang dan sangat berat, aku sangat gugup entah karena apa, intinya kakiku gemetaran.

Aku melirik Askar yang menatapku juga, aku yang gila atau apa, dia terlihat tampan hari ini dengan Jas hitam.

Ayah tampanku menghampiriku, tatapannya sangat menghangatkan, buru-buru aku memeluk ayahku dengan cepat, ia membalas pelukanku.

Ia tidak mengatakan apapun, aku tau papaku tidak jago membuka pembicaraan.

Ayahku melepaskan pelukannya. "Jaga diri baik-baik." Ucapnya tersenyum.

Kali ini aku sudah duduk disampingnya dengan penghulu dihadapanku, ia tidak pernah berhenti melirikku, membuatku agak salah tingkah.

"Bisa dimulai?" Tanya penghulu kepada yang lain.

***

terpesona~ aku terpesona~

Selly.

Selly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Married Is ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang