t r e i n t a y o c h o

1.5K 167 44
                                    

"KAK KEVIN!"

Kevin menoleh ke samping ia mendapati seorang gadis tengah berlari ke arahnya.

"Pagi sayangku," ucap gadis itu yang tak lain Shirley. Ia kini memeluk lengan Kevin dengan manja. Berbeda dengan Vanessa yang bingung melihat kelakuan cewek itu.

Ia menoleh ke arah Kevin.
Cowok itu seakaan tau maksud Vanessa, Kevin pun melepaskan tangannya dengan kasar dari pelukan Shirley.

"Sayang, kok dilepas?" ujar Shirley manja.

Kevin mengabaikan ucapan itu, ia malah menggengam tangan Vanessa. "Jangan pergi. Gue bakal jelasin semuanya."

"Dan buat lo!" Jari telunjuk Kevin mengarah ke Shirley. "Bisa gak sih lo gak muncul dalam kehidupan gue! Udah berapa kali gue bilang gue muak sama lo!"

"Tapi gue cinta sama lo, Vin! Dan bentar lagi kan kita bakal tunangan."

"Tunangan? Sama lo? Mimpi lo ketinggian, Ley! Mending lo sekarang pulang. Tanyain ke bokap lo, gue jamin dia bakal bilang 'kamu sudah tidak ada hubungannya sama Kevin'," kata Kevin sesabar mungkin.

"Hah? Maksudnya?"

"Pertunangan.itu.batal!" Kevin mengucap kalimat itu perkata dengan penuh tekanan. "Secara pertunangan itu udah batal gue minta sama lo. Gue mohon lo jangan nampakkin diri lo lagi dihadapan gue atau keluarga gue! Karena gue sama keluarga udah alergi sama lo!" lanjut Kevin sambil tersenyum remeh ke arah Shirley.

"Oiya satu lagi. Kalau lo mau tanya kenapa bisa pertunangan itu batal, gue bakal jawab karena bokap nyokap gue baru nyadar kalau lo ternyata murahan! Gak punya harga diri!"

Setelah mengatakan itu Kevin menarik Vanessa untuk pergi dari tempat itu. Hingga mereka memutuskan untuk beriistirahat di sebuah warung kecil.

"Vin, gue butuh penjelasan lo," ucap Vanessa tiba-tiba membuat Kevin menghela napas.

"Kemarin gue bilang Shirley sepupu gue kan? Maaf sebenarnya di calon tunangan gue. Tapi gue gak mau sama dia, gue dipaksa sama nyokap bokap," jelas Kevin.

"Kenapa lo gak jujur sama gue? Kenapa harus bohong, Vin?" Vanessa menatap Kevin tak percaya, cowok itu telah membohonginya.

"Lo harus tau alasan gue gak bilang jujur. Gue...gue gak mau lo pergi, Nes." Kevin menatap kedua bola mata Vanessa, lebih tepatnya mengunci mata hitam cewek itu.

Hening. Tak ada yang berbicara di antara keduanya. Vanessa mengalihkan pandangannya, ia memilih untuk melihat orang-orang yang tengah melakukan olahraga pagi.

"Nes?" panggil Kevin.

"Hmm...."

"Gue mau ngomong."

"Lo udah ngomong tuh," ucap Vanessa seraya melirik Kevin.

"Gue serius. Gue mau pergi, ke London."

Vanessa seketika terdiam. Butuh beberapa detik ia untuk memfokuskam kembali pikirannya. Kemudian ia memiringkan kepalanya seraya tersenyum. "Hari ini banyak banget ya kejutan ya lo berikan ke gue."

"Kejutan?"

Vanessa mengangguk,"iya. Pertama lo dulu bilang kalau itu cewek baru katanya sepupu tapi nyatanya malah calon tunangan. Kedua, lo baru aja bilang mau pergi ke London. Terus yang ketiga apa lagi, Vin?"

"Nes, maafin gue. Gue gak bermaksud gitu."

Vanessa menghela napas. "Semua pertemuan bakal ada perpisahan'kan. Jadi pergilah."

"Lo ngelepas gue?"

"Didunia ini gue yakin gak ada orang yang bener-bener rela ngelepas orang yang disayangi dengan ikhlas," ucap Vanessa berkaca-kaca. "Tapi kalau lo nyuruh gue buat nunggu. Gue bakal nunggu kok."

Kevin mengusap rambut Vanessa, tak lupa dengan senyuman di wajahnya.
"Berbahagilah dengan atau tanpa gue. Gue gak sejahat itu nyuruh lo nunggu gue, yang gak tau balik apa nggaknya. Sekali lagi carilah kebahagian lo, dan berjanjilah buat sebuah 'lembaran' baru tanpa harus ada gue didalamnya."

-0-0-0-0-

-0-0-0-0-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11042018

SSS1; Beloved OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang