2. New Life or Live?

18 2 13
                                    

Seoul, August 2016

Langkah menyeret koper itu terhenti sejenak. Sembari menunggu antrian penumpang yang lain turun, gadis itu menolehkan kepalanya sekali lagi ke bangku yang tadi di tempatinya. Membentuk kurva kecil untuk yang terakhir kalinya pada namja yang ada di sana. Mengangguk singkat untuk si gadis.

Menyadari ia penumpang terakhir yang turun, gadis itu pun bergegas sembari mengangkat kopernya menuruni tangga. Dan langkah itu terus berlanjut dengan koper yang terseret di belakangnya. Senyuman tak hilang dari wajah si gadis, cukup melambangkan perasaan senang yang menyelimuti hatinya.

Sesampainya di gedung terminal, ia menghentikan langkah. Meletakkan koper hitam itu di dekat kakinya, ia menoleh ke segala arah, mencari seseorang. Pandangannya terus mengedar, tapi orang yang ia cari tak kunjung muncul di netranya. Merogoh tas slempang kecilnya, ia mengambil ponsel di dalamnya. Berniat mengecek pesan yang masuk 20 menit yang lalu.

Membacanya berulang kali, seolah memastikan kebenarannya. Dan yang ia baca memang benar. Sekali lagi, pandangannya mengedar tapi tetap saja nihil.

"Apa dia telat huh?" Gumamnya sedikit kesal.

Bukan, bukan karena ia kesal sebab harus menunggu. Tapi ia tak suka jika harus berdiri di tengah keramaian tempat asing. Masih dengan pandangan mengedarnya itu, sebuah senyum senang terukir di bibirnya. Seorang gadis lain tampak menghampirinya dengan senyuman lebar. Bahkan ia sampai berlari-lari kecil menembus keramaian gedung terminal itu.

Tak lama langkah kecil itu sampai pada siluet yang di nantinya. Sedangkan yang di datangi hanya tersenyum kecil dengan ponsel di tangan.

Grep!!!

Gadis itu langsung menerjang memeluk siluet yang ada di depannya begitu saja. Seolah mengekspresikan kesenangannya, ia bahkan memeluk gadis di depannya kelewat erat.

"Yo Joo-yaaaaaaa.... Aku sangat senang kau datang eoh!!" Seru gadis itu kelewat senang. Tak mempedulikan lirikan aneh dari orang di sekitar mereka.

"Y-ya a-a-ku t-ta-u... B-bi-sa-kah k-ka-u m-me-le-p-pas-kan i-ni d-du-lu," ucap si gadis  tersendat karena pasokan oksigen yang mendadak berhenti paksa.

Menyadari kelakuannya, gadis itu segera melepaskan pelukan mematikannya barusan. Tersenyum bodoh pada Yo Joo, gadis yang ada di depannya. Sedangkan korban pelukan itu, memanfaatkan kesempatan untuk meraup oksigen di sekitarnya. Mengangkat pandangannya kembali, dan menatap datar gadis di depannya.

"Kau ingin membunuhku?" Tanyanya sedikit kesal.

"Yah... Kau tau, kedatanganmu sangat mendadak Yo Joo-ya. Kau bahkan mengabariku setelah setengah perjalanan kemari," jawab si gadis dengan tangan yang ia lipat di depan dada, bersikap seolah kesal.

"Jangan bersikap seperti itu, babo. Aku tau kau senang bila aku datang kan?" Ujar gadis yang dipanggil Yo Joo itu sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu saja kau tau itu, aku telah mengatakannya tadi," jawab gadis satunya sembari menggeleng.

Yo Joo hanya terkekeh pelan melihat reaksi gadis yang tak lain adalah sahabatnya itu.

"Berhenti bertingkah seperti itu Mi Young-ah, kau akan membiarkan tamu terus berdiri di sini?" Ujar Yo Joo kemudian.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang