10. Lee Ji Hoon

10 1 0
                                    

Seoul, November 2016

Senyumku mengembang, merasakan lega yang menyusup cepat. Kini aku bisa melihatnya dengan jelas, siluet seorang laki-laki tengah dikelilingi beberapa bocah. Tangan-tangan kecil itu amat antusias menyondorkan lembaran kertas berwarna, origami. Ada beberapa dari mereka yang berlarian, memainkan pesawat serta burung origami di tangan. Tawa riang mereka mengalun, membuat senyumku kian lebar.

"Yo Joo ssaem!" Seperti sebelumnya, kini pun mereka berseru saat aku melangkah mendekat. Dan manik hitam laki-laki itu melebar, tampak terkejut melihatku.

Aku terkekeh, menyondorkan satu bungkus kertas origami padanya.

"Boleh aku minta buatkan juga, Lee Ji Hoon-ssi?" Ia mengerjap sesaat, lantas menerima bungkusan itu dengan tawa pelan.

"Wuah, kau juga menyukai origami Yo Joo?" Tanyanya, aku menggeleng.

"Aku lebih menyukai caramu membuat mereka tertawa. Terimakasih sudah menemani mereka bermain," jawabku, sedikit menundukkan kepala. Ia mengibaskan tangan,

"Bukan masalah. Aku hanya mengisi waktu, ssaem."

Sebelah alisku terangkat, mendengar sedikit tekanan pada kata 'ssaem' yang ia ucapkan. Ia kembali tertawa melihat reaksiku, aku tersentak saat ia menunjukkan sebungkus origami di tangannya.

"Itu milikmu, kau menjatuhkannya ketika kita bertemu seminggu lalu di taman. Kau ingat?"

"Ah, jadi dari sana kau mengetahui aku yang membuatkan origami untuk mereka?" Aku mengangguk semangat,

"Uhm uhm, seorang 'Oppa baik' untuk anak-anak,"

"Bukan ssaem! Dia itu 'Hyung'," protes sekumpulan bocah laki-laki serempak. Lee Ji Hoon tampak sedikit terkejut, entah karena seruan anak-anak atau sebutan dariku. Aku tertawa kecil melihatnya,

"Kalau begitu dia Hyung baik untuk namja dan Oppa baik untuk yeoja, bagaimana?" Tawarku,

"Setujuu!!" Seru mereka bersamaan.

"Oppa! Sekarang buatkan origami untukku!"

"Hyung! Aku juga!"

"Aku mau pesawat lagi!"

Mereka kembali mengerumuni Lee Ji Hoon, membuat laki-laki itu tersentak lantas sibuk melipat origami.

"Yah, menghabiskan waktu di luar sepertinya tak buruk juga," gumamku lirih sembari melirik jarum arloji.

-

Set,

Ia mendongak, menatap sebotol air minum dingin yang kusondorkan.

"Kau pasti lelah, kan?" Ia mengangguk kecil, menerima botol itu lantas menenggak isinya. Aku tertawa kecil melihatnya.

Kelas telah usai sekitar lima belas menit lalu. Dan semua muridku sudah pulang sekarang. Aku meminta Lee Ji Hoon untuk menunggu terlebih dahulu sebelum mengantar anak-anak ke gerbang depan. Tak kusangka ia akan benar-benar menungguku mengingat dua kali pertemuan kami ia selalu terlihat tergesa-gesa.

"Terimakasih atas bantuannya," ujarku. Lee Ji Hoon menggeleng sembari kembali menutup botol air di tangannya.

"Tidak, sudah kukatakan aku hanya mengisi waktu," ujarnya geli. Aku menghela nafas, menyenderkan bahu pada kursi kayu panjang lantas menatap langit. Merasa lelah setelah mengadakan pembelajaran di luar kelas.

"Bagaimanapun kau itu membantuku biarpun niatmu hanya mengisi waktu, oppa," ujarku. Menyisipkan nada jahil di akhir kalimat. Ia tersenyum simpul,

"Kalau dipanggil begitu olehmu rasanya aku sangat tua." Aku terkekeh,

"Aku hanya mengikuti panggilan anak-anak untukmu," jawabku. Memang benar adanya bukan? Panggilan 'oppa' ku dapat dari Ra Eun saat pertama kali menemukan mereka bermain origami.

Mengingat hal itu rasanya hanya ada rasa lega sekarang. Tentu saja, aku sempat banyak berspekulasi mengenai orang asing yang berbaik hati membuatkan origami untuk anak-anak. Dan begitu mengetahui kalau Lee Ji Hoon orangnya, jujur saja aku merasa senang. Padahal kalau kupikir sekali lagi, aku pun belum mengetahui seperti apa Lee Ji Hoon.

"Ah! Aku terlambat!" Seruan panik Lee Ji Hoon membuatku buru-buru menoleh. Kulihat ia bangkit sembari mengenakan topi hitamnya, tak lupa memasukkan sisa origami miliknya ke dalam saku jaket.

"Maaf, aku harus pergi sekarang." Manikku mengerjap terkejut, sempat kulihat ada tatapan bersalah di kedua manik laki-laki itu.

"Aku akan mememuimu lagi, sampai jumpa!"

Eh?

Belum sempat aku merespond, raganya sudah menjauh begitu saja. Aku menghela nafas kecewa, tak bisa mengucapkan kata perpisahan apapun untuknya. Tapi mengingat kalimat yang ia katakan sebelum pergi,

"Dia benar-benar menemuiku lagi, kah?"

-

Kamus mini!!!

1. Ssi : Semacam tambahan di akhir nama untuk menyebut nama seseorang yang kurang dekat denganmu. Selain ssi,  ada juga -ah dan -ya.

2. Ssaem : Guru

3. Oppa : Kakak laki-laki jika penyebutnya adalah perempuan.

4. Hyung : Kakak laki-laki jika penyebutnya adalah laki-laki.

5. Namja : Laki-laki

6. Yeoja : Perempuan

[Jika ada kesalahan dalam pengartian silahkan beritahu Joonie /'-'/]

-

#melambai dari sudut ruangan

Hehe, hallo (^・^)/

Biarpun pendek kuharap kalian menyukai part ini. Aku juga berharap bisa terus up secara intens TwT

#kembali bekerja di sudut ruangan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang