Seoul, September 2016
Menatap pantulan diri di cermin, ku sunggingkan senyum tipis melihat aku telah rapih. Bukan dengan setelan formal atau kemeja, hanya kaus dan celana pendek yang melekat di tubuhku. Beralih menarik korden putih transparant ke samping, menembuskan pemandangan pagi dari balik jendela kaca besar di kamarku. Masih dengan senyuman tipis ku rentangkan kedua tanganku ke atas sesaat.
Kembali menghadap ke depan, netraku menangkap sesuatu. Tampak dari seberang, seorang gadis SMA melambai padaku di ambang pintu balkon kamarnya yang menghadap ke kamarku. Membuatku mengangkat tangan dan membalas lambaiannya juga, ia terlihat tersenyum lebar lantas menggendong tas nya di bahu kanan dan menenteng jas di tangan kiri. Kembali ia melambai padaku, yang ku balas dengan anggukan dan ia pun hilang di balik pintu kamarnya yang tertutup dari luar.
Menyambar ponsel di atas kasur, aku pun berlalu ke luar. Menapaki tangga kayu dengan cepat dan melangkah ke arah pantry. Meletakkan ponsel di meja pantry, aku berbalik ke lemari makanan, sedikit berjinjit membuka salah satu pintu dan mengeluarkan sebungkus roti tawar dari sana. Mengambil piring dan pisau kecil dari rak, ku buka tali pada plastik bungkus roti. Mengeluarkan 2 lembar dari sana ke atas piring, membungkus roti di dalamnya dengan tali semula lalu mengembalikan ke atas lemari lagi.
Bersenandung kecil, ku raih toples mentega di dekatku, membuka dengan cepat dan mengoleskan isinya ke atas roti. Lantas mengambil teflon dari rak dan meletakkannya di atas kompor dengan api kecil. Memindahkan 2 lembar itu ke atas teflon sembari membalikkannya menggunakan penjepit. Tak butuh waktu lama, ke-2 lembar roti itu telah tampak kecoklatan.
Berseru senang, ku pindahkan kembali kedua roti itu ke piring. Kembali mengoles roti itu dengan selai kesukaanku, strawberry dan menangkupnya. Yap, menu yang mudah tertebak bukan. Roti bakar, menu simple di pagi hari untukku.
Ku angkat piringku ke dekat ponselku. Kini aku beralih mengambil gelas kaca besar dari rak dan susu di lemari pendingin. Menuangkannya hingga hampir full ke gelas lantas mengembalikan susu itu ke lemari pendingin. Baru saja berniat menyantap sarapanku, deringan dari ponsel menginterupsi. Membuatku melirik benda putih itu dan menggapainya.
Menggeser tombol hijau begitu saja dan menempelkannya ke telingaku.
"Yeobseyo Mi Young-ah"
"..."
"Ani, wae?"
"..."
"Ne, baiklah"
Sambungan terputus kala gadis itu selesai berucap. Meletakkan ponsel di dekat piringku, kembali pada niatku untuk sarapan. Aku mengunyah sambil sesekali memperhatikan isi rumah yang kutempati sebulan ini. Dan selama sebulan itu tak ada yang ku lakukan selain bersantai di rumah, pergi bersama Mi Young, dan mengelilingi kota.
Dan baru saja Mi Young menghubungiku, mengajakku ke suatu tempat entah kemana itu, ia tak mengatakan dengan jelas dan justru menyuruhku bersiap dengan pakaian rapih. Ku raih gelas susuku dan menenggaknya hingga tinggal setengah gelas, lalu kembali memakan rotiku. Sarapan yang biasanya ku lakukan dengan santai kini selesai dengan cepat.
Ku ambil lagi ponselku yang bergetar, menampilkan notifikasi chat dari Mi Young. Isinya sudah dapat kutebak, dia menyuruhku untuk cepat bersiap-siap. Aku pun beranjak dari dudukku, merapihkan pantry serta mencuci barang yang baru saja ku pakai. Lantas mengikuti kata-katanya, sebelum dia membobardir ponselku dengan banyaknya notifikasi chatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
RomanceSaat kau berpikir untuk bertahan, kaulah yang tersakiti. Tapi jika kau memilih pergi, kau takut orang lain yang akan tersakiti. Lantas, apa alasanmu menjalani ini?