Page 6. Ruang Sunyi

426 14 0
                                    

Saya tau kalian pasti bukan orang yang tidak menghargai karya seorang penulis.

Jadi, hargai tulisan saya dengan memvote dan follow untuk update terbaru!

-

Tentang pria keras kepala bernama Laskar

﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏

.  


Atensi segala mata orang-orang yang masih berada di area lapangan, terarah pada satu sosok lelaki yang kini badannya terkapar di muka bumi. Laskar, lelaki itu pandangannya sudah sepenuhnya buram, napasnya tersendat-sendat dan seluruh badannya lemas bak tak memiliki tulang. Di lain sisi, kini ada seoarang perempuan dengan seragam yang sama, berlari dengan kecepatan penuh 'tuk menghampiri sosok yang sangat ia kenal itu.

"Laskar, lo nggak papa?!", Seru Karin sambil mencoba mengangkat badan temannya itu, tak sendiri tentunya kini ada beberapa siswa yang merupakan teman Laskar juga ikut membantu.

Ya, kalian berharap apa?. Berharap perempuan pertama yang menghampiri Laskar adalah Arshabyla?, coba kita lihat dia sedang dimana.

Tepat saat Byla membawa kedua kakinya berlari dengan segala kekuatan yang ia punya, seperkian detik berikutnya adalah pemandangan bagi Yareza yang melihat gadis bernama Arhabyla terjatuh dengan lutut yang pertama kali menyapa aspal.

"Aw!", rintihnya sebab merasa perih. Yareza yang kini sudah berada di sampingnya membantu menopang tubuh mungil gadis itu untuk berdiri menuju UKS, "Ke UKS dulu, dibersihin lukanya. Nanti bisa infeksi." Katanya tanpa ba bi bu.

﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏

Niat awal Byla yang gagal, berakhir mempertemukan mereka berdua pada ruang UKS dengan ranjang yang tepat berhadapan. Laskar ditemani Karin, dan Byla ditemani Yareza. Walaupun pandangannya buram, Laskar dapat melihat jelas Byla yang tak henti merintih kesakitan sebab luka pada lututnya terus mengeluarkan darah saat di obati oleh lelaki di sampingnya, Yareza.

"Kamu udah enakkan?, teh panasnya diminum dulu Kar", Tawar Karin yang parasnya masih terlihat merasa cemas. "Gua nggak papa, lemes doang. Geo lagi beliin gua bubur kok. Makasih ya udah repot-repot, lo bisa balik ke kelas." Dengan suaranya yang berat dan sedikit senyum yang mengembang, Laskar sepeuh hati mengucapkan terimakasih pada Karin dan memintannya untuk kembali ke kelas, khawatir gadis itu tertinggal pembelajaran.

"eee, yaudah deh. Gua tinggal ya Kar. Permisi." Pamit Karin melangkah meninggalkan ruang Uks. Ucapan Karin tadi hanya dibalas anggukkan kecil dari Laskar yang kemudian memilih memejamkan mata sambil menunggu Geo datang dengan satu poris bubur ayam yang ia harap masih dalam keadaan hangat.

"Tunggu disini, aku ambil air hangat dulu." Kata Yareza di sebarang sana. Pembicaraan orang-orang di depannya, masih terdengar jelas dalam indra pendengaran Laskar walaupun saat ini lelaki itu memilih berpura-pura tertidur.

"Iya." paras yang saat ini dihiasi senyuman yang dipaksa, menggangguk semangat pada ucapan Yareza yang kini sosoknya tengah pergi ke luar untuk mengambil air hangat di kantin.

.

Kini tersisa Byla dan Laskar dalam ruangan itu, tak ada percakapan diantara keduanya. Masih sama-sama menutup mulut rapat-rapat dalam ruang sunyi itu. Jujur, Byla tak suka dengan keadaan seperti ini, begitupula dengan Laskar yang dalam hatinya berteriak karena merasa kesal telah jatuh dalam keadaan diam seribu bahasa.

"Lain kali hati-hati." Kata Laskar yang masih memejamkan matanya, berbicara sepatah kata pada gadis di depannya yang kini merasa sedikit terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Daripada membalas ucapan itu, Byla memilih untuk tetap diam. Entah apa alasannya, sampai tak lama, ada Geo dan Yareza yang datang bersamaan dengan tangan yang sama-sama penuh membawa bawaan.

"Ini buburnya."

"Diminum dulu airnya."

Ucap mereka bersamaan, yang dititah menurut saja. Tak mau ada perdebatan bila mereka menolak suruhan temannya itu. Setelah menghabiskan satu porsi bubur ayamnya Laskar bangun dari duduknya, merapihkan diri bersiap untuk menuju kelas dan mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan Byla yang masih tertidur sebab tiga jam pertama kelasnya adalah pelajaran olahraga yang membuat dirinya tidak bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut.

"Lo beneran nggak papa?", Laskar yang berjalan masih dibopong Geo menyempatkan diri untuk menanyakan kondisi gadis yang masih setia ditemani Yareza itu. Setelah pertanyaan itu terlontarkan Arshabyla hanya mengangguk walaupun kini kedua lututnya masih terasa perih.

Aksi selanjutnya adalah suara langkah kaki Laskar dan Geo yang perlahan menjauh dan hilang dari pendengaran. Kini, hanya ada Byla dan Yareza di dalam ruangan itu, keadaan sunyi makin memeluk mereka berdua. "Lo ke kelas aja. Nanti ada temen gua yang kesini, makasih ya udah repot-repot. Maaf juga karena lo jadi ketinggalan kelas gara-gara gua." Enggan direpotkan lebih lagi, pada akhirnya Byla meminta agar lelaki dengan paras tenang yang sedari tadi duduk di sebelahnya untuk kembali masuk ke dalam kelas. Tanpa adanya penolakkan, Yareza bangkit dari duduknya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan, "Hati-hati ya, kalau ada apa-apa kabarin." Ucapnya sebelum pergi, lagi dan lagi jawaban Byla hanyalah sebuah anggukkan.

Beberapa saat setelah Yareza pergi meninggalkan Byla sendirian di dalam ruang UKS, Byla bergumam pelan, "Mana ada temen gua yang mau nemenin. Inikan mapel olahraga. Nggak papa deh sendirian aja, mending tidur." Benar, ia berbohong tentang temannya akan datang untuk menemaninya, sebab jika bukan dengan alasan begitu, akan sulit baginya untuk meminta Yareza pergi.

Detik berikutnya, Byla ajak dirinya untuk tertidur dalam ruangan yang kini tak bersuara, hanya ada suara kecil dari mesin pendingin ruangan yang kini sedang bekerja dan irama jantungnya yang dapat ia dengar. Dirinya ia bawa tinggi ke awang-awang, membiarkan rasa kantuknya mendominasi pemikiran dan rasa di tubuhnya.

﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏

"Bangun. Arshabyla jemima bangun.", Suara laki-laki yang sangat ia kenal perlahan membangunkannya dari alam bawah sadar, menariknya untuk tersadar dan bangkit dari rasa kantuk yang tadi memenuhi kepalanya. Itu Laskar, yang kini di tangannya kini sudah membawa satu plastik berisikan batagor yang masih ada di dalam plastik.

"Tadi Geo keluar, jadi gua nitip batagor karena gua inget lo. Sebagai tanda terimakasih gua, karena niat baik lo yang awalnya pengen bantuin gua berakhir dengan nyusruk lutut menghadap aspal hahaha." Laskar tertawa dengan renyah diakhir kalimatnya, membuat Byla yang masih setengah sadar menekuk wajah sebab merasa kesal.

"Ya, sama-sama." Balas Byla seadanya, tak mau berbicara panjang lebar karena jika boleh bicara jujur, gadis itu merasa malu, sangat malu. Dirinya merutuki mengapa dirinya tak berhati-hati yang sampai membuatnya jatuh. Ditambah Byla yakin tadi ada banyak mata yang memperhatikannya, entah reaksi mereka menahan tawa, merasa kasihan, atau geleng-geleng kepala dengan aksinya tadi. Oh sungguh, Byla rasanya ingin menghilang saja.

"Mikiran apa sih, mukanya tiba-tiba serius gitu?", Laskar yang kondisinya dalam beberapa jam sudah membaik, saat ini sedang berusaha membuka bungkus batagor yang akan ia sajikan pada piring yang tadi juga ia bawa dari kantin. 

"Nggak perlu dipikirin tanggapan orang-orang pas lihat lo jatuh tadi kaya gimana. gua yang dari jauh udah mau tumbang tau kok, niat lo baik. Sekarang makan",

Gadis yang masih membiarkan kakinya memanjang pada kasur UKS itu masih diam kala satu piring batagor sudah siap menyambutnya. Hal itu membuat Laskaran gemas karena Byla masih saja menutup suara. 

"Apa perlu gua suapin?",

﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏

Halo semua! Ketemu lagi di page 6. Terimakasih atas apresiasi, kritik dan sarannya. Terus temani cerita ini sampai page terakhir ya!, jangan lupa untuk vote dan follow demi kebahagian author yang karyanya selalu diapresiasi!.

Sekali lagi Terimakasih dan sampai bertemu di page selanjutnya. 

It's always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang