Saya tau kalian pasti bukan orang yang tidak menghargai karya seorang penulis.
Jadi, hargai tulisan saya dengan memvote dan follow untuk update terbaru!
-
Mencoba mencari seseorang yang dapat berdiri di sampingku.
﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏
.
"Mama By Pulang!", Gadis itu berseru sambil membawa kedua kakinya masuk setelah ia letakkan sepatunya pada rak dekat tanaman di halaman depan rumah. Melangkah masuk, indra penciumannya menangkap aroma sedap dari arah dapur yang membuat perutnya tiba-tiba merasa lapar.
Sang mama yang sudah lengkap dengan celemeknya, tengah sibuk menabur bumbu pada panci berisi sayur yang masih panas. Di meja, sudah ada lauk pauk yang tersedia siap menanti untuk disantap oleh para insan yang perutnya sudah menahan lapar. "Wah, anak mama sudah pulang. Mau makan nggak?", sambil berbalik badan dengan kedua tangan yang membawa satu mangkuk sambal hasil tangan sendiri, wanita paruh baya itu kemudian tersenyum pada anak gadisnya yang telah mengambil tempat duduk pada salah satu sisi meja makan.
"Mau dong, ayo sayurnya sajikan!", Ucapnya bersemangat, lalu membuka toples kerupuk dan memakannya sambil menunggu sayur buatan sang mamanya itu tersaji di atas meja.
Dengan senyum yang masih setia menghiasi paras cantiknya, Mamanya itu mulai menuangkan sayur ke dalam mangkuk berukuran besar yang sebentar lagi akan dengan senang hati di santap Byla. "Wah makasih ma, pasti enak nih." Saat mangkuk berisi sayur itu sudah terlihat di depan mata, dengan cepat Byla langsung mengambil bagian lengkap dengan satu porsi nasi putih, sambal, tahu tempe dan kerupuk di piringnya.
"Selamat makan cantik." Ucap sang mama sambil mengelus kepala Byla pelan. Aksi selanjutnya yang di lakukan Byla adalah menghabiskan seisi makanan yang ada pada piringnya sambil matanya sibuk menonton acara tv siang ini.
﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏
Pagi hari diawal minggu kali ini, jadi awal baik untuk memulai hari. Kembali ke sekolah, belajar, dan bertemu teman-teman merupakan hal yang menyenangkan bagi ArshaByla, sebab menurutnya belajar bukan suatu kegiatan yang membosankan. Ia memang sudah punya prinsip hidup yang kuat dalam belajar, wajar saja pemikirannya kadang berbeda dengan teman-teman seusianya.
Hari senin, pasti identik dengan upacara bendera. Di lapangan yang sangat luas ini, telah terisi kira-kira setengahnya para siswa-siswi yang sudah mengisi barisan, sisanya entah kemana. Karena jam pun belum menunjukan pukul 7, Byla memilih duduk dibawah pohon dekat lapangan, sambil memperhatikan siapa-siapa saja yang berlalu-lalang di depannya.
.
Berbeda dengan Laskar, yang diawal minggu ini sudah suram, senyumnya bahkan tak terlihat pagi ini. Pasalnya, semalam ia habiskan waktunya untuk bergadang menonton film yang membuat ia bangun lambat dan tak sempat sarapan. Di tambah, pagi ini saat sudah berada di sekolah. Beberapa guru mulai memintai tolong agar dirinya memotret para siswa yang berhasil memenangkan lomba basket kemarin.
Tangannya sibuk mengotak-atik pengaturan di kameranya. Bersiap, karena sebentar lagi upacara akan dimulai. Di lain sisi-pun, Byla sudah bangun dari duduknya, dan sudah pula selesai dengan urusannya menyeruput susu kotak di bawah pohon. Kakinya mulai melangkah mengambil tempat dalam barisan, pasalnya Pak Hermawan sudah berteriak sampai urat yang berada pada lehernya hampir keluar, menitahkan para anak-anak untuk berbaris.
Ya, Upacara. Bukan hal yang menyenangkan bagi para siswa maupun siswi. Tapi Upacara tidak seburuk itu kok, Saat kita melakukan upacara, kita dipaksa untuk belajar mau mendengarkan, belajar untuk khidmat dan disiplin. Lihat, tidak seburuk itu kan?, masih ada pelajaran yang bisa kita ambil. Oke, cukup tentang perihal Upacara. Saat ini para siswa dan siswi sudah diperbolehkan duduk, ketika nama-nama pemenang lomba basket akhir minggu lalu disebutkan.
Para Guru mulai menyebutkan satu persatu namanya, sampai satu nama terkahir, yang merupakan siswa yang posisinya merupakan ketua basket sekaligus jadi pemain yang mencetak poin terbanyak saat di pertandingan kemarin.
"Ssst, Byla. Itu namanya Yareza. Keren dah orangnya yekan?", Karin yang walaupun sibuk dengan permen yang sedang ia emut. Sempat-sempatnya mendekatkan diri untuk berbisik kepada Byla yang ada di depannya itu. "Oke, iya, keren, bagus." Jawaban Byla yang terdengar tak bersemangat itu berhasil dibuahi satu pukulan kecil pada bahunya yang membuat ia merintih pelan.
"Dia itu keren banget, mana orang kaya. Tajir banget nih, mana jago main Basket, baik hati pula. Tapi sayang, dia orangnya pendiem banget." Masih setia dengan permennya di tangan, dan kedua manik kembarnya yang masih terus memandang Yareza yang mana kini telah memegang piala dari kepala sekolah.
"Oh." Gumam Byla dalam hatinya.
﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏
"Kar, Kar! dari sini ambil fotonya."
"Nah, nah ini hasilnya bagus ya!"
"Yang banyak ambilnya, buat dokumentasi nih!",
Bu Marsih, dengan nada suaranya bak terompet yang begitu nyaring, terus-menerus meneriakinya saat dirinya tengah sibuk mengambil gambar. Ia tau, tujuan gurunya itu memang baik. Ingin memberi arahan tentang bagaimana seharusnya Laskar mengambil gambar, namun aksi guru itu justru mengganggu fokusnya dalam bekerja. Tak jarang hasil jepretannya kadang goyang dan hasilnya tak sesuai ekspektasi.
"Baik bu, ibu bisa duduk aja disana. Nanti pasti hasilnya beres deh." Karena sudah lelah, Laskar-pun membuka suara. Meyakinkan apabila hasil tangkapan gambarnya pasti akan bagus. "Kamu yakin ya bisa?", Tanya guru itu mencoba meyakinkan. Ekspresinya sedikit khawatir pada wajah Laskar yang sedikit pucat, dan banyak keringat yang bercucuran. Pertanyaan yang dilayangkan gurunya itu di balas dengan satu acungan jempol yang mengudara tinggi di langit.
.
Setelah Upacara dan sesi foto selesai, para siswa dan siswi pun menyebar entah kemana. Sekarang menyisakan Byla yang masih setia kembali untuk duduk dibawah pohon sambil membaca komik pada ponsel pintarnya. Tak lama, ada langkah kaki mendekat. Memperlihatkan satu laki-laki yang sangat tinggi dengan sepatu Basketnya berdiri tepat di hadapannya.
"ArshaByla Jemima?"
Deg, ada apa ini?, Byla memutar otak. Ia bahkan belum pernah berkenalan dengannya, apa ia berbuat salah?, apa karena tadi Karin memperhatikannya terus, dia mau nomor karin?!. Ada apa sih?!!
"Iya saya. Ada apa?", Balasnya sambil mengantungi ponselnya ke dalam saku.
"Kenalin, saya Ya-",
"Iya saya tahu. Nggak mungkin nggak ada yang kenal kamu di sekolah ini. Ada urusan apa ya?", Walaupun kata-katanya sedikit terasa seperti tak suka, nada bicara Byla sehalus benang sutera kok. Yang tiba-tiba ucapan Byla berhasil membuat Yareza yang masih berdiri dihadapannya berdebar tak karuan.
"Oh itu, Saya mau ajak kamu ke tem-", Lagi-lagi ucapan lelaki itu terpotong, menyisakan dirinya sendirian di bawah pohon sebab Byla gadis itu berlari secepat kilat kearah lapangan yang tiba-tiba dibuat ramai karena seoarang laki-laki tumbang di tengah sana.
"Laskar!!!",
﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏
Halo semua! Ketemu lagi di page 5. Terimakasih atas apresiasi, kritik dan sarannya. Terus temani cerita ini sampai page terakhir ya!, jangan lupa untuk vote dan follow demi kebahagian author yang karyanya selalu diapresiasi!.
Sekali lagi Terimakasih dan sampai bertemu di page selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's always you
TeenfikceEmang bener, katanya kita udah ketemu sama jodoh kita saat usia kita 16 tahun? . Ini cerita tentang Arshabyla Jemima seorang gadis berprestasi yang sering garap piala untuk sekolahnya. Hanya mengenal belajar, dan terus belajar.. gimana bisa sosok By...