Page 12. Selalu Diakhir

309 9 0
                                    

Saya tau kalian pasti bukan orang yang tidak menghargai karya seorang penulis.
Jadi, hargai tulisan saya dengan memvote dan follow untuk update terbaru!

-

Jadi tolong, jangan bicara sembarangan.

﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏

TW! / torture/ sexual assault


Mengetahui bahwa sang anak sedang berbicara asal, Laskaran langsung dapat teguran dari mamanya itu. "Abang, bicara yang baik. Omongan itu do'a nak..", suara lembut itu seketika membuat Laskar luluh dan tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan, mukanya yang tadi di tekuk kini kembali memperlihatkan senyumnya walau sedikit. 

"Habisnya aku kesal, dia lebih milih pulang sama anak-anak perempuan..", bocah lelaki yang kini duduk dibangku SD kelas lima itu menyilangkan tangannya, terlihat kecewa dengan apa yang baru saja ia alami. Sedang kesal-kesalnya, gerakan cepat dari sang mama yang menyapu halus rambutnya, membuat ia menoleh. 

"Abang, denger mama ya nak. Abang sudah baik untuk menjalankan amanah, tapi tadi abang salah.. coba saja abang ajak Byla pulang dengan nada lembut dan ramah, apa ia Byla tega menolak. Satu lagi, abang nggak boleh bicara sembarangan. Nanti Tuhan kabulkan ucapan abang yang tidak baik, bagaimana?, nggak mau kan?" Melihat mama yang terus tersenyum dalam ucapannya, membuat Laskaran luluh seketika. Kepalanya tertunduk, kedua tangan yang tadi menyilangpun kini telah kembali ke posisi semula. 

"Iya ma, abang paham.. maaf  ya ma.", Suara lesu nan tidak bersemangat datang dari bibir mungilnya. Menyesali setiap kata buruk yang ia ucapkan tadi. 

"Yasudah, mumpung belum jauh, kita susul Byla ya. Amanah dari Mamanya tetap harus di sampaikan." Kata wanita paruh baya itu yang kini sudah mulai menjalankan kendaraan beroda empat itu. Sementara Laskar, yang sudah memasang sabuk pengaman hanya mengangguk dengan senyum yang seadaanya. 


﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏


Tengah menyusuri jalanan pada siang ini bersama kedua temannya, Byla dan teman-temannya sepanjang jalan hanya bercerita mengenai berbagai macam mainan yang baru saja launching akhir-akhir ini.  "Barbie yang kemarin kita omongin akhirnya dijual, udah pada bilang mama kamu kalau kita mau beli", Larisha meluruskan pertanyaanya pada Byla yang sedang memandangi langit, kemudian menoleh sesaat saat tau dirinya diajak berkomunikasi.

"Sudah. Mama bilang boleh. Akhir minggu ini aku beli." Balas Byla yang acungan jempolnya juga terangkat tinggi-tinggi. "Asik keren-keren. Jadi nanti kita semua punya deh." Final Larisha, sebelum akhirnya mereka semua kembali fokus pada jalanan dan sama-sama menutup suara.

Siang ini, kendaraan tak ramai berlalu-lalang, kebanyakan hanya ada sepeda yang dikayuh oleh beberapa orang melalui mereka, kendaraan roda dua lainnya juga sama-sama menyusuri jalan yang sama. Sampai akhirnya, satu suara sepeda motor mendekat kearah mereka, membuat ketiganya sama-sama menoleh saat kendaraan itu berhenti sempurna disamping mereka.

"Hai Larisha, pulang sama tante Dewi aja, Ibu lagi ada di rumah Tante loh." Salah seorang perempuan yang diketahui bernama Dewi itu bersama sepeda motornya, menghampiri Byla dan kedua temannya.  anak gadis bernama Larisha yang sangat amat mengenal tante dewi itu dengan cepat mengiyakan ajakan wanita di depannya. 

"Teman-teman aku sama tante Dewi ya, oh iya, Fara kamu sama aku juga yuk. Kan searah." Larisha yang kemudian naik dibagian depan sepeda motor milik tante Dewi, sudah bersiap pergi sesaat setelah Fara-pun akhirnya mengisi kekosongan di jok area belakang.

"Dek, kamu gak papa pulang sendiri?", Pertanyaan itu dilayangkan oleh tante Dewi, yang beberapa saat lagi sudah siap dengan aksi menancapkan gas. Byla yang mendadak tersadar dengan apa yang terjadi, langsung merutuki dirinya. Dalam benaknya, seharusnya ia tadi ikut saja dengan Laskaran, kini seribu kata menyesalpun ia rasa tak akan mengubah apapun.

"iya tante gak papa." Kata Byla bersama suaranya yang ia tahan bergetar sebab takut jika harus pulang sendirian.

"Oke deh kalau gitu kami duluan ya...", Sesaatnya, suara motor itu menghilang bersama dengan kepergian kedua temannya. Menyisakan Byla yang seorang diri berjalan menyusuri jalanan di tengah panasnya terik siang ini. Tak jarang saat ia mulai menyusuri jalanan sendirian, banyak pandangan mata yang memperhatikannya. 

Satu laki-laki tak dikenal menghampirinya, berjalan dengan kaos oblong dan celana training bersama dengan rambutnya yang berantakan kini sudah tepat berada di hadapannya. Tanpa babibu, lelaki itu menarik paksa tangan Byla yang membuat ia sontak melonjak kaget, 

"Pa, bapak siapa?!... Jangan tarik-tarik saya!", Seru gadis itu yang mulai merasakan sakit pada tangannya sebab cengkraman yang begitu kuat.

"Neng cantik, ayo ikut om, sini yuk sebentar aja", Dengan nada bicara yang dilembutkan, dapat ditebak laki-laki ini dalam keadaan setengah sadar. Sebab bau alkohol begitu menusuk indra penciuman Byla. 

"Tolong!!", Byla memberontak, tangannya ia kepalkan sekuat tenaga sambil dirinya ia paksakan untuk teriak sekencang mungkin. Tangan lelaki yang wajahnya sudah nampak keriput itu menjalar kearea paha membuat Byla semakin ketakutan. Keringat disekujur tubuhnya mendadak terjun berbas bersamaan dengan tangisnya yang semakin kuat.

Lelaki yang menggunakan kaos itu memamerkan wajah sangarnya, lantas menjambak Byla dengan kuat sampai kedua muka mereka berada pada jarak yang amat berdekatan, 

"Diam!, saya bilang diam!", tegasnya dengan nada yang kasar, membuat gadis berursia sebelas tahun itu membeku sebab terlalu takut untuk memberontak. "Pak lepas pak..", kini tak lagi berteriak menampakan urat, Byla malah memohon dengan nada bicara yang amat menyedihkan, memohon agar lelaki dihadapannya bersikap iba barang sekalipun, dan melepaskannya. 

Tapi makin dibuat lembut lelaki itu makin gemar memainkan wajah Byla dengan tangan kasarnya itu, terus menjalar kebagian bawah tubuhnya, membuat Byla membangkitkan amarah dan rasa takutnya, ia memberontak begitu dasyhat sampai dapat ia lihat laki-laki itu sedikit kewalahan dengan usaha melepaskan dirinya. 

"Tolong!!", Jerit gadis itu dengan seluruh tenaganya yang tersisa. Ia menangis dengan amat brutal sebab rasa takut begitu menyelimuti pemikirannya saat ini. Sampai detik ini-pun, masih ia kerahkan seluruh kemampuannya untuk lepas dari cengkraman lelaki yang ada di depannya ini. 

Lemasnya kaki Byla membuat ia semakin mudah untuk dibawa oleh lelaki itu menuju ke tempat yang lebih sepi. Makin kerasnya cengkraman tangan lelaki itu yang kini sudah membekas menjadi merah, semakin tak karuan juga Byla memberontak guna melepaskan diri dari aksi bejat lelaki ini. 

"Tolong!!, Tolong!", Pekiknya sekali lagi, benar-benar berharap ada seseorang yang mendengar teriakan putus asanya. Dengan keadaan seragam yang sudah berantakan, rambut tak beraturan, kedua kaki lemas, dan dua tangannya nampak memerah, Byla terus merapalkan doa berambisi bahawa pertolongan akan segera tiba, sebab jujur, pikirannya telah membawa ia berpikir jauh dan hal-hal mengerikan saat ini terus menghantuinya. 


﹏ It's ⓐⓛⓦⓐⓨⓢ You ﹏


Halo semua! Ketemu lagi di page 12. Terimakasih atas apresiasi, kritik dan sarannya. Terus temani cerita ini sampai page terakhir ya!, jangan lupa untuk vote dan follow demi kebahagian author yang karyanya selalu diapresiasi!.

Sekali lagi Terimakasih dan sampai bertemu di page selanjutnya. 


It's always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang