Villa (7)/ kerinduan hati

39 5 0
                                    

Salam sejahtera buat kita semua. Bagaimana kesan pesannya selama 6 chap terakhir. Rasanya ingin sekali mendengar respon kalian. :) oh iya. Setiap di akhir part aku buat cerita tentang masalalu ataupun cerita dari tahanan yang bernama Reyhan tentang masa lalu. Aku harap kalian tidak melewatkan itu karena akan sangat membantu menyusun teka tekinya. Dan kalaupun tidak ada cerita flashback di akhir cerita ya.. Engga masalah sih. Itu cuman mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Atau udah ada yang bisa nebak nih? :v
Selamat membaca

----

Bagasara bersandar di kursi ruang kerjanya. Sementara Rafa berdiri di depan sebuah meja dimana diatas meja itu terdapat suatu ukiran megah dari kaca bertuliskan 'Bagaskara Chandra'

" Ada yang ingin kamu jelaskan? "
Tanya Bagaskara tanpa melihat Rafa. Rafa belum mengerti situasinya. Dia diberitahu mamanya kalau papanya mencarinya. Dan begitu Rafa menemui Bagaskara, pria itu bahkan belum menatapnya sejak memasuki ruangan.

"apa yang ingin papa ketahui?" tanya Rafa hati - hati. Bagaskara mendesah sekali.

"Rafa... Papa tidak ingin kamu menutupi apapun dari papa. "

Rafa masih belum mengerti. Dia melangkah mendekati papanya.
"Pa... Maksud papa? " tanyanya sehati - hati sebelumnya. Karena begitulah Rafa menghadapi Bagaskara. Bagaskara masih enggan menatapnya, Walaupun kini Rafa sudah berada disamping kursi kerjanya.

Rafa menyentuh lutut papanya, lalu perlahan menjatuhkan diri hingga dengan posisi berlutut.

"jangan begini pada Rafa pa. Kenapa papa bahkan tidak sudi menatap Rafa? " kali ini Bagaskara menatap puteranya yang berlutut.

"buat apa kamu meminta data Desa Jati-Walu sedetailnya?" Rafa mendongak menatap papanya yang juga dibalas tatapan dingin pria itu.
"Rafa ingin meluncurkan produk baru pa. Desa itu adalah tempat pemasaran yang bagus. "

"tidak."

"pa.. "

"tidak desa itu. Papa akan mencarikan kamu desa yang cocok untuk produk yang kamu rencanakan. Tapi tidak desa itu Rafa. "

Rafa terdiam. Bukan karena ia kehabisan kata - kata tapi karena banyaknya kata yang ingin dia ucapkan lagi lagi dia memilih untuk diam. Masih dengan posisi berlutut.

"mengerti? " suara tegas papanya menyadarkannya. Rafa mendongak lalu mengangguk. Ia mengambil sebelah tangan Bagaskara. Dan dengan suara khas Rafa yang lembut dia berkata.

"Papa tidak seharusnya mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Rafa anak papa hanya itu yang Rafa tahu." Rafa mengelus punggung tangan Bagaskara. Bagaskara mulai menyentuh puncak kepala Rafa yang berlutut disampingnya dengan tangan yang lain. Dia kembali menyambung kalimatnya.

"Apa yang papa katakan untuk hidup Rafa, itulah yang akan terjadi. Selama ini begitu dan selamanya pun akan begitu. "

Bagaskara menuntun anaknya untuk berdiri. Menghapus sedikit bulir basah di mata Rafa yang belum sempat terjatuh. Bagaskara adalah orang yang paling tahu bahwa Rafa tidak akan pernah menolak keinginannya, bahwa Rafa akan selalu disisi nya, dan bahwa Rafa sangat mengasihi nya.

-----

"gila!! Papa lo cuman nentang satu kali dan lo langsung setuju?" Verdi memuntahkan kopi yang ada dimulutnya. Ia antusias bertanya tapi Rafa hanya diam.

"yaelah.. lo itu- Apa namanya kalau untuk anak?"

Rafa mengernyitkan dahi nya. Tidak mengerti.

"lo itu son goals banget sih abang Rafa" kata Verdi dengan ekspresi yang sengaja dilebih - lebihkan. Membuat senyum samar di wajah Rafa, namun masih terlihat jelas oleh Verdi. Verdi menepuk pundak Rafa sekali.

Villa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang