Villa (11)// Rindu

46 3 0
                                    

Verdi terbangun dari bayangan itu. Dia mengusap wajahnya. Ada bulir basah di sudut matanya.

"ini sudah 5 tahun" kata Verdi pada seorang pria paling tua di frame itu. Dia menatap jas putih yang tergantung di bagian sandaran kursinya. Dia teringat pertanyaan Rafa kenapa dia mengenakan jas dokternya malam itu ke kantor Rafa. Bukan hanya malam itu, dia juga mengenakannya tadi saat di cafe bersama Villa. Tepatnya Verdi selalu mengenakannya begitu keluar dari rumah sakit. Kenapa kira kira? Karena kemarin saat keluar dari rumah sakit matanya sempat menangkap seseorang berpakaian serba hitam sedang memerhatikannya. Selanjutnya sebuah sedan hitam terus mengikutinya dari belakang. Berkat kecerdasan otak Verdi, dia ingat kalau salah satu dari yang didalam sedan itu pernah dia lihat di kantor papanya saat masih SMP. Ya. Itu pasti orang-orang papanya. Papanya penasaran bagaimana Verdi sekarang.

Verdi tinggal di kamar VVIP di hotel warisan kakeknya dan Saat hendak tidur kemarin, dia tidak sengaja melihat CCTV yang terpajang di sudut kamarnya dan Cctv tersebut terhubung langsung ke luar ruangannya. Ada Seorang pria yang paling Verdi kenal sedang berdiri didepan pintu ruangannya. Nampak ragu untuk memencet bel ruangan itu. Verdi membuka pintu kamarnya dengan kasar dan langsung berlari ke pintu masuk. Sayang sekali Papanya sudah tidak disitu lagi. Dia terlambat malam itu.

"papa seharusnya tidak usah datang. Verdi lah yang seharusnya menemui papa" katanya masih memandang frame itu. "tapi nanti. Saat papa sudah lebih dulu mendengar kabar Verdi lewat pasien-pasien Verdi. " Verdi tersenyum lalu mengembalikan frame itu dengan posisi yang benar. Dia melanjutkan kembali pekerjaannya.

---

Malam ini Villa makan sendiri di meja makan kaca berbentuk bundar yang besar. Papanya tengah mengantar mamanya untuk perjalanan bisnis 2 hari 1 malam. Dan jika tidak ada halangan, maka malam ini orangtuanya akan pulang. Entah kenapa Villa merasa ada yang aneh dengan makan sendiri. Dia puteri dari pebisnis besar maka seharusnya dia sudah terbiasa akan hal itu.

Setelah Villa makan dia mendengar bunyi mobil yang memasuki gerbang. Bunyi yang paling dia kenal. Dengan bersemangat Villa menyambut papa-mamanya di pintu utama.

--

"ada yang ingin Villa bicarakan pa, ma" katanya saat berkumpul diruang keluarga. Papa dan mamanya nampak saling menatap sambil tersenyum. Bagaimana tidak, putri mereka itu kelihatan bahagia sekali malam ini.

"apa itu? " tanya papanya masih tersenyum. Villa menatap mata mereka bergantian "Villa ingin ingat lagi"
byar!! Senyum yang tadi merekah sempurna hancur sudah. Keduanya bertatapan. Villa sedikit merasa aneh dengan reaksi yang ditunjukkan orangtuanya. Bukannya bagus kalau dia ingat lagi? Dia jadi bisa mengingat moment moment kecilnya bersama orangtuanya. Pasti bahagia sekali. Ia ingat saat diomeli, disayang, ditegur, dimanja dan banyak lagi.

Namun....

Bagaimana jika bukan moment itu yang akan dia ingat??

"Villa janji, Villa tidak akan memaksakan diri dan pingsan lagi. Villa akan mencobanya perlahan pa.. Ma.. "

"hentikan Villa" mamanya beranjak dari sofa dengan nada sedikit lebih keras. "mama tidak ingin mendengar hal ini lagi. " mamanya ingin berlalu meninggalkan Villa tapi Villa menahan lengan mamanya dengan cepat. "tapi kenapa ma? Villa benar benar ingin ingat lagi. Villa penasaran dengan masa lalu Villa"

"apa yang kamu penasarankan?!! " mamanya berteriak sambil menghentakkan tangannya sampai cengkraman Villa terlepas. Villa kaget bukan main. Jantungnya berdetak cepat. Ini yang pertama kali mamanya membentaknya biasanya wanita itu akan berlaku manis dan memanjanya. Mata Villa mulai berkaca-kaca

"Vil-Villa penasaran siapa orang orang aneh yang muncul di otak Villa.. Villa penasaran siapa 'Rafi' Dan Villa juga penasaran anak perempuan yang memenuhi otak Villa. Itu sepertinya Villa.. Tapi tidak mungkin. Villa penasaran tentang semuanya ma" kata Villa gelagapan dengan air mata benar benar sudah hampir terjatuh.

Villa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang