Villa (6) / perpisahan

46 4 0
                                    

Sudah 2 hari Rafa tidak dibicarai oleh Vira adiknya. Seperti sekarang di meja makan. Vira asyik makan nasi goreng tidak mempedulikan abangnya yang juga makan dihadapannya.

"ehemm.. " Rafa berdehem kuat. Vira hanya menatapnya sepersekian detik lalu fokus makan lagi.

" udahan dong dek ngambeknya. Abang gak tahan kalau lama gini" kata Rafa menyingkirkan sepiring nasi goreng dihadapannya. Melipat tangannya diatas meja dan memperhatikan Vira sepenuhnya. Vira tidak peduli. Nasi goreng buatan mamanya ini lebih menarik dari pada Rafa saat ini.

"Kenapa bang, Vira ngambek? " tanya mama yang membawa segelas susu dan meletakkannya di samping nasi goreng milik Vira. Wanita bernama Emmy itu lalu bergabung di meja makan.

"tauk nih ma Vira. Padahal kemaren itu Rafa udah bela belain kehujanan jemput dia pulang les. Eh.. Malah ditinggal gitu aja sama pak Sukri.

Mama tersenyum mendengar bagaimana puteri bungsunya mempermainkan abangnya. "jadi ceritanya abang Rafa itu kalah sama Pak Sukri ya Vir. " goda mamanya disamping Vira. Membuat puterinya tersenyum meledek.

"enak aja.. Mana mungkin Vira pilih Pak Sukri banding Rafa. Ganteng gini."

"najis. Ganteng juga pak Sukri" kata Vira mulai minum susu yang tadi diletak mamanya. Mamanya terbahak.

"ohh.. Jadi Vira mau jadi perusak rumah tangga pak Sukri? Iya? Awas ya aku laporin bik Minah. Dia ternyata ada saingan baru nih." Rafa menggoda sambil mengeluarkan handphone nya.

"iiiih.. Bang Rafa apaan sih." Vira berusaha merebut handphone
Itu. Rafa makin senang dan mengangkat benda segi empat itu keudara tinggi - tinggi.

" janji dulu gak marah lagi"

"enggak! "

"yaudah abang telefon bik Minah beneran"

"abangg!! "

"janji enggak? "

Vira nampak berfikir. Sebenarnya dia juga tidak tahan tidak berbicara dengan Rafa. Dia kesepian sekali. Tidak ada yang mengajari dia kalau tidak mengerti PR, tidak ada yang memeluknya sampai dia tertidur. Karena Vira punya penyakit insomnia. Membuatnya sulit tidur sesekali. Tapi dia benar benar kecewa saat Rafa tidak mengingat janjinya disaat Vira sudah menunggu hari itu
Sejak lama.

"ah kelamaan.. Abang telefon benaran nih Bik Minah nya"

"iyaiya"

"iya apa? "

"gak marah lagi." Vira mengerucutkan bibirnya.

Rafa tersenyum. Lalu mulai menyimpan ponselnya ke saku.

"Rafa... " panggil mamanya

"iya ma? "

" Bagaimana keadaan kantor? "

"baik - baik saja ma. Oh iya ma.. Rafa mau kasih tau kabar bagus." kata Rafa antusias. Mamanya juga ikutan antusias. Apalagi Vira. Bocah itu menajamkan pendengarannya. Siapa tahu info ini penting dan bisa dia jual ke papanya dengan harga 5 biji komik.

"Rafa mau peluncuran produk baru " senyum Rafa mengembang. Lalu mulai melanjutkan kalimatnya.
"kalau nanti Rafa sudah berhasil, Rafa mau mama yang menggunting pita resminya produk dikeluarkan" Senyum Rafa masih bertahan. Emmy mamanya menatap puteranya haru. Anaknya itu selalu berhasil menyentuh hati mamanya.

"semoga sukses ya bang" mamanya membelai sayang pipi Rafa.

"Rafa yakin ini akan sukses. Soalnya kata Om Hendrik dia akan membantu Rafa. Rafa hanya perlu cari sekretaris baru karena sekretaris Rafa cuty "

Villa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang