"kamu mau kan jadi pacar aku?"
"maaf Za"
Villa ingin berlalu dari situ secepatnya, namun kembali sebuah tangan menahannya tak kalah cepat. Reza kini sudah berdiri dan berhadapan langsung dengan Villa. Tidak mungkin Villa menolaknya. Siapapun bisa melihat bagaimana perasaan Villa kepada Reza. Apakah Villa begitu kecewa karena Reza tidak bilang mengenai tawaran menarik dari Jerman kepadanya? Sekecewa itu kah Villa?
"Vill.. Tell me! Kalau kamu enggak sayang sama aku! Tell me kalau kamu nggak punya perasaan yang sama ke aku!"
Reza menuntun wajah Villa untuk menatapnya dengan kedua tangan yang diletakkan di pipi cewek itu.
Villa menghapus air mata yang baru saja lolos dari matanya."Za.. Aku mau kamu selesaikan pekerjaan kamu di Jerman. Aku mau kamu kembali kesini, dan bilang hal yang sama ke aku."
"Vill-"
"Kamu jangan lama ya di Jerman. Aku tunggu kamu disini"
Villa berlalu meninggalkan Reza. Cowok itu sangat syok.. Setetes air mata berhasil lolos dari matanya. Villa menolaknya. Sampai detik ini dia bukanlah siapa siapa dari Villa. Dia masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi.
Padahal dia ingin sekali meresmikan hubungannya dengan Villa sebelum berangkat ke Jerman. Namun kenyataanya rasa Kecewa cewek itu lebih besar daripada perasaannya saat ini.
Reza ingin berlalu dari taman itu. Angin sepoi - sepoi di sore itu menembus ke dalam dadanya. Begitu Reza berbalik untuk pulang dari rumah Villa, sebuah rintihan dari orang yang dikenalnya menahan langkahnya. Benar saja. Ada Villa disana. Sedang memegangi kepalanya dan tersungkur sampai ke rerumputan halus ditaman.
"aarghhh sakitt!! " Villa memegangi kuat kepalanya. Setelah berbicara dengan Reza, pusing yang hebat menghantam kepalanya. Tidak lama kemudian pusing itu berubah menjadi dentuman dentuman kecil yang sangat menyiksanya. Dentuman itu seolah memaksanya untuk mengingat sesuatu.
"Vill!! Kamu kenapa vill?!!" Reza berusaha mengangkat tubuh Villa.
" Jadi kakak mau ninggalin aku?!!"seorang anak kecil perempuan yang mungkin berusia 10 tahun, sedang duduk di batu besar bersama dengan seseorang anak laki laki yang mungkin lebih tua darinya.
"arghhhh! Sakitt! " sakit di kepalanya menyiksa wanita itu tanpa ampun. Sial. Ingatan itu lagi. Villa terus memegangi kepalanya.
"Kak... Kita nanti nikahnya disini ya!!"
Kata anak perempuan itu. Anak laki laki yang sedang duduk bersamanya mengangkat alisnya." kalau nanti kita sudah besar, aku akan ngajak kamu nikah di gedung yang besar dan mewah. Bukan di sungai ini"
__"Kaak!! Kakak jangan pergi. Kalau kakak pergi, aku main sama siapa lagi? "
"Vill, aku telefon tante ya" Reza perlahan meletakkan tubuh Villa dan dengan cepat mengeluarkan HP dari saku celananya dan mengetikkan sesuatu dengan cepat pula disana.
"jangan Za.. Jangan." mohon Villa di tengah rintihannya. kalau saja papa dan mamanya disini, Villa tentu sudah disuntikkan sesuatu hingga ingatan itu kalah dan dia bisa kembali tenang. Sialnya papa dan mamanya pergi ke mall 1 jam yang lalu, meninggalkan Reza dan Villa.
Villa jadi penasaran ditengah dentuman hebat yang menyerang kepalanya tanpa ampun. Potongan memory tidak jelas selalu berlari lari di otaknya. Villa selalu saja kalah dari memory itu. Sampai saat ini, dia belum bisa mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan otaknya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villa
Teen FictionVilla divonis amnesia oleh dokter muda berbakat Verdi Setelah kecelakaan tragis yang menimpa dirinya 2 tahun lalu. Beruntung gadis manis itu bisa sadar setelah 6 bulan terbaring tak berdaya di rumah sakit. Selalu dikelilingi benda - benda yang seola...