Part 5

372 26 2
                                    

"Kenapa kau menghindariku?"

Pukul 02.35 waktu setempat, Kakashi masih terjaga dengan pertanyaan yang sama. Sederet kalimat tanya yang sebenarnya begitu mudah diungkapkan namun sulit untuk dijawab, oleh Kakashi. Hingga kini pikirannya masih belum bisa terfokus pada hal lain. Yang ada hanya gadis berambut biru gelap bergelombang dengan mata biru yang indah. Yang dulunya memancarkan sinar keceriaan kini meredup seiring memori yang terkikis.

Kakashi ingin mata itu kembali bersinar.

Kakashi ingin membuat seulas senyum manis yang paling dirindukannya terbit.

Kakashi ingin maju ke hadapan gadis itu dan bertanya apakah kau baik-baik saja? Apakah kau mengingatku?

Namun nyatanya, Kakashi terlalu pengecut untuk itu.

Yang ia lakukan selama ini hanyalah berdiri dibalik bayang-bayang, mengamati gadis itu tanpa sepengetahuannya, merindukan gadis itu, memimpikan gadis itu, semua itu ia lakukan.

Tapi, apakah gadis itu akan sadar? Jawabannya tidak.

Hukum III Newton menyatakan,

Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah: atau gaya dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan arah

Bahasa gampangnya, kalau tidak ada aksi ya tidak ada reaksi.

Mau berapa besarpun usaha Kakashi, jika memang ia tak dapat melakukan aksi yang nyata, Airin pun tak akan bisa menyadari atau meresponnya.

Atau bahasa kasarnya, Kakashi sekarang dalam kondisi statis atau diam.

Tirai tersibak ke kiri. Menampakkan indahnya pemandangan Tokyo yang dipenuhi gemerlap lampu. Kakashi ingin berlama-lama menatap pemandangan itu. Namun deringan ponsel yang menginterupsi kegiatannya itu terpaksa membuatnya mengalihkan pandangan.

"Apa yang kau inginkan sekarang? Aku sudah menjauhi gadis itu seperti yang kau mau. Bisakah kau membiarkan aku dan gadis itu hidup tenang sekarang?"

Kekehan sinis terdengar dari seberang, membuat Kakashi seolah ingin menonjok kaca jendela kamarnya dan melompat ke apartemen sebelah. Menghadiahi satu dua pukulan pada seorang pemuda di seberang.

"Ayah masih tidak mau memberikan posisi jabatan itu padaku. Dia masih berharap kau mau menjadi penerusnya, Kakashi."

"Aku sudah bilang aku tidak tertarik. Jika benar itu yang membuatmu seperti sekarang maka aku akan melompat kesana dan mematahkan semua tulang di tubuhmu."

"Kau sadis sekali, Kakak tiri. Bagaimana kalau kita ngobrol dengan teh atau kopi seperti orang awam. Bukankah itu lebih menyenangkan daripada saling baku hantam?"

"Kuperingatkan! Jauhi Airin Hazami dan segala hal tentang dia. Kalau kau berani muncul lagi-"

"Tenang saja. Aku hanya ingin bermain-main dengannya sebentar. Setelah itu terserahlah."

"KABUTO!!" Kakashi meraung.

"Santai, santai. Aku tidak akan menyentuhnya. Tapi aku tidak berjanji loh."

Kakashi mengumpat kesal ketika sambungan telepon itu terputus sepihak. Ia melemparkan ponselnya ke tempat tidur sambil menggeram kesal.

"Bedebah sialan!"

***

Airin baru saja akan menukar sepatunya ketika seseorang menarik tudung jaket yang ia gunakan ke belakang. Sontak ia memekik.

"Diam, bodoh!"

"K-kau?! Mau apa?!"

"Kau tidak perlu masuk kelas hari ini."

Kakashi Fanfiction : Loving AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang