Kakashi Fanfiction : Loving Again

Part 10

Shizune mengetukkan jarinya abstrak di atas meja. Seseorang yang sudah ia tunggu sejak tadi masih belum datang juga.

Dering pintu kafe terdengar. Shizune kontan menoleh dan tersenyum lebar.

"Hai, maaf membuatmu menunggu."

"Ah, tidak masalah kok."

"Kalau begitu, kita pergi?"

Shizune mengangguk antusias. "Ayo!"

***

Airin masuk ke dalam kelas dan menghampiri meja Aoba.

"Aoba-san, kita tukaran tempat duduk ya." Ujar Airin.

"Tapi, ini bangku paling belakang. Kau tidak masalah?"

Perdebatan kecil di sekitarnya tak membuat Kakashi beranjak. Ia masih bergeming di tempatnya.

"Tidak apa-apa. Hari ini saja, kok. Kau duduk di samping Shizune ya?"

"Baiklah, kalau itu maumu." Jawab Aoba sambil beranjak.

Airin langsung meletakkan tasnya di meja samping Kakashi kemudian duduk menghadap pemuda itu.

"Kakashi." Panggilnya.

"..."

"Kakashi!"

"..."

Jengkel, Airin menarik tas yang menjadi bantalan tidur Kakashi dan sukses membuat kepala perak itu terantuk meja.

"Aw... Kau ini kenapa sih?!" protes Kakashi. Airin mengerucutkan bibirnya kesal. Membuat Kakashi menghela nafas pelan.

"Ayo bolos."

"Apa?!"

"Kau tidak dengar?"

"Aku dengar, tapi apa maksudmu? Ujian tinggal seminggu lagi. Ya kali mau bolos."

"Kakashi aku kesal!"

Kakashi memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas pelan. Ia memijit pelipisnya.

"Lalu?"

"Ajak aku jalan-jalan."

Kakashi mendorong dahi Airin. "Tidak. Sana kembali ke tempatmu." Ketusnya.

"Kakashi..."

"Berhenti merengek! Aku bukan Ibumu."

Airin merengut kesal. Ia lalu menendang lutut Kakashi dan meninggalkan pemuda itu yang kini berteriak kesakitan akibat ulahnya.

"WOI!"

Airin tak menggubrisnya sama sekali. Membuat Kakashi menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya.

***

Jam pelajaran sudah berlangsung lebih dari satu jam. Namun Airin masih belum kembali ke kelas. Kakashi melirik tas Airin yang teronggok manis di meja sampingnya.

Dimana anak itu?

Kakashi mendecak. Airin selalu saja merepotkan. Karena itu kali ini ia akan melakukan hal yang tidak biasa.