Part 1

7.9K 447 53
                                    

Luhan ada yang ingin kau sampaikan di hari peringatan kematian kedua orang tuamu?

Tidak ada

Yifan? Bagaimana denganmu?

Aku hanya akan mengucapkan terimakasih pada tamu yang sudah hadir ke upacara peringatan kematian orang tua kami

Baiklah, Lakukan nak.

Lu? Kau yakin tidak ingin ikut memberi salam dengan kakakmu?

Tidak paman, terimakasih.

Namaku Luhan, Wu Luhan, aku bungsu dari dua bersaudara. Dan pria tinggi yang sedang memberi kata sambutan didepan sana, dia kakakku, Wu Yifan, pria yang sangat aku hormati dan aku sayangi bahkan melebihi rasa hormat dan sayangku kepada mendiang kedua orang tua kami.

Kenapa seperti itu?

Jawabannya sederhana, karena sejak kecil hanya Yifan dan paman Lee yang menjagaku, singkatnya aku ini anak kakakku, bukan anak Mama dan Papaku, ah, mungkin bagi mereka hanya Yifan putra mereka.

Lalu bagaimana denganku? Mereka menyayangiku tentu saja, hanya saja cara mereka menyayangiku dan kakakku berbeda dari orang tua pada umumnya. Mereka mendefenisikan kasih sayang dan keberadaan mereka dengan uang, uang dan uang.

Mungkin ada sedikit kasih sayang, tapi hanya sedikit, karena selama delapan belas tahun hidupku, aku hanya tiga kali merayakan natal bersama Mama dan Papa.

Sisanya?

Entahlah, mereka benar-benar sangat sibuk dengan bisnis software game yang dikembangkan di beberapa perusahaan besar dengan keuntungan per tahun mencapai tiga ratus persen.

"Paman..."

Aku berbisik, dan paman Lee yang memiliki tinggi sama dengan Yifan Ge menoleh, dia bertanya "Ada apa?" lalu kusambut dengan seringai jahil "Ini jadwalku bermain, aku pergi ya."

"yang benar saja Lu! Kita sedang memperingati hari kematian kedua orang tuamu."

"Tidak peduli! Katakan pada Gege aku ke sekolah, dah paman."

Aku melihat paman sekaligus mantan manager Mamaku itu menggertak gigi, namun ini kesempatan bagus karena Gege sedang memberi ucapan terimakasih pada tamu dan aku bisa melarikan diri karena jujur, aku tidak peduli dengan upacara membosankan seperti upacara kematian ini.

Bukan aku tidak peduli pada kematian Mama dan Papa, aku menangis banyak saat Gege memberitahu kabar mengerikan tentang kedua orang tua kami, itu seperti mematikan harapanku untuk bisa memiliki kehidupan normal layaknya keluarga.

Dulu sekali Yifan gege bilang mungkin suatu saat nanti Mama dan Papa akan bosan berkeliling dunia, mungkin suatu saat nanti Mama dan Papa akan bosan menjadi sibuk dan hanya menginginkan kita dalam hidup mereka.

Jadi yang perlu kulakukan hanya berharap dan berdoa agar hal itu terjadi, tapi sepertinya Tuhan punya rencana lain tentang bagaimana aku bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga, aku juga memiliki mimpi untuk merayakan natal dengan kedua orang tuaku, dengan kakakku dan Paman Lee, tapi lagi-lagi itu hanya mimpi yang tidak akan menjadi nyata.

Tuhan sudah mengambil kedua orang tuaku, bohong jika aku tidak terluka dan menangis, terkadang aku hanya ingin menjadi anak biasa yang dimanaja oleh kedua orang tuanya, merengek banyak hal, bisa makan malam setiap hari dengan orang tuaku, tapi sudahlah, semua sudah berlalu.

Mereka sudah pergi seperti biasanya, yang membedakan kali ini selamanya, aku tidak bisa melihat Mamaku yang cantik dan Papaku yang ketampanannya sama persis dengan Yifan ge lagi, semua sudah menjadi kenangan dan aku tidak mau berlarut dalam kesedihanku.

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang