Part 2

3.5K 322 59
                                    


Previous

Tak mengerti, Luhan hanya menerima seragam dan jas sekolah berwarna dongker yang diberikan Sehun, dia bahkan belum sempat berterimakasih tapi Sehun sudah memotong kalimat dengannya "Itu milikku dua tahun lalu, sudah kecil dan Mama bilang dia belum sempat membelikanmu yang baru."

"Kenapa kau memberikannya padaku?"

Sehun berjalan menjauh dari kamar Luhan, membuka pintu kamarnya yang berhadapan dengan kamar Luhan untuk bergumam "Aku terpaksa melakukannya, kau tahu? Sepertinya mama sangat menyukaimu, dia berharap kita bisa berteman baik dan aku sangat membencinya."

Lalu pintu kamarnya ditutup kencang hingga membuat Luhan tersentak, menahan umpatan yang sudah ada di ujung bibirnya untuk membalas kebencian Sehun "Percayalah, aku juga tidak ingin berteman denganmu, idiot!"

.

.

.

.

.

.

A Fanfiction to celebrate Our beloved Hun-Han Month

Its called

.

Been Through

.

Hun-Han

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dan esok hari pun berganti dengan cepat, rasanya Luhan baru bisa memejamkan mata pukul tiga pagi dan alarm ponselnya sudah berdering sangat cepat dan membuat sakit telinganya, dia pun dipaksa keluar dari Zona nyaman di dalam selimut, mencari dimana ponselnya bergetar untuk menggeser slide off dan kembali memejamkan mata.

"Paman aku haus...."

Dia bergumam dalam selimut, biasanya sang paman akan segera masuk kedalam kamar dan membawakannya secangkir jahe hangat, itu favorit Luhan di musim dingin seperti ini.

"Paman aku-....."

Lalu dia teringat satu hal,

Hal menyebalkan bahwa kenyataannya dia tak akan mendengar suara cerewet paman Kwangsoo lagi untuk waktu yang lama. Matanya berkedip cukup lama dibalik selimut lalu seutas senyum lirih terlihat didalam gelap tatkala dia bergumam

"Ah, aku tidak dirumah, aku sedang menumpang hidup di rumah Paman Oh."

Ada sebening air mata rindu yang menetes disaat waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya Luhan akan bermalas-malasan paling tidak setengah jam atau sampai Gege nya datang dan membujuknya untuk berangkat ke sekolah.

Dia juga rindu suara menyebalkan sang paman, hingga membuatnya tertawa di balik selimutnya sebelum menghapus setetes air mata rindunya di hari pertama dia tinggal di rumah Sehun.

"haah~ Nanti aku akan terbiasa, aku hanya harus terbiasa bukan?" katanya bersemangat, melihat ke cermin yang sedang memantulkan dirinya dan kantung mata panda yang kini menghiasi dua mata bawahnya.

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang