6. Insident II

1.1K 126 4
                                    

"Jaa, kalau begitu. Aku akan pulang, Toneri-kun" Hinata berbalik dan melangkah keluar dari balkon yang hening tersebut.

Toneri terdiam, rambutnya terus bergerak-gerak tertiup angin malam. Tatapannya tertunduk menatap
kosong pagar balkon.

Pikirannya terlintas wajah putri Hyuuga yang ia temui di dalam tadi.

Pikirannya terlintas wajah putri Hyuuga yang ia temui di dalam tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa wajah Hyuuga Hime itu mirip sekali dengan Kekasihku?"

Toneri menghembuskan napasnya kasar. Ia kembali melangkah berencana mencari angin segar.

Semilir angin malam yang dingin membuatnya bergidik. Ia kini berada ditengah-tengah taman belakang kediaman Senju. Hening dan remang-remang.

Tiba-tiba suara ponsel mengejutkannya. Toneri segera mengangkat panggilan tersebut tanpa membuka sapa.

"Toneri-sama! Gawat."

"Ada apa?" Toneri menajamkan atensinya.

"Sebagian anggota Ne yang bertugas di aula sudah dilumpuhkan."

"Apa! Siapa yang melakukannya?"

"Tidak ada yang tau, Toneri-sama. Semuanya begitu cepat dan mereka sepertinya pengawal dari masing-masing klan aliansi sendiri."

Toneri terdiam. Tidak mungkin kedok Ne terbongkar, jika semua klan mengetahui hal ini, sudah pasti mereka tidak ingin menghadiri pertemuan ini.

"Perintahkan yang tersisa untuk mundur. Aku akan segera kemarkas." Akhir Toneri dan menutup telephonenya. Ia melangkah dengan cepat, ingin segera menuju parkiran. Namun langkahnya terhenti dengan seseorang yang terdiam didekatnya.

Toneri bergeming, tatapannya menajam. "Kau siapa? Berani menguping."

Jalan terbaiknya adalah melarikan diri dengan tidak memicu amarahnya.

"Summimasen, aku hanya lewat untuk mengambil waktu istirahat sebelum jam tugas ku.." Dalihnya, menunduk dan hendak pergi.

"Kemari." Titah Toneri seakan tak dapat dibantah. Orang itu berbalik dan mendekat. Toneri menatapnya sejenak. "Hmp." Senyum sadis terukir dibibirnya.

Jemarinya terangkat dan menarik kerah baju laki-laki dihadapannya. "Kau pikir kau bisa lari dariku setelah mengetahui hal ini?"

"Ti-tidak.. Aku mohon. Lepaskan aku."

Toneri mencekik orang itu dan mengangkatnya, setelah hampir kehabisan napas, ia menghantam tubuh orang itu pada tanah yang dipijaknya. Toneri terus mempertahankan posisinya sampai ia yakin saksi mata sudah mati.

Broken IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang